Pentas Kekerasan

 

Pentas Kekerasan

Pentas kebiadaban kembali dipertontonkan. Meski letak panggung pentas tersebut saat ini berada di panggung mewah, Timur Tengah maupun Eropa Timur, namun panggung mewah kebiadaban tersebut sebenarnya ada di mana saja. Memang berbeda ketika ada di Timur Tengah, panggung pementasan termewah di seantero jagad tersebut didukung dengan banyak sekali faktor dan faktor utama yang bisa menyentuh hati dan pikiran tentunya karena pendidikan yang mengarahkan turunnya wahyu-wahyu samawi ke daratan tersebut, dan kemudian menjadi pegangan serta jalan hidup kebanyakan orang yang hidup di dunia ini.

Menurut pendapat pentas kekerasan yang ditunjukkan oleh ISIS di Timur Tengah, di Irak dan Syiria akan mengakibatkan bangkitnya kebiadaban yang lahir dari kebiadaban, kelompok untuk bersembunyi, saling menyalahkan antar kelompok, balas dendam, dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang bengis.

ISIS foto by AP

Pentas ala Rambo ini bukan tidak sedikit yang akan terpengaruh. Beban hidup dan tiadanya harapan akan membuat gerakan-gerakan yang mengatasnamakan kebenaran dan jihad akan menjadi semacam pelarian untuk bisa membebaskan diri dari apa yang ada. Betapa akan lahir generasi-generasi bengis dan tidak tahu apa-apa selain hanya untuk mempertahankan hidup dengan menghilangkan musuhnya ketika dilingkungannya hanya ada kekerasan dan senjata. Kematian menjadi memiliki nilai yang lebih sederhana.

Banyak orang tak terkecuali saya sendiri pun tidak bisa melogikakan bagaimana seseorang bisa melakukan bom bunuh diri, ataupun dengan seenaknya sendiri menghilangkan nyawa seseorang karena berhadap-hadapan atau memiliki keyakinan akan agama ataupun kebenaran yang lain. Selain lebih dikenal sebagai bom bunuh diri, tidak pernah ada yang menamakannya bom jihad.

Dihadapan kita sendiri saat ini ada pentas sebuah kelompok pendukung dan kandidat Presiden yang memiliki standar kebenaran sendiri, menafikan sistem yang berlaku dan penyelenggara sistem pemilu tersebut. Bagi pihak yang lain, bahkan yang tidak memilih menjadi hal yang cukup aneh karena kelompok tersebut membawa barang bukti dan tuduhan-tuduhan yang tidak lengkap bahkan berbeda sama sekali dengan hasil dari penyelenggara pemilu, yang proses maupun bukti-buktinya bisa di telusuri secara online dan terbuka untuk umum.

Kemerdekaan berpendapat dan kemerdekaan untuk mendapatkan hak atas keadilan ataupun kebenaran seakan menjadi senjata yang ampuh, bahkan untuk memecah belah atau memberikan wacana yang berbeda, memang bisa seperti itu namun sebagaimana orang kebanyakan tentunya harus didasari dengan bukti yang kuat dan kata ilmiahnya 'valid'.

Kebenaran yang diusung kelompok dan dipelihara serta dipagari dengan ketakutan kepada pemimpinnya, bukan tidak mungkin akan secara mudah menebar benih-benih kebiadaban dan kekerasan seperti yang terjadi antar kelompok yang mengusung kebenarannya sendiri-sendiri di negara-negara Timur Tengah.

Demokrasi adalah panggung yang terbuka lebar dan siapapun memiliki hak yang sama untuk turut serta. Keterbukaan menjadi kunci untuk memelihara jalannya demokrasi selain sifat sportif dan bisa diawasi orang banyak. Sifat rahasia bukan menjadi hal perlu diunggul-unggulkan, untuk apa berahasia ketika dalam kampanye menggelar kampanye akbar besar-besaran yang melibatkan ribuan orang. Karena demokrasi sebenarnya ditanamkan dan muncul dari hati sanubari yang bisa menghargai orang lain, terlepas itu urusan politik ataupun urusan ketika memilih lauk untuk makan siang dalam kelompok tertentu atau keluarga.

Praktek kekerasan yang dilakukan ISIS yang sekarang berubah menjadi IS (Islamic State) tidak ada bedanya dengan praktek-praktek kekerasan dan pembunuhan massal di belahan bumi yang lain. Di negeri inipun ketika tragedi 1965-66 kekerasan dan kebrutalan pembunuhan dilakukan atas nama ketuhanan sebagaimana kelompok garis keras ISIS kepada orang-orang bahkan mungkin sesama muslim. Tak luput banyak dari generasi negeri masih dicoba untuk membangkitkan kebiadaban dan kekerasan untuk saling membunuh dengan isu PKI seperti yang juga diorasikan oleh salah satu pendukung capres yang memiliki kebenaran kelompok sendiri di Hal yang aneh ketika kelompok kandidat pemimpin negara memanggil-manggil kekerasan untuk hadir kembali, terkecuali memang memiliki niatan yang kurang baik.

Semua orang terpana melihat aksi kekerasan di Timur Tengah, dan tak ada yang berani mengulurkan tangah untuk memberhentikan, meski banyak negara super power yang mampu untuk meredam bibit-bibit atau kelahiran-kelahiran generasi keras karena hal ini. Sepertinya banyak orang menunggu datangnya anarki kembali untuk dipertontonkan, bukan tidak mungkin aksi-aksi yang melibatkan tentara bayaran ini dengan mudah akan tersebar. Seperti dengan mudahnya mereka membentuk negara meskipun tidak mendapatkan pengakuan dari negara lain.

[ Foto : AP ]

Atas