Peradaban selalu terasa aneh. Bayangkan saat ini ada gerakan masyarakat anti hoax, sementara tidak ada gerakan hoax. Ada gerakan anti korupsi namun tidak ada gerakan korupsi. Ada gerakan membela agama, sementara tidak ada gerakan merusak agama. Keropos, memang besi yang sudah tua akan mengeropos dengan sendirinya, begitupun tubuh manusia, akan mengalami begitu, seperti kendaraan yang bepergian harus diisi dengan bahan bakar, pada suatu saat jika bahan bakar tidak diisi, akan habis juga dan kendaraan tidak bisa digunakan.
Korek api pun begitu, habis gasnya sudah tak bisa dipakai. Rokok apalagi, yang panjangnya nggak sampai sepuluh senti itupun ketika dibakar akan habis dengan sendirinya tanpa harus dihisap. Jadi apakah kebenaran memunculkan kebingungan? Atau harus muncul gerakan masyarakat anti fikis? Saya kira embuh, tergantung siapa yang membiayai tentunya.
Kebenaran atau dalam tanda petik namanya informasi saat ini tersedia seperti kita membeli kopi instan atau bahkan yang bukan instan. Terpaket menjadi sebuah bundling dimana informasi kebenaran ada di dalamnya. Memiliki kode-kode ala militer di dalamnya, bahkan dalam proses hingga penyajiannya diperlukan riset, SWOT, bisnis plan, bisnis proses, sampai tentunya ada rencana-rencana strategisnya. Belum lagi ada rencana patent sehingga produknya memiliki hak patent yang merupakan bukti bahwa seseorang atau perusahaan memiliki hasil karya tertentu yang dimilikinya sendiri, hasil ciptaannya.
Perbuatan besar saat ini adalah mempertanyakan tentang kebenaran-kebenaran tersebut yang di asosiasikan dengan perbuatan memecah belah keragaman. Keragaman yang aslinya terpecah belah tersebut karena terpisah seperti lidi-lidi dalam sapu, dipertanyakan, karena ikatannya tidak pernah dibahas, namun rasa saling curiga yang juga aspek dari kehati-hatiannya menjadi ujung tombaknya, karena dibaliknya ada kapital yang diperebutkan. Selain trust dan popularitas,sebagai salah satu komponennya.
Memperebutkan persespsi tentang kebenaran menjadi perjuangan yang tak kenal kata habis bagi orang-orang yang mengetahui kenikmatannya. Permainan kebenaran maupun uji kebenaran menjadi sebuah diskusi besar-besaran, namun yang dipentingkan bukan hasil diskusinya melainkan bagaimana menguasai pikiran orang lain. Sungguh permainan ilmu hitam yang terlihat sangat putih.