negeri begajul hanya butuh satu menteri

negeri begajul
 

negeri begajul hanya butuh satu menteri

Kejadian tentang mahal dan langkanya bawang putih, impor sapi yang berujung korupsi dan peningkatan harga PSK, menunjukkan bidang lain dalam kementrian tidak ada gunanya sama sekali.

Bahkan dalam bidang kesejahteraan masyarakat, semacam kartu Jakarta Sehat yang sekarang masih sakit dan dalam masa penyembuhan. Menunjukkan bukan praktik kedokteran atau layanan kesehatan yang menjadi ujung tombak, namun uang.

Alat perang ataupun pekerja untuk menjaga kesatuan negeri begajul pun tak ada gunanya sama sekali. Mereka hanya berperang dan tawuran bak anak sekolah ABG atau mahasiswa yang suka saling ejek. Tak pernah atau bahkan membiarkan terjadinya perdagangan tanah ataupun jual beli pulau yang untuk mengakses datanya orang sipil akan mengalami sakit hati untuk mengaksesnya.

Biro pusat statistik, yang isinya ahli penghitung, survei dan menjadikan kegiatan manusia menjadi item dan angka. Hanyalah memiliki data yang disimpan di lemari, sementara orang biasa jika akan mengaksesnya harus membeli dan sangat mahal. Bahkan rakyat yang ada dalam datanya tak bisa menggunakannya sama sekali. Sudah begitu, data Jamkesmas pun dari BPS hanya digunakan maksimal 40 persen dan sisanya adalah keputusan TNP2K sehingga tidak salahnya ketika orang yang sudah meninggalpun mendapatkan kartu Jamkesmas.

Lantas menteri apa atau departemen apa yang paling penting dan hanya itu yang dibutuhkan negeri begajul?. Departemen Perdagangan dan Menteri Perdaganganlah yang paling berguna dan memenuhi syarat demi kemajuan bangsa begajul tersebut.

Pendidikan yang seharusnya murni dan dibiayai negeri begajulpun tak lepas dari praktik perdagangan. Bahkan kementrian Riset dan teknologi, Kementrian Informasi yang hanya bisa dan menganggap sudah berprestasi ketika mampu menjual banyaknya alat telekomunikasi pada masyarakat berikut biaya operasionalnya.

Kementrian agama sudah sangat jelas, pernah di sindir oleh Gus Dur dalam praktik perdagangannya.

Jadi memang sangat pusing para pemimpin negeri begajul, karena kemampuan perdagangan yang semakin menyusut disebabkan kemampuan tersebut menjadi dan berubah menjadi keterampilan mencuri dan mencopet karena perdagangan tak pernah diasah secara benar. Dan departemen-departemen di bawah menteri tersebut berdagang secara sembunyi-sembunyi.

Penyakit dan hobi berdagang ini pun tak luput hingga ke pemimpin negeri begajul yang juga menjual anaknya untuk mengurusi partai, namun karena kemampun politik rata-rata dan tertinggi di negeri begajul adalah politik dagang abal-abal. Maka tentu saja tak enak dipandang mata, karena demikian memuakkan. Sehingga menteri perdagangan seharusnya melihat peluang ini untuk menjadikan negeri begajul negeri yang penuh dengan saudagar intelektual, namun bisa praktik sehingga bukan sekedar wacana.

Atas