2012 menyisakan kehilangan-kehilangan yang tak akan kembali, seperti persahabatan, pandangan, paradigma pertemanan dengan haluan berlainan. Sukses dijalani dengan diam dan bertambahlebarnya pustaka di bilik hati untuk bekal menghibur diri. Memang harus berjalan sebagaimana titah, diatas dua kaki sendiri bergandeng tangan dengan rekan sehati dalam membangun piramida tujuan yang nyata, di bawah lebar dan kuat untuk menumbuhkan bangunan yang kuat menjulang ke angkasa. Angkasa tanpa batas, sejauh perhitungan pandangan mata picik dan rabun ini.
Mau bercerita tentang Desa Membangun yang sedang bergoyang lidah dengan Desa Begajul, ah itu tak menarik lagi. Desa Membangun memang dibangun dengan diksi yang kuat pada akhir tahun 2011 dan awal tahun 2012 lalu. Desa membangun memang bukan komunitas namun sebuah gerakan pencerahan berpikir tanpa tedeng aling-aling dan bumbu-bumbu politis, meski secara politis posisinya bisa sangat berarti, misalnya dalam penggerakan massa ataupun jumlah suara untuk memilih suatu kontestan, namun jauh dari itu, hal tersebut tak ada dalam pikiran orang-orang yang ada di dalamnya. Warga masyarakat yang tercerahkan adalah tujuan, dan setelah tujuan tersebut tercapai maka gerakan inipun akan bubar dan hilang begitu saja.
Hal sepele tersebut memang tak patut diomong-omongkan. Sejurus perjalanan di 2012 banyak karang dan sakit yang mengoyak, bersama para sahabat yang tiba-tiba saja bisa berjalan seiring memasuki hawa hening pedesaan dan keramahan para penghuninya. Meski banyak juga tawa dan senyum mengejek, dalam perbedaan persepsi karena merasa pintar dan tahu siapalah saya. Hanya bermodal cocot dan nekat dengan sedikit sekali kebisaan, tanpa bisa memberi imbalan apapun meski itu sekedar senyum hangat. Namun yang namanya impian insyaallah masih punya barang sedikit untuk memberi warna pada abu-abunya mata yang tak pernah mencicipi cerah.
Sejurus dengan itu, ada idea tentang bagaimana membuat sebuah tempat untuk menyediakan pustaka yang bebas sekaligus informasi segar bagi yang membutuhkan, jika dikatakan, informasi segar bagi yang membutuhkan ini dikatakan 'digarisbawahi'. Ya... kalau tidak butuh ya tidak usah sewot atau penasaran, toh sudah tidak butuh dan sudah tercukupi. Terinsipirasilah untuk menjadikan Joglo.TV sebagai wadah itu dan secara sukarela sebenarnya di launch secara malu-malu tadi sore di Jogloabang, pada Diskusi Pelajar Indonesia Gugat Korupsi. Meski sudah beberapa kali Joglo.TV berusaha on air. Namun dalam hari-hari dan bulan-bulan ke depan masih perlu banyak penyempurnaan di sana-sini sebagai sarana berkomunitas yang tak terhingga.
Dikatakan resolusi juga tidak wow, apalagi ketika itu revolusi, jelas bukan dan teramat sangat jauh sangat. Namun yang bernama cita-cita toh bisa saja dibuat andai-andai (bukan lumut). Andai begini, andai begitu, ah saya juga nggak ahli berandai-andai. Namun dengan munculnya jabang bayi @JogloTV toh akan memberikan sebuah rumah, rumah untuk perbuatan baik yang mungkin bisa bermanfaat dan sebentar lagi juga akan kelihatan siapa sih yang ada dibelakang si Joglo.TV tersebut.
Mungkin ini eksperimentasi, sebagaimana desa membangun dengan bermacam coding yang dilakukan untuk memudahkan penggunanya para perangkat desa yang melek IT, Kades 2.0 disusul kemudian dengan layanan-layanan untuk masyarakat dengan konsep opensource dan kerjabareng dengan siapaun dengan platform apapun demi banyak orang, jika tidak bisa dikatakan demi bangsa atau perlawanan terhadap pikiran begajulan.
Eksperimentasi tak sekadar resolusi wow memang, justru hal yang menarik dan harus terus menerus dilakukan, entah bagaimana jauhnya melangkah, hingga lelahnya kaki diayunkan, sepertinya bangunan-bangunan itu mulai bermunculan untuk saling menguatkan menuju sesuatu yang tertata untuk bisa dinikmati bagi yang bisa menikmatinya.
Mulailah dengan membuat yang wagu ~ @suryaden
— Aji Kisworo Mukti (@Cengkaruk) December 31, 2012
Selamat datang 2013, dan Joglo.TV yang akan menemani, setidaknya... teman saya sendiri... dan sst... nggak wow kok, apalagi? that's me..