Ngeri, menjelang 2014 yang dikatakan sebagai tahun politik karena akan ada pemilu legislatif dan pemilihan presiden baru (kalo ada gantinya). Banyak terjadi hal-hal bukan baru namun bisa dikatakan aneh. Seperti maraknya tawuran antar supporter bola, penembakan polisi, penembakan preman, kekerasan berbasis di dalam keyakinan agama, mobil murah bahkan sampai perusakan makam. Impor barang-barang komoditi pertanian yang tidak lagi di kenai bea namun untuk barang-barang elektronik atau kebutuhan informasi malah dikenakan cukai yang tinggi sementara kebutuhan berinformasi saat ini seperti layaknya kebutuhan dasar, namun tak ada pabrik dan pembuatnya di sini, berbeda dengan produk-produk pertanian yang malah harus bersaing secara internasional.
Ngeri, kebutuhan bahan bakar minyak harganya naik sedemikian rupa sehingga berimplikasi pada harga-harga barang lain baik yang harus didistribusikan dengan transportasi maupun yang tidak. Seakan-akan minyak adalah makanan utama sehingga mempengaruhi semuanya. Atau memang benar begitu.
Ngeri, perusakan makam di Jogja dilakukan dengan mencorat-coret makam dengan kata-kata 'haram', 'musyrik' dan kata-kata kotor lainnya oleh kelompok yang mengaku sebagai 'Brigade Muslim', seakan orang hidup tidak boleh mengingat akan kematian. Sementara biasanya orang berziarah pada makam-makam tertentu sebenarnya adalah pengingatan bahwa orang akan meninggal dunia dan tak selamanya akan hidup. Atau mungkin karena iri jika masjid kalah ramai dengan makam-makam tertentu yang juga sebenarnya menganut agama yang sama, bahkan doanya mungkin sama, namun tanpa harus mendengar khotbah yang jauh dari menyejukkan hati.
Ngeri, mendengar kata-kata para ahli ekonomi yang mengatakan bahwa titik keseimbangan dollar terhadap rupiah akan berada di kisaran 15 ribu per satu dollarnya. Bukannya antisipasi untuk menurunkannya namun mencari titik keseimbangan di harga yang lebih tinggi. Jika memang negara adalah perusahaan dengan saham-saham yang bisa jatuh sedemikian seperti saling injak nilai tukar mata uang. Maka sebenarnya adalah jelas tuntutan dan pisuhan rakyat-rakyat kecil, ataupun di sosmed tentang tingkah buruk para pekerja negara yang mereka sendiri tidak tahu karena saking buruknya. Juga tidak ada strategi perang hasil bumi atau produk-produk dari negara terhadap negara lain, justru membuka diri untuk dimasuki investasi yang berwatak seperti 'virus trojan'. Bukannya memperkuat diri namun justru membuka diri untuk diserang habis-habisan.