Baru-baru ini ada 2 muktamar dari dua organisasi besar keagamaan di Indonesia, siapa lagi kalau bukan NU (Nahdlatul Ulama) di Jombang dan Muhammadiyah di Makassar. Dua organisasi besar keagamaan berbasis Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah ini disamping memiliki kekuatan massa yang riil juga program-program yang nyata bagi umatnya. Meski jika di tinjau dengan banyak kacamata mungkin ada yang belum memuaskan dan tidak mencapai sasaran tetapi pada globalnya mereka memang melakukan itu.
Dalam muktamar yang ramai tersebut, penulis mengamati yang ada di Jombang bahwa ada banyak sekali kegiatan atau 'side event' yang dilakukan para umat NU dari kegiatan diskusi, hingga pentas seni yang dilakukan oleh kaum muda NU. Yang terlihat ramai adalah apa yang terjadi di Unwaha - Universitas Wahab Chasbullah dimana ribuan kawula muda NU berkumpul dan bermuktamar untuk menentukan agenda-agenda kegiatan bersama. Cukup menarik bahkan acara ini dibuka oleh Menteri Agama Lukman Saifuddin pun oleh senior NU KH Maimun Zubair yang sudah sangat renta namun memiliki semangat berapi-api melihat gelagat kaum muda NU yang dimotori banyak organisasi terutama Gusdurian sehingga memberikan tausiah yang panjang dan lama. Temanya pun sangat sederhana tanpa ada embel-embel politis yaitu 'meet and greet'.
Menyenangkan melihat sendiri semangat anak-anak muda dalam sebuah organisasi tua renta yang kelihatannya agak kocar-kacir bernama NU ini. Mereka datang dengan mendaftar dari formulir online yang di buat di google drive dan dalam hitungan hari jumlahnya katanya sekitar 2000an orang dan belum lagi yang datang langsung tanpa mendaftar karena tidak sempat. Dan saat ini mereka telah menyelesaikan sekitar 15 tema khusus persoalan sosial yang rekomendasinya pun sudah dibacakan.
Sisi lain adalah pemberitaan media besar dari Jakarta yang memperlihatkan seakan-akan Muktamar NU 1 - 5 Agustus 2015 ini ramai dan penuh dengan sengketa, terutama dalam urusan cara pemilihan melalui voting dengan model AHWA (Ahlul Halli wal Aqdi) untuk memili Rais Am PBNU. Sementara disisi lain pemilihan Pengurus Tanfidziyah (ketua) dipilih melalui mekanisme musyawarah. Memang ini hal baru yang diusung dalam Muktamar NU ke 33 di Jombang. Sementara itu di Makassar pada Muktamar Muhammadiyah penggunaan teknologi e-voting sudah dilakukan dan terlihat rapi tanpa hingar bingar yang berarti. Dan kaum muda Muhammadiyah terlihat sangat leading di isu-isu kekinian, terutama dalam isu anti korupsi di Indonesia, juga para pegiat muda Muhammadiyah bahkan menggunakan kompetisi blog untuk menjaring berbagai usulan.
Menyitir pernyataan Martin Van Bruinessen seorang Indonesianis dari Belanda yang meneliti tentan Islam di Indonesia. Martin hadir menjadi narasumber dalam musyawarah Kaum Muda NU di tanggal 3 Agustus 2015. Dia mengatakan bahwa eksperimentasi demokrasi dalam Muktamar NU ke 33 adalah dobrakan pembelajaran demokrasi yang sangat positif. Dimana terlihat kekacaauan dari luar namun di dalam terasa sejuk. Orang-orang menanyakan hak-haknya dan mengapa sepertinya dirampas, ada dialog dan diskusi di sana oleh orang yang bermuktamar dan untuk kepentingan muktamar. Tidak seperti Muktamar NU di masa-masa lalu yang terlihat rapi namun sudah diseting oleh Invisible Hand yang berada diluar dan memiliki kepentingan besar terhadap organisasi NU.
Memang sistem AHWA (Ahlul Halli wal Agdi) pernah muncul di Muktamar NU di Situbondo tahun 1984 dimana Muktamar pada saat itu adalah muktamar yang sangat panas. Dimana selama bertahun-tahun NU dipimpin oleh Idham Halid yang dikatakan oleh banyak ulama sangat mengecewakan, namun selalu menang dalam kontestasi voting yang dimiliki oleh PCNU dimana PCNU memiliki satu suara, baik PCNU yang ada di Jawa maupun di luar Jawa. Sementara semua orang tahu bahwa jumlah umat per PCNU di Jawa dan di Luar Jawa memiliki jumlah yang sangat jauh berbeda namun memiliki jumlah suara dan bobot yang sama dalam penentuan hasil Muktamar. Pada Muktamar 1984 di Situbondo akhirnya NU dipimpin oleh KH Abdurrakhman Wahid yang menjadikan NU kembali memiliki taring dan sumbangan positif bagi kebanyakan orang warga Nusantara.
Rupanya seminggu ini adalah hari-hari dimana akan ada banyak kejadian yang diilhami dari banyak keputusan yang dihasilkan oleh dua muktamar besar.