Basuki Tjahaja Purnama alias pak Ahok, Gubernur DKI Jakarta saat ini menjadi sorotan banyak pihak. Sepak terjang pak Ahok yang juga mencalonkan dirinya menjadi kontestan Pilkada Gubernur DKI Jakarta tahun depan melalui jalur independen semakin menjadi-jadi setelah penggusuran terhadap warga Luar Batang dan isu reklamasi kawasan pantai Jakarta akhir-akhir ini. Namun benarkah serangan kepada pak Ahok berdasarkan isu-isu atas apa yang dilakukan pemerintah Jakarta?.
Pak Ahok ini semakin menjadi kontroversial dan menarik banyak pihak untuk disoroti tentunya adalah dari pencalonannya dari jalur independen beserta Teman Ahoknya tersebut. Siapa sih yang nggak paham dengan negara ini bahwa kekuasaan adalah aset partai politik yang terbesar dan menjadi ambisi terbesar mengapa mendirikan partai politik. Segala upaya pasti dilakukan partai politik untuk menjegal pak Ahok menggunakan jalur independen. Mengapa begitu? karena ditakutkan pak Ahok menang dan membuat paradigma pemikiran masyarakat berubah total terhadap partai politik yang diyakini adalah sendi-sendi demokrasi Indonesia. Apakah betul pendapat ini, sulit untuk dimengerti namun cukup kita saksikan saja nantinya.
Pak Ahok sepertinya memang sasaran empuk, namun hal yang patut diperhitungkan adalah beliau ini adalah juga seorang politisi ulung yang malang melintang dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Pernah menjadi anggota dewan maupun menjadi bupati, jadi pak Ahok memiliki perhitungan-perhitungan dan logika politik yang tidak sepele. Meski ada banyak hal yang dijadikan sorotan dan masalah bagi para pesaingnya seperti:
- Pak Ahok dibenci karena keetnisannya
- Jalur Independen
- Pak Ahok kasar dan omongannya lugas
- dan lain-lain yang menjurus ke performa dan pribadi pak Ahok
Tentu saja semua orang pernah mendengar hadits yang bunyinya 'belajarlah sampai ke negeri China'. Dengan ke-etnis-an yang dimilikinya dan karena kehausan shawat politik lawan politik pak Ahok, hadits ini tetap dipercayai bahwa harus belajar ke Cina, bukan melihat bahwa kedatangan warga dari etnis ini adalah berkah bahwa tidak harus jauh-jauh ke sana untuk belajar.
Lihat saja ancaman terhadap pak Ahok yang super sangar ini.
Tidak ada yang terang-terangan mempermasalahkannya karena aturan UU membolehkan adanya calon kepala daerah dari jalur independen. Namun lawan politik adalah tetap lawan politik, begitulah.
Orang tegas, jujur dan terbuka seperti pak Ahok sangat jarang ditemui, apalagi figur pemimpin. Gus Dur sebenarnya memiliki karakteristik bicara santai dan lugas seperti ini, meski ketika diimpeachment tidak ada pernyataan atas kata-kata jujur dan lugas yang diucapkan beliau. Namun menjadi catatan penting bagi Pak Ahok untuk mulai menata kembali kalimat-kalimatnya, karena sangat wagu dan sayang apabila pak Ahok dijebak dengan masalah etika.
Politik memang begitulah. Bahkan partai besar seperti PKI, Masyumi dan sebagainya pernah mengalami hal-hal yang tidak rasional dan harus menerima kekalahan pahit. Banyak celah maupun hantaman keras yang diterima. Jika tidak terjadi di elit maka akan digunakanlah kekuatan horizontal yaitu mengadu rakyat dengan rakyat. Permasalahan menjadi semakin pelik dan gelap karenanya. Terutama ketika semuanya menderita kerugian dan menjadi korban. Maka akan sangat sulit untuk dihentikan dan diselesaikan.