Dunia akan segera berubah karena FOMO dan PPKM Otak. FOMO istilah lawas yang kita ketahui sebagai 'Fear Of Missing Out'. Fear Of Missing Out yang bisa kita maknai sebagai ketakutan ketinggalan merupakan ketakutan baru yang menggejala di kalangan atas. Utamanya adalah dalam hal teknologi, seperti misalnya takut dianggap sebagai orang gaptek. Kudet menjadi hal menakutkan saat ini. Bukan Kudet tentang Kudeta sebuah Parpol lucu yang kemarin itu ya.
Satu orang tokoh dunia saat sekarang, seorang Elon Musk yang dulu pernah memiliki PayPal, sekarang menjadi panutan banyak orang. Gagasannya tentang mobil listrik Tesla sudah menjadi kenyataan. Gagasan membuat roket yang bisa mendarat kembalipun menjadi kenyataan, meskipun belum stabil-stabil amat, namun nyata dan bisa kita lihat. Gagasan membuat Starlink yang sasaranya adalah desa-desa dan daerah terpencil di seluruh dunia pun sudah dimulai, dengan membuat router-router yang mengambang di angkasa. Gagasannya ke Mars pun banyak menjadi impian dan harapan generasi-generasi milenial dan banyak orang di negara sana.
Gagasannya bukan hanya tentang AI, atau Neuralink yang heboh itu, namun juga betapa hebohnya kita mendengar Gamestop beberapa waktu lalu. Ya itu memang di dunia belahan yang sana, bukan yang belahan sini yang ingin mendapatkan pabrik Tesla. Namun yang saya dengar memang bukan Pabrik Mobil Tesla yang akan ada di India tersebut, tetapi adalah Pabrik Baterai untuk mobil Tesla, sebab bahan bakunya ada di negara kita yang ranum ini.
Pandemi COVID-19 yang masih kita jalani dengan PPKM Mikro dan PPKM Otak yang sepertinya memang sudah nggak terasa lagi. Sebab sudah selama setahun pergerakan kita dibatasi dengan protokol kesehatan, lockdown lokal sana-sini, dan tentu saja diam dirumah sudah merupakan kebiasaan baru. Adaptasi berdiam diri di rumah ini memang baik dalam mencegah COVID-19, namun sepertinya bukan yang terbaik karena kita harus membuat dapur tetap ngebul, anak tetap mbayar sekolah meskipun sekolahnya di rumah saja. Biaya listrik, makan dan biaya stres yang semakin membengkak, sementara dompet masih berada dalam adaptasi kebiasan baru, yang semakin baru karena semakin sulit mengisinya.
Celakanya memang FOMO ini menjangkiti. Penyakit baru FOMO bukan karena ide-ide baru pemerintah yang selalu usang. Namun gagasan-gagasan ekonomi baru yang diimpi-impikan, karena semakin muaknya kita dengan korupsi yang merajalela di masa Pandemi. Betapa harus memecah gelas dan piring ketika mendengar ratusan trilyun untuk biaya selama COVID-19 namun tidak ada impaknya pada dompet kita. Lantas itu biaya apa sih, lari kemana dan gimik-gimik pejabat pemerintah paling hanya menjangkau berapa orang di ratusan juta penduduk dan tetangga-tetangga kita. Tapi ya mau bagaimana lagi, berpikir saja sudah terkena imbas PPKM Otak.
Ada orang-orang yang berpikir mata uang baru seperti Bitcoin yang pengelolaannya dengan blockchain adalah semacam solusi masa depan dimana peredarann uang menjadi terbuka untuk diketahui dengan juru catat teknologi blockchain, dan aman. Tidak seperti rekening bank yang sebenarnya adalah kita menyetorkan uang ke bank, menjadi pekerjaan bank, kita adalah bos, namun kita tidak tahu uang tersebut diapakan oleh bank, kok kita bisa dapat bunga, sementara kita tiap bulan juga membayar biaya admin bank. Opo tumon.