on broken wings

 

on broken wings

Tertatih-tatih melewati malam demi malam, pagi demi pagi, siang demi siang hingga menggembung menjadi minggu bulan dan tahun. Jiwa nan sunyi tanpa penghuni dalam kesakitan dan kehampaannya semakin pasrah menerima nasib dan takdir cacatnya keterikatan yang telah menghancurkannya selama-lamanya. Tak ada dendam selain hutang untuk selalu berbuat baik,iklhlas tanpa reserve agar jiwa tanpa nama, penghuni dan hampa tersebut masih mampu menjalani apa yang masih menjadi tugas untuk diembannya yaitu hidup itu sendiri hingga maut yang dinantinya agar lebih cepat menghantamnya pun tak kunjung bisa mengalahkan dan mungkin juga emoh mengajaknya menyelesaikan kehidupan tanpa jiwa di bumi yang sudah bukan merupakan penjara lagi namun, sebuah awang-awang penuh dingin dan jarum yang menusuk-nusuk.

Miniatur neraka dalam kehidupan inipun sudah menjalar dan harus dirasakannya hanya karena salah dan gagal dalam menentukan cinta yang harus diembannya, cinta tanpa makna yang dia pikir bisa dengan mudah mengisinya dengan slogan dan jargon agar menjadi sebuah jiwa bagi kehidupannya kandas ditelan pekatnya malam, seiring anak panah bersama jiwanya yang dilepaskannya untuk mencoba memperbaiki hatinya pada suatu tempat dimana jiwa separonya bertahta, jiwa yang memang menjadi miliknya itupun ternyata sudah hilang bahkan bersama imajinasi kebahagiaan bathiniah yang turut diikutkannya dalam satu kloter anak panah atas nama kejujuran dan ketelanjangan diri yang malah mempermalukannya dan membuatnya semakin meringkuk dalam kawah panas miniatur neraka karmanya sendiri.

Lelaki separuh mayat itu, sama sekali sudah kehilangan jiwa, sudah tiada lagi hati yang tersenyum maupun berduka, dia hanyalah mayat hidup, dengan hanya tujuan hidup yang tersisa atas nama kepenyintasan hidup yang dengan tidak sengaja sudah berada diluar kepalanya lantaran kesukaannya pada permasalahan-permasalahan yang terpinggirkan, hanya dengan modal itulah semoga dengan sayap-sayap patahnya dia bisa mendayung bahtera kehidupan bersama sisa-sisa yang dimilikinya menuju gerbang kematian yang selalu dirindukannya. 

Semakin dia bangun mencoba keluar dari kekosongannya semakin kelam cahaya matanya menatap matahari, semakin pekat mendung itu, hanya kematian dan ajal yang masih angkuh dan sombong menjemputnya, sementara godaan dan kebejatan yang disekitarnyapun hanya terperangah melihat jiwa kosong yang makin sombong untuk menengguk dosa, hai jiwa nan hampa apatah lagi yang menantimu ketika rasa hilang selain, kematian atau janji-janji keindahan yang masih juga kau simpan hanya sebagai lilin untuk waspada akan dosa yang tak juga menyentuhmu untuk menjadi penerang dan menjadi seonggok kebohongan dunia agar kau tampak sebagai jiwa yang berarti, semoga saja kau masih bisa sombong untuk tidak menenggaknya agar dunia tak melibasmu dengan lebih mempermalukanmu.

071109, sanapic

Atas