Di masa depan maupun mungkin saat ini sudah mulai digunakan senjata yang bisa bergerak dan memutuskan sendiri, namanya autonomous killing machine, drone misalnya yang sudah sering digunakan di Syria, atau robot-robot yang bisa digunakan untuk menjinakkan bom. Kemudian akan muncul juga autonomous armed robotic vehicles, automated sentry machine guns dan juga autonomous sniper systems. Senjata-senjata otomatis, robot dan bersifat bisa menentukan keputusan untuk menghancurkan sasaran mana saja ini jelas sangat membantu dalam peperangan namun memiliki beberapa resiko yang diungkapkan dalam sebuah laporan riset.
Sebuah laporan riset yang disusun oleh Paul Scharre berjudul "Autonomus Weapons and Operational Risk. Paul Scharre adalah senior Fellow CNAS, Center for a New American Security. Beliau ini pernah bekerja di Kantor Seretaris Pertahanan yang membantu militer Amerika untuk menyusun kebijakan penggunakan senjata mandiri dan otonom. Senjata ini setelah dibangun akan memiliki kemampuan untuk memilih dan menindaklanjuti target sasaran menurut pilihannya. Meski begitu Paul Scharre mengingatkan hal penting tentang keamanan dan resikonya.
Laporan ini juga memberikan pertimbangan dalam perbedaan antara senjata semi-otonom dan full otononm. Senjata semi otomonom masih dikendalikan manusia dimonitor dan sekaligus pemeliharaan sistemnya. Namun senjata otonom dapat bekerja sendiri sehingga kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan murni ada di luar kendali. Scharre sangat konsern terhadap hal ini terutama pada kesalahan desain, hacking, spoofing atau manipulasi yang bisa dilakukan oleh musuh.
Senjata otonom ini memiliki banyak resiko, dan silakan download laporannya di sini.
[Center for a New American Security via New York Times via Gizmodo]