Jurnal Current Biology minggu ini menerbitkan tulisan tentang penelitian terhadap 12 anak disleksia agar bisa membaca dengan permainan Wii game berjudul Rayman Raving Rabbids selama 12 jam dalam 9 hari.
Tentang Disleksia
Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal").
Gangguan belajar tersebut termanifes sebagai kesulitan dengan membaca, ejaan dan dalam beberapa kasus matematika. Hal ini terpisah dan berbeda dari kesulitan membaca hasil dari penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis dengan penglihatan atau pendengaran, atau dari membaca instruksi yang buruk atau tidak memadai.
Disleksia digambarkan tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
Menurut Federasi Neurologi Dunia, Disleksia adalah : 'Disleksia perkembangan khusus adalah gangguan dimanifestasikan dengan kesulitan belajar membaca meskipun instruksi konvensional, kecerdasan yang memadai, dan kesempatan sosial budaya yang memadai. Hal ini tergantung pada cacat kognitif mendasar yang sering asal konstitusional.'
Penelitian terapi terhadap anak penyandang Disleksia
Game ini terdiri dari beberapa seri mini game, setengah dari anak-anak disleksia tersebut ditugasi untuk memainkan apa yang disebut oleh peneliti sebagai game mini "aktif" atau 'action', sementara separo anak lainnya ditugaskan memainkan game mini "non-aktif" atau 'non-action'. Bedanya adalah bahwa game aktif lebih cepat dibandingkan dengan game mini yang tidak aktif, termasuk didalamnya membutuhkan lebih banyak sensori stimuli, dan membutuhkan lebih banyak masukan dinamis dari pemainnya. Intinya, 'game mini aktif' memerlukan fokus, perhatian dan respon yang lebih cepat dari anak penyandang disleksia agar bisa menjalankan permainan dengan baik.
Setelah berjalan selama 9 hari memainkan game tersebut, peneliti menguji anak-anak disleksia tersebut dengan berbagai tugas yang berbeda seperti tes kecepatan dan keakuratan membaca, pengenalan kata, dan kemampuan anak untuk memberikan perhatian pada beberapa jenis input seperti penglihatan dan suara sekaligus.
Sebelum mendapatkan tritmen dengan permainan game ini, dua kelompok tersebut memiliki kemampuan yang sama pada tugas-tugas yang diberikan. Namun setelah 12 jam bermain game, anak-anak disleksia yang memainkan 'game mini aktif' memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan membacanya, mereka dapat membaca lebih cepat dan lebih akurat, dan lebih banyak mengenali kata-kata dibandingkan dengan sebelum di tritmen. Sebaliknya, anak-anak disleksia yang mendapatkan tugas memainkan 'mini game tidak aktif' tidak mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tes sebelum mereka mendapatkan tritmen.
Peningkatan kemampuan membaca pada anak-anak disleksia ini pada tes setelah tritmen adalah hasil yang sangat substansial. Seperti bahwa anak mendapatkan progres kemajuan kemampuan membaca setelah sembilan hari memainkan 'game mini aktif' dibandingkan dengan anak-anak disleksia yang mendapatkan bertahun-tahun edukasi terapi secara tradisional. Dan ajaibnya, kemampuan mebaca secara lebih akurat dan bagus tersebut tidak berubah setelah dua bulan setelahnya, anak-anak disleksia tersebut masih baik dalam tes pengenalan kata sebagaimana ketika barusaja mendapatkan tritmen 9 hari bermain game.
Sebagaimana halnya kemampuan membaca, 'aktif game' membimbing anak untuk menyeimbangkan berbagai jenis input yang berbeda saat memainkan tujuan-tujuan misi dalam game tersebut. Para peneliti yakin bahwa memainkan 'game aktif' kemungkinan juga akan membantu peningkatan kinerja otak, seperti mengintegrasikan kemampuan menangkap informasi visual dengan respon motorik.
Namun peneliti masih menghadapi jalan panjang sebelum video game mendapatkan penerimaan baik dalam termin tritmen akademik untuk anak disleksia, dan tidak ada seorangpun yang merekomendasikan seorang anak, baik disleksia ataupun tidak, untuk menghabiskan beberapa jam bermain game Wii. Namun bagaimanapun juga penelitian ini menunjukkan adanya bukti bahwa untuk meningkatkan perhatian visual pada anak dengan cara non-tradisional dapat menurunkan gangguan disleksia dan gejala gangguan kemampuan membaca lainnya. Bagi jutaan anak yang mengalami hambatan kemampuan membaca, cara seperti ini adalah kabar baik.
Bagaimana tidak. Bagi anak disleksia, belajar membaca adalah sesuatu yang sangat mengerikan bagi mereka, karena menghadapi kata-kata, huruf-huruf yang dibaurkan dan dicampur aduk, dan juga suara-sura yang tidak dapat masuk ke akal mereka. Penelitian juga menyebutkan bahwa disleksia adalah gangguan otak (bukan hanya gangguan sistem visual), namun pada dasarnya para ilmuwan belum tahu apa sebenarnya yang menjadi akar sebab-musababnya, tidak ada cara yang sederhana untuk memerangi gangguan ini.
Dan kita semua tahu, betapa mahal, dan lamanya tritmen baik secara pendidikan di sekolahan ataupun melalui menyewa terapis secara tradisional saat ini bagi anak penyandang disleksia. Namun hasilnya sama sekali tidak menunjukan hasil dan peningkatan yang menggembirakan. Jadi metode dengan memainkan video game ini adalah cara yang lebih murah, dapat dijangkau dan tentunya menyenangkan bagi anak-anak.
Sumber : Current Biology, 2013. DOI: 10.1016/j.cub.2013.01.044.