Kabudayan

 

1 tahun Gerakan Desa Membangun #1thGDM

Tidak terasa bahwa Gerakan Desa Membangun akan berjalan dan menginjak tahun pertama yang saat ini dirayakan dengan rangkaian acara seperti biasanya yaitu penguatan ke dalam dan lokalatih maupun lokakarya ala GDM yang berjalan dengan alur santai tapi serius.

 

mati

Mati adalah titik, titik akhir atau sudah tak berkutik. Banyak orang putus asa atau tega mengakhiri hidupnya untuk mati, karena mungkin sudah tak memiliki lagi harapan atau daya untuk menyelesaikan permasalahannya. Hal itu mungkin juga karena terlalu berat dan rumitnya masalah yang dihadapinya.

 

Mbah Marijan sang Samurai Jawi

Merapi dan Mbah Maridjan 'Sang Samurai Jawi' bagai tak terpisahkan sebagai salah satu juru kunci poros imajiner monumen Mataram Yogyakarta yaitu Merapi, Tugu, Kraton, Kandang Menjangan dan Laut Kidul. Ki Surakso Hargo sang penjaga Gunung, Gunung Merapi telah pergi meninggalkan kita semua kemarin karena awan panas semburan Merapi yang menerpa dan meluluhlantakkan dusun Kinahrejo, beserta belasan pengikutnya. Keteguhan pada amanat tugasnya yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dijaga dan ditunaikan hingga nafas terakhirnya bersama rumah sekaligus kantornya dalam buaian dengus nafas , bahkan dalam kondisi bersujud. Banyak ungkapan minor hingga yang menghormati pendapat dan kebijaksanaan Mbah Maridjan sang Samurai Jawi, ada mengatakan konyol, bahkan hingga takabur. Memang ideologi kesetiaan saat ini sudah sangat luntur seiring dengan akal dan logika yang berkembang dengan sifat dan kebutuhan dunia baik material maupun ideologis yang sudah sangat berlainan jika tidak bisa dikatakan kebalikan dari perspektif Kejawen atau filosofi kebatinan yang sudah lebih dianggap sebagai mistik, sesat, diluar nalar ataupun hal lain yang sangat menistakannya ataupun menisbikan sesuatu daya hidup yang memiliki perspektif berlainan dan sangat jauh dari ide-ide yang dibawa dari barat.

 

Merajut Akar-Akar Kebangsaan Indonesia

Judul diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa kebangsaan kita bukanlah sesuatu yang bersifat bulat dan tetap. Kita lihat umpamanya, bahwa pada abad ke-6 masehi kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan telah di datangi oleh Fahien, yang menyebarkan agama Budha di daerah Sriwijaya. Ketika kemudian Sriwijaya mengirimkan orang-orang Budha ke pulau Jawa pada abad ke-8 maka mereka mendarat di pelabuhan Pekalongan dan meneruskan perjalanan ke Selatan melalui Keras, Kajen dan sebagainya. Mereka mendaki gunung Dieng, dan mendapati kerajaan Kalingga yang beragama Hindu. Kerajaan Kalingga itu dibiarkan saja mengikuti agama Hindu, dikawasan yang sekarang bernama kabupaten Wonosobo. Orang-orang Budha itu melanjutkan perjalanan melalui Kabupaten Magelang, dan mendirikan Candi Borobudur yang beragama Budha. Sebagian dari orang-orang Sriwijaya itu melanjutkan perjalanan ke daerah Yogyakarta. Di sana mereka mendirikan kerajaan Kalingga, tapi beragama Budha.

Atas