Andaikata kita mau belanja barang, tentunya kita akan cari-cari informasi tentang barang tersebut. Bagiamana merawat dan menggunakannya agar nyaman, awet dan pas buat digunakan. Seperti juga ketika mau traveling, informasi tentang tempat hingga berbagai jenis makanan dan keamanan makanan tersebut hingga harga-harganya agar tidak salah hitung. Juga tentu akan sangat suka ketika semua informasi yang diinginkan tersebut dapat diperoleh dengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya, atau berangkat dengan informasi kosong sehingga mudah tertipu di lokasi hijrah tersebut.
Bagaimana ketika kesulitan mencari informasi tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan dari bertanya-tanya, browsing, ataupun mencuri-curi dengar pembicaraan. Siapa tahu ada yang pas dan kemungkinan informasinya dibutuhkan, hingga bolak-balik mencari informasi di media konvensional seperti koran, televisi maupun radio. Informasi menjadi hal penting sebagai bekal yang paling diperlukan selain tentu saja bekal lain untuk kebutuhan sehari-hari yang sekirannya memang tidak perlu dibicarakan karena setiap orang memiliki keperluan dan kebutuhan yang berbeda.
Dihubungkan dengan negeri begajul memang sebagai rakyatnya saja, banyak orang yang tidak tahu kejelasan berita dan apa maksud kunjungan Presiden ke Gunung Kelud misalnya, yang hanya beberapa menit namun harus diadakan seremoni seperti presiden Amerika yang disambut dengan bendera-bendera yang dibawa anak-anak, agar kunjungan menjadi syahdu dan menghasilkan gambar vintage yang bisa di instagramkan. Bisa jadi seperti itu, namun itupun hanya dugaan dari orang yang tidak terlalu suka dengan seremonial genit seperti itu. Atau bisa juga karena tidak mampu menjadi presiden sebuah republik yang seperti negara tirai plastik, di dalam dan diluar suasananya berbeda, yang didalam sumuk tentunya.
Rakyatnya saja tidak tahu apa yang dilakukan pemerintahnya apalagi orang luar negeri, orang asing yang lebih berbahaya karena bisa mendanai gerakan-gerakan yang dengan gampang dicap sebagai anti agama, agama lain atau memiliki pemikiran yang berbeda dengan dasar negara yang sudah diterjemahkan dengan banyak tafsir dari banyak kepala pemimpin yang memiliki visi dan pengalaman masing-masing sebagai referensinya.
Jadi sepertinya biasa saja urusan sadap menyadap informasi antar negara, bisa jadi karena takut jika-jika kebijakan luarnegerinya terhadap negeri begajul salah, atau sampai kapankah rasa aman rakyatnya yang bertraveling di sana. Sebab maraknya gerakan geng dengan mengatasnamakan agama dan kekerasan muncul subur dan tidak pernah ditindak oleh aparatus terkait, seenaknya membubarkan diskusi, membakar buku hingga seenaknya menganggap orang dengan kulit yang warnanya lain sebagai orang najis, karena memiliki agama dan pandangan yang berbeda.
Bisa jadi urusan sadap menyadap informasi yang menjadikan para petinggi negeri begajul marah besar adalah karena malu dan gengsi, sebab mengapa harus disadap, karena bertanya saja mungkin akan dijawab, atau juga karena takut ketahuan jika banyak hal yang harus dikerjakan untuk rakyatnya agar makmur tidak dilakukan, dan tentu saja bukan alasan keamanan semata. Karena negeri begajul memang tidak pernah ditutupi dengan pagar dan tidak memiliki sarana informasi yang cepat seperti internet maupun secara sadar membangun data center negara yang kuat plus infrastruktur informasi buatan dalam negeri.
Terlalu banyak lips service dan gembar-gembor seperti adzan yang menggunakan pengeras suara dan didengarkan oleh pemeluk agama lain, itupun masih saja dibiarkan sebagai toleransi antar kuping umat beragama. Terlampau banyak hal janggal yang tertutupi dan menjadi rahasia negara adalah urusan intelijen dan aparatnya untuk menjaga agar informasi tersebut tetap aman. Namun mungkin kenyataan berkata lain, ketika Edward Snowden mendapatkan informasi tentang usaha-usaha atau hasil sadap-menyadap yang dimiliki oleh negara tetangga negeri begajul. Dan celakanya memang tidak diketahui apa hasil sadapan tersebut, apakah bisa dijual masih sebagai karet mentah ataukah harus diolah sendiri menjadi sandal.
Masih misteri ujung dari pembagian hasil penjualan karet mentah dan sandal ini.