Ramadhan 1433 H sebuah catatan pribadi

 

Ramadhan 1433 H sebuah catatan pribadi

Setiap insan memiliki perseps dan perspektif sendiri-sendiri terhadap hikmah maupun ibadah Ramadhan. Tak terkecuali tentu pengaruh, literasi maupun referensi dari para patron masing-masing, karena tidak ada kepandaian tanpa meniru. Meniru, mengidolakan untuk kemudian dikembangkan, dihancurkan bahkan mungkin diramu menjadi sesuatu yang baru atau recycle ide yang dikemas dengan wadah yang berbeda, segar dan lebih cantik. Ramadhan 1433 H seperti tahun-tahun sebelumnya memberikan hikmah maupun pembelajaran yang selalu berlainan dari tahun ke tahun tergantung bagaimana kita mencermatinya bukan. Tahun ini selain meneguhkan opini pribadi penulis tentang penolakan sains terhadap agama juga banyak lagi, bukan seratus persen penolakan namun dari asal muasalnya bahwa sains akademik memang tumbuh setelah adanya agama, bisa memperkaya sekaligus juga mempermiskinkan agama. Itu semua dapat dilihat dari berbagai sisi dan citarasa darimana kita memaknai, menghayati, memahami, mempraktikan maupun mau kita apakan temuan kita walau setitik.

Pro dan Kontra seperti itu tentu akan berlangsung lama bahkan selamanya karena adanya dua kutub, dua sisi, malam dan siang, gelap dan terang, laki-laki perempuan, maupun banyak lagi sisi pertentangan atau sisi lain yang akan muncul sebagaimana perkembangan zaman. Apa yang didapatkan dalam perjalanan hidup penulis pada ramadhan 1433 H ini adalah bahwa apa yang ada dalam benak dan pemahaman selama ini tentang kehidupan adalah baru kulitnya saja. Kulit permukaan yang masih jauh dari kedalaman dan konten sesungguhnya tentang kehidupan. Bahwa apa yang ditulis dan diopinikan disini bukanlah sebuah hal yang patut dinamakan temuan akademis atau menurut teori tertentu, karena jelas semua itu penulis dustakan, selain hanya sebuah permukaan kulit kenyataan semata.

Saat sebulan ini, bulan penuh berkah yaitu Ramadhan 1433 H. Bulan kelipatan dimana setiap pahala yang didapatkan atas ibadah yang dilakukan misalnya sholat adalah dikalikan sepuluh kali lipat. Ibadah apapun, dan ada lagi bonus yaitu Lailatul Qodar yang hanya bisa didapatkan oleh orang-orang tertentu yang sudah dipilih karena ketaatannya pada Allah Ta'ala, tentu saja bonus ini sudah sangat jauh dari harapan penulis karena sulitnya untuk mencapai dan siapa yang tahu catatan yang dipegang malaikat bagi siapa yang akan mendapatkan anugerah istimewa di bulan Ramadhan. Hikmah pribadi yang tentu jangan dimasukkan hati, maupun keyakinan anda karena agama, iman, takwa, taat, maupun ibadah adalah bersifat sangat pribadi dan individual serta dipertanggungjawabkan secara pribadi pula sangat bersifat individualistik antara manusia dengan Tuhannya. Bukan untuk mempengaruhi dan penulis sarankan untuk tidak mempercayainya, sekali lagi ini adalah untuk saya sendiri, dan sangat mungkin untuk tidak perlu dibaca.

Tentang ibadah, ibadah adalah sebuah rangkaian yang terkait satu dengan lainnya. Semua harus dilakukan utuh sebgaimana pekerjaan dan tugas yang harus dikerjakan dari awal hingga akhir. Tidak bisa dilakukan untuk kepentingan sementara, selain merusak karakter, pelecehan juga akan bersifat judi karena menebak apa manfaatnya, dan hanya akan mengambil sesuatu yang bermanfaat bagi diri pribadi. Terlepas dari kemutlakan bahwa rutinitas yang baik akan membawa ke kebaikan adalah teori paling mudah diterima dan semua disiplin ilmu akan mengakuinya. Hal ini adalah nilai-nilai dasar dari sebuah disiplin yang didalamnya adalah ketaatan, taat pada diri sendiri maupun eksternal kepada banyak pihak.

Mengapa malaikat memiliki derajat yang sangat tinggi, tak lain adalah karena mereka dibuat dengan bahan berwarna putih dan mutlak taat bernama Muthmainah. Malaikat memiliki ketaatan yang luar biasa, selain karena sudah setingan default mereka juga akan mempertahankan status itu sekuat tenaganya. Namun mengapa manusia memiliki derajat kesempurnaan yang melebihinya, tak lain adalah karena bahannya berasal dari tanah dan sebagaimana Nabi, yang merupakan bahan dasar penciptaan semesta yaitu Nur Muhammad. Malaikat berada di alam Malakut sementara manusia dengan kebisaannya dapat mencapai dan melesat menuju Jabarut atas izinNya karena ketaatan dan rajin menempa diri dilandasi akan satu kata kunci 'Taat', dengan kebersihan hati mencapai tujuannnya.

Ada ribuan agama di dunia, yang diekstrak dari kata-kata suci dan kitab-kitab suci yang jumlahnya bisa ratusan bahkan ribuan juga. Mereka semua memiliki satu kata kunci yaitu 'taat'. Agama-agama tersebut berusaha dan bersusah payah untuk berkontribusi pada kebaikan dunia dan alam semesta. Tidak ada kata selisih atau perang untuk saling menghancurkan. Tak ada kata-kata aniaya selain karena salah pemahaman, belum saatnya atau karena jenjang kedalaman pengetahuan yang berbeda. Mengapa semuanya bisa berubah, tak lain adalah karena adanya permasalahan karena ulah manusia dan polahnya.

Taat menjadi kata kunci dimana-mana, dalam perusahaan maupun dalam hirarki pemerintahan sampai organisasi terkecilpun memiliki satu misi dan visi yang harus dijalani dengan 'taat'. 

Begitulah sampai sejauh ini, betapa kata 'taat' menjadi sangat berarti, selain hal lainnya yang justru adalah kebalikannya :-))

Everybody knows we live in a world

Where they give bad names to beautiful things

Everybody knows we live in a world

Where we don't give beautiful things a second glance

Heaven only knows we live in a world

Where what we call beautiful is just something on sale

People laughing behind their hands

As the fragile and the sensitive are given no chance

[ Marillion | ]

Atas