Akhir-akhir ini sedang ramai dan heboh tentang kebangkitan komunisme. PKI, Partai Komunis Indonesia kembali menjadi populer pasca diadakannya acara Simposium 65 di Jakarta bulan lalu. Sejarah kelam bangsa kembali menjadi sesuatu yang populer. Mengapa menjadi populer? tentu karena memang isu tentang peristiwa tragedi 1965 - 1966 yang legendaris dan bahkan difilmkan secara khusus untuk diputar di seluruh wilayah negara kembali akan diputar lagi untuk dipertontonkan. Dengan dalih yang bermacam-macam, namun tentunya untuk mengingatkan bahwa ada pernah terjadi Pembunuhan terhadap para perwira tinggi yang diharumkan namanya menjadi pahlawan revolusi.
Kemudian muncul statemen bahwa terjadi kudeta yang dilakukan oleh sebuah partai politik yang cukup besar pada masa itu, yaitu Partai Komunis Indonesia. Tidak berhenti sampai disitu, bahwa kasus kriminal pembunuhan tersebut diselidiki dan diadili para pelakunya di Mahkamah Militer Luar Biasa, karena yang melakukan penghilangan paksa nyawa para perwira tinggi tentara kita tersebut adalah sepasukan tentara dengan kode nama Tjakrabirawa, dan pasukan Tjakrabirawa tersebut adalah pasukan pengawal presiden. Namun juga para simpatisan, pengurus, dan petinggi Partai Komunis Indonesia kemudian di buru, ditangkap dengan sebuah operasi militer yang terkenal dengan sebutan pemberantasan pemberontakan G30S/PKI, karena yang diberantas adalah parpol komunis Indonesia tersebut, ke seluruh wilayah yang memiliki kekuatan merah.
Operasi yang digawangi oleh Pasukan RPKAD tersebut berjalan dengan sukses, dan berhasil memenjarakan ribuan aktivis komunis, baik di Jawa maupun ada golongan khusus yang sampai di Pulau Buru sebagai pulau pembuangan para tahanan politik. Hingga dibebaskan pada tahun antara 1977 - 1980. PKI menjadi partai terlarang setelah kejadian 1965 yang menghebohkan seluruh bangsa dengan sebuah Ketetapan MPRS XXV tahun 1966, yang juga sekaligus pelarangan paham komunis, leninisme dan marxisme di negeri ini.
Berbagai cerita muncul pasca tahun 1965, cerita tentang penangkapan para anggota PKI hingga pembantaian, dan banyak lagi, mengerikan sekali. Saksikan filmnya deh.
Peristiwa 1965 teramat menakutkan dan membuat siapapun yang hidup pada masa itu mengalami trauma, terutama rakyat biasa yang sama sekali tidak tahu perkembangan politik. Maklum pada saat itu sarana informasi masih sangat terbatas, lambat, dan tentu saja membingungkan. Karena menurut penuturan pada simposium 65 ada kabar bahwa kelompok komunis akan menyerang kelompok NU, dan begitupun sebaliknya, dalam berbagai kelompok yang juga bermacam-macam ceritanya.
Tidak maulah membayangkan sendiri, karena menonton film tentang pemberontakan tersebut pun sudah sangat menyeramkan sekali, ditambah dengan kabar-kabar tentang kekejaman-kekejaman yang diobral pada masa itu. Sehingga menjadikan sejarah kelam yang kelam karena tidak pernah terungkit dan cerita-cerita yang terkonfirmasi pun tidak ada maka akan semakin kelamlah cerita tragedi ini, bahkan semakin gelap tertutupi sesuatu yang menakutkan sekali.
Tidak wajar memang, sebuah ketakutan yang luar biasa. Ketakutan akan kematian, dibunuh, diperkosa, dihilangkan hak kemanusiaannya muncul dalam ingatan secara tiba-tiba, karena ketakutan tersebut ditularkan dari cerita tetangga, masyarakat, sekolahan, bacaan hingga film. Tidak ada lagi yang bisa menggambarkannya kecuali kata 'luar biasa', karena memang ada diluar batas-batas perikemanusiaan maupun logika kewarasan. Sangat menakutkan jika di jalan-jalan ada spanduk tentang komunisme dan ancaman-ancaman yang membangkitkan ketakutan.
Bangkitnya ketakutan yang demikian luar biasa karena slogan-slogan, ancaman-ancaman, dan kemarahan-kemarahan jenderal yang ada di televisi, media sosial, media konvensional hingga tulisan-tulisan dipinggir jalan. Pun penangkapan orang-orang yang menggunakan properti singkatan seperti PKI, meskipun kepanjangannya pecinta kopi indonesia, kaos bergambar palu arit yang dibeli di vetnam, karena hadiah atau ya karena logo itu memang pernah ada, penangkapan aktivis maupun penerbitan yang menyuarakan penderitaan rakyat, dianggap sebagai komunis dan tentu saja PKI. Seperti hal yang tiba-tiba saja, pasca adanya simposium 65 yang dipimpin oleh seorang anak jenderal pahlawan revolusi yang pangkatnyapun jenderal. Sungguh mengerikan.
Kengerian dan ketakutan yang luar biasa akan membuat seorang manusia yang dilengkapi dengan panca indera, pengetahuan dan kemampuan menganalisa justru menimbulkan rasa ingin tahu. Di balik rasa ngeri dan takut, seorang manusia akan mencoba untuk membebaskan dirinya dari jeratan tersebut. Berusaha lari dan mencari apa asal muasal dari apa yang dirasakannya. Mencoba menganalisa timeline, atau lini waktu kejadian dan tidak mau berada dalam kegelapan informasi yang timbul dari sesuatu yang tiba-tiba, informasi yang muncul senada bahkan tidak ada informasi yang menyejukkan suasana, serba gerah, panas, dan sumpek.
Apapun itu, di era teknologi informasi sekarang. Masyarakat akan menganalisa semua informasi yang masuk. Ketika ada kejanggalan atau banjir informasi manusia justru akan bertahan, mengerem, mengheningkan cipta, mengerutkan kening, dan berpikir. Ada apakah ini? Mengapa ada informasi seperti ini? Mengapa informasi ini dibersar-besarkan? Kenapa yang ngomong dari kalangan itu-itu saja? atau bahkan Mengapa informasi dan berita-berita menjadi sangat menakutkan?. Kenapa informasi yang menimbulkan ketakutan justru diulang-ulang?. Mengapa para jenderal membuat informasi dan statemen untuk berkonflik? Mengapa masyarakat diam saja, cuek atau ketakutan? Mengapa logo palu arit membangkitkan amarah para tentara dan orang-orang golongan kanan? Mengapa para kaum terpelajar ada yang membolehkan membaca buku-buku Marx atau kiri sementara yang memiliki ditangkapi kodim dan polisi? Mengapa buku yang laris di gramedia itu justru dilarang? Ada bisnis apakah ini? Apakah ada bisnis kuburan massal? Apakah memang ada pembnunuhan dan pembantaian besar-besaran dahulu? Manusia seperti apakah yang mau membunuh orang sebanyak itu? Apakah membunuh dibayar? Apakah ketakutan ini direkayasa?