Autis, terserah mau didefinisikan seperti apa itu bukan urusan saya. Karena toh semuanya tidak ada pengaruhnya pada yang mengalaminya. Meski kata para ahlinya ada yang mengatakan sebagai "The Einstein Syndrome" ataupun "The orang Jenius Syndrome" dan lain sebagainya namun bagi pelakunya dan orang tuanya toh itu juga tidak penting, karena yang penting adalah penangannya atau lebih penting lagi adalah mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi. Sebab namanya pencegahan lagi-lagi kata orang-orang pintar itu adalah lebih baik, sebagaimana strategi bertahan yang terbaik adalah menyerang, memang begitu ya, karena sudah terlalu banyak orang pintar yang menganalisa dan urun pendapat yang nantinya menjadi sebuah buku atau penguatan modal kehidupan lainnya. (lmao) Masih untung tidak ada pungutan pajak untuk penyakit atau terapi untuk menyembuhkan secara eksplisit, namun terbukti juga bahwa aktifitas untuk menyembuhkan dan terapi memang dipajaki. Dan betapa segala macam penyakit itu memang sebuah komoditi, tidak peduli yang terkena adalah anak autis, orang tua, orang kecelakaan, orang mau meninggal dan lain sebagainya. Meski kadang ada tuduhan bengis kepada tembakau dan nikotin sehingga harus ada fatwa maupun peraturan daerah yang melarangnya, toh pajak cukai tembakau pun dipalsukan, atau tetap diproduksi. Ada juga yang mengharamkan kegiatan dengan uang dari hasil rokok, atau produsennya, namun sebagai gantinya adalah uang yang dihasilkan dari keuntungan menyembuhkan orang dengan lembaga yang semakin hari semakin banyak dan mewah-mewah gedungnya, opo tumon. (angry)
Mengingat bahwa semakin banyak saja autis dan kecenderungan-kecenderungan aneh yang ada, bukan tidak mungkin memang untuk bisa menanganinya dengan baik semisal dengan menginstall perspektif pendidikan inklusi secara nyata di PAUD Inklusi, sebab memang pendidikan anak usia dini dengan deteksi dininya bisa menyiapkan moral untuk saling menghormati inklusi pada anak sehingga tidak kaget dan bisa menerima keadaan teman-temannya secara sosial dan terbuka tanpa ada imej-imej takhayul yang selalu saja beredar dari orang-orang sok suci dengan dalil-dalilnya tentang penciptaan maupun genetika yang secara nyata memang kadang tidak pernah terbukti, terkecuali dengan bukti yang sudah diseting sebelumnya. (idiot) Sebagaimana wacana-wacana yang beredar memang kecenderungan berbeda pada manusia bisa dideteksi oleh ahlinya pada usia dini, sehingga tritmen maupun perlakuan yang mendukung ke arah yang lebih baik bisa dilakukan dengan sistematis dan simultan. Sebagaimana anak Autis yang ciri-ciri umumnya sangatlah pelik karena pada usia hingga 24 hingga 30 bulan anak autis umumnya masih terlihat normal dan keterlambatan tugas perkembangan dalam bermain dan bersosialisasi juga normal dan wajar adanya. Namun perlu pengamatan khusus bagi orang tua ketika setelahnya ada error dalam menghubungkan bahasa, arti dan penggunaannya sehingga lebih sering menggunakan bahasa tubuh dibandingkan bahasa verbal. Dalam hal berkomunikasi dengan temannya atau bersosialisasi pun agak berkurang banyak daripada yang lain, atau lebih parah lagi tidak mau berteman, namun hal inipun seringkali terjadi pada anak lain, ketika pandangan atau reaksi mata dan isyarat-isyarat untuknya tidak dihiraukan barulah bisa dipertimbangkan untuk di cek lebih jauh. Juga kelainan dalam penginderaan seperti pada cahaya, usara, sentuhan, bebauan dan rasa hingga level tertentu. Selebihnya adalah hal-hal ekstrim yaitu terlalu pendiam ataupun hiperaktif, namun tidak logis seperti tidak bisa menentukan alasannya, sangat agresif atau terlalu menarik diri, juga susah untuk diatur. Maka buah hati seharusnya mendapatkan pemeriksaan kepada ahlinya, dan yang penting jangan hanya satu, harus ada analisa pembanding sehingga tidak ada kesalahan penanganan. Bagaimanapun tentunya masih ingat ketika sang buah hati hadir, betapa yang di cek pertama adalah kelengkapan jasmani seperti jumlah jari, matanya ada berapa, suaranya tangisannya keras atau tidak, bisa melihat atau tidak, hihihi.. namun memang bagaimanapun kondisi buah hati adalah tanggunjawab orangtua juga masyarakat agar bisa memberikan hak hidup dan berkembang juga pada mereka insan-insan tuhan yang berbeda kemampuannya yang harus kita dikenal sebagai difabel bukan orang cacat. Sebab bagaimanapun bukan alam yang mengubah seseorang insan menjadi autis ataupun difabel, namun bahwa kelainan ini adalah karena kesalahan manusia sendiri ketika merusak alam dengan polusi, industri atau bahkan tehnologi modern yang malah banyak membuat kekacauan bahkan global warming yang aneh itu, ataupun kekerasan demi kekerasan, kebohongan demi kebohongan yang mengubah DNA masyarakat maupun individu sehingga menjadi apatis, beringasan, nggak waras dan sebagainya yang aneh-aneh dan tak masuk akal.... jadi ingat hashtag #PLNgadat (rofl). Memang hari ini adalah hari autis sedunia namun juga hari ulang tahun pendongeng dan pengkomik, mister Hans Christian Andersen, sobat anak-anak jaman dahulu mungkin, sehingga jadinya tulisan ini kok jadinya seperti ini. (lmao)