rimba hingar bingar kemerdekaan

 

rimba hingar bingar kemerdekaan

Keputusan untuk memerdekakan diri adalah sebuah keputusan cerdas dalam memanfaatkan waktu, untuk kemudian dikelola dengan visi kebangsaan yang utuh, tidak tercerai-berai menjadi parsial-parsial yang saling menjegal. Kebangsaan dan keabu-abuan pada puncak-puncak kekuasaan memiliki telor akan ketidakjelasan siapa pemilik ataupun owner dari sebuah konstituen yang maha luas, dan maha memiliki jebakan-jebakan akan hitam dan putihnya catatan-catatan yang dibuat. Bukan sulap bukan sihir ketika segala sesuatunya bisa menjadi musuh saat ada sebuah kepentingan mendadak demi sebuah nama baik dan kelanggengan kekuasaan, jangan harap ada yang akan mengasihani ketika semua alat dan perkakas atas nama dalam tanpa petik kenegaraan sudah tidak berpihak, apapun akan menjadi belati dan pedang yang siap membunuh.

Negeri begajul pada kenyataannya hanya akan menjadi sebuah hutan rimba hinggar binggar penyebarluasan ketidakadilan, bukannya memberikan kesejahteraan yang pada awal pernyataan kemerdekaannya digembar-gemborkan sebagai alat marketing agar seluruh komponen yang berada dalam rencana kekuasaannya mau dan menyetujui intan permata yang ditawarkannya. Jebakan-jebakan dan hantaman-hantaman pertarungan saling unggul ideologis mewarnai sepanjang tumbuh dan kembangnya negeri begajul hingga siapa kalah akan di anugerahi award sebagai musuh untuk di habisi dan pelajaran bagi sebuah kampanye regenerasi yang kurang sempurna dan jujur apa adanya sehingga tunas muda cerdas berbakatpun akan mampu mengendus manipulasi-manipulasi praktek pencatatan yang tidak jujur dan objektif. Bom waktu inipun seringkali disebut dengan 'latent knowledge" yang super berbahaya karena akan membuka sesuatu yang sudah 'Sinengker' dan terkunci rapat, bahkan kadang dipaksa untuk sudah dianggap hilang dan selesai.

Celaka memang, para pemimpin baru negeri begajul sudah terlalu yakin bahwa semuanya bisa diatasi dan dihandle dengan mudah, sebab berkaca dengan 'troubleshooting' kacangan yang terjadwal muncul dalam spanduk-spanduk di pinggir jalan tentang bahaya sebuah isme yang berwarna merah, serta saat sekarang ada trend penyelesaian masalah baru yaitu dengan 'terorisme'. Terorisme inipun dipercaya sebagai sebuah ideologi baru karena ada akhiran 'isme' dibelakangnya dimana pada perkembangannya nanti kata sakti 'terorisme' akan selalu menghiasi headline media-media, bukan hanya untuk memojokkan dan mementingkan kepentingan tertentu, namun tercium pula sebuah komoditas 'isme' lain dibaliknya. Lebih celaka lagi bahwa negeri begajul, bagi otoritasnya merasa sangat diuntungkan dan dipermudah untuk mempermainkan kondisi dan situasi dengan komoditas super seksi baru, bukannya memberikan pendidikan terbaik dan kesempatan ekonomi yang luas bagi generasi muda namun langsung saja digunakan tanpa berpikir panjang dan dengan refleksi dari para konstituennya yang 'bhinneka' bahkan sebuah negara tertentu telah lama tidak membatasai kemampuan keuangannya demi kampanye 'anti terorisme'.

pun lama kelamaan akan memiliki musuh bernama 'negeri begajul' itu sendiri, jangankan untuk membicarakan ketidakmapanan dalam pembentukan jati diri bangsa dikhawatirkan akan beranak menjadi anomali-anomali yang tidak bisa diukur dan dikendalikan. Sebab kekurang matangan di dalam akan dengan cepat berhadapan dengan idea 'globalisasi' sudah terencana dan sangat matang. Meski pada prakteknya negeri begajul hanyalah seperti sebuah pusat kantor tata usaha sudah mendekati kenyataan dimana dalang dan pemegang kekuasaan berasal dari kutub-kutub penyedia jasa dan layanan perbaikan ekonomi semata yang mengarah pada kaburnya aras kebangsaan dan kearifannya.

nantinya tidak lebih hanya sebuah jargon sebagai peredam gejolak konflik, hanya bersifat dan berwarna lokalitas sempit sekali, cakupan nasional pun sudah akan dikuasai beberapa gelintir kelompok usaha sahaja. Entah hal seperti ini terjadi karena minimnya pilihan, penyedia dan keterbatasan insani semata, seperti dalam globalisasi di dunia mayapun peperangan akhirnya hanya meruncing antara Microsoft dengan Google. Namun bagaimanapun semoga semuanya mendapatkan pencerahan dari 'evil'nya masing-masing, setan yang membuat kaya dan setanpun yang akan memiskinkan dan menghancurkannya....

Persetan dengan hal diatas, meski sudah merdeka heran sekali masih banyak juga slogan "semarak kemerdekaan", slogan yang aneh... juga karena sudah 64 tahun merdeka, namun bagaimanapun juga 'whatever orang ngomong' MERDEKAAA..., meski makin sumbang saja telaah akannya, jenuh akan kelakuan para begajul pemain kuasa akan korupsi, perselingkuhan, dan penjara sebagai alat cuci uangnya... mereka telah mempersiapkan bom waktunya sendiri dengan cermat... wahaha...

Sumbang

Iwan Fals

Kuatnya belenggu besi, mengikat kedua kaki

Tajamnya ujung belati, menghujam di ulu hati

Sanggupkah tak akan lari, walau akhirnya pasti mati

 

Di kepala tanpa baja, di tangan tanpa senjata

Ah itu soal biasa, yang singgah didepan mata kita

 

Lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita

Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan

Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan

Menyerang dalam gelap

 

Memburu kala haru dengan cara main kayu

Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu

Memburu kala haru dengan cara main kayu

Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu

 

Setan setan politik, kan datang mencekik

Walau dimasa paceklik, tetap mencekik

 

Apakah selamanya politik itu kejam ?

Apakah selamanya dia datang tuk menghantam ?

Ataukah memang itu yang sudah digariskan

Menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak hak sewajarnya

 

Maling teriak maling, sembunyi dibalik dinding

Pengecut lari terkencing kencing

Tikam dari belakang, lawan lengah diterjang

Lalu sibuk mencari kambing hitam

 

Selusin kepala tak berdosa

Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak

Lalu senang dalang tertawa

Ya ha ha

 

Lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita

Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan

Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan

Menyerang dalam gelap

 

Memburu kala haru dengan cara main kayu

Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu

Memburu kala haru dengan cara main kayu

Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu

 

Setan setan politik, kan datang mencekik

Walau dimasa paceklik, tetap mencekik

 

Apakah selamanya politik itu kejam ?

Apakah selamanya dia datang tuk menghantam ?

Ataukah memang itu yang sudah digariskan

Menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak hak sewajarnya

 

Maling teriak maling, sembunyi dibalik dinding

Pengecut lari terkencing kencing

Tikam dari belakang, lawan lengah diterjang

Kasak-kusuk mencari kambing hitam

 

Maling teriak maling, sembunyi dibalik dinding

Pengecut lari terkencing kencing

Tikam dari belakang, lawan lengah diterjang

Kasak-kusuk mencari kambing hitam

 

Maling teriak maling, sembunyi dibalik dinding

Pengecut lari terkencing kencing

Tikam dari belakang, lawan lengah diterjang

Lalu sibuk mencari kambing hitam

 

da da da da da da da...

Atas