Kegaduhan dan reshuffle kabinet mewarnai pemberitaan dari awal tahun hingga April 2016. Perombakan kabinet Jokowi yang dinamakannya Kabinet Kerja memang sungguh perlu dilakukan. Berapa banyak menteri yang hanya melakukan pencitraan dalam pekerjaannya. Memang dia bekerja menjemput hal-hal kecil, kesuksesan-kesuksesan kecil di desa yang adalah pekerjaan orang lain ketika membangunnya, dikunjungi dan begitu saja.
Perombakan Kabinet Kerja jilid 2
Setidaknya ada beberapa menteri yang wajib dipertimbangkan untuk posisinya dirombak. Masyarakat memerlukan juga kegembiraan dalam bernegara seperti menteri yang bisa mendorong prestasi kerja maupun olahraga, kata Romo Benny dari Setara Institut, jadi kelihatan punya muka di pembicaraan internasional. Sementara saat ini hanya beberapa menteri saja yang menonjol dan memiliki inisiatif yang positif seperti Menteri Susi.
Menteri Kominfo Rudiantara adalah menteri yang seharusnya sangat sibut ngurus sana-sini termasuk mengurusi penyiaran, namun hanya teknologi dan aplikasi yang ditelorkannya. Dia hanya mendorong hak cipta dan kreativitas anak muda dalam hal IT, sementara lainnya seakan terabaikan. Irisannya dengan urusan desa sepertinya tidak pernah disinggungnya. Jadi banyak juga menteri yang hanya menyibukkan diri dengan apa yang disenanginya saja. Menpora misalnya, mungkin dia hanya suka balapan, sementara olah raga dan urusan anak muda lainnya tak pernah terdengar ada inovasi pemikiran atau pembaruan.
Perombakan kabinet kerja jilid dua saat sekarang benar-benar kekuasaan presiden dimana partai politik yang sedang remuk redam luar dalam dan popularitasnya di mata masyarakat menurun drastis sudah tak perlu lagi didengar suaranya, baik oleh masyarakat maupun oleh presiden. Kesempatan emas yang sangat bagus untuk dimanfaatkan pak Jokowi menyusun mesin kerjanya agar lebih efisien dan efektif mewujudkan nawacita secara lebih cepat dan bisa terlihat dengan mata. Jangan meneruskan Soeharto menjadi Bapak Pembangunan dengan membangun infrastruktur dimana-mana yang tak awet dan bisa jadi cepat rusak. Hanya membuat bom waktu saja.
Siapa yang kena reshufle kabinet kerja
Hanya presiden yang bisa menentukan. Presiden memiliki tolok ukur sendiri. Sejak awal pembicaraan dan setuju menjadi menteri tentunya ada pembicaraan dan target-target khusus yang diberikan oleh Presiden.
Menteri-menteri yang kena perombakan kabinet kerja tentunya menyadari sendiri. Namun bagaimana mungkin? Di saat sulit seperti ini partai membutuhkan orang-orang yang memiliki posisi di eksekutif, baik sebagai ATM atau distribusi pekerjaan dengan projek yang menguntungkan seperti yang terlihat sangat jelas di Kementrian Desa. Apakah mungkin begitu? Bisa jadi karena skema pembiyaan partai yang tidak pernah diketahui dan transparan kepada masyarakat.