difabel, inklusi dan kenyamanan

 

difabel, inklusi dan kenyamanan

Pernahkah terpikir bahwa ketika melihat kakek nenek kita yang renta, ibu-ibu yang sedang hamil, anak-anak sekolah bahkan kita sendiri yang kesulitan untuk menyeberang jalan. Karena ramainya lalu lintas, bahkan mungkin akan sangat terasa ketika bersepeda, betapa tidak nyamannya lalu lalang kendaraan yang entah disopiri robot atau setan. Seperti tidak mau mengalah dan hanya melaju dan melaju untuk mencapai tujuannya secepat-cepatnya. Kesantunan berkendaraan atau menggunakan jalan umum mungkin bukan hal yang dapat digunakan sebagai patokan untuk membicarakan kenyamanan, kenapa? karena mungkin kita semua merasakan hal yang sama yaitu tidak nyaman dan mungkin pula sudah tidak membutuhkan kenyamanan di jalan raya, karena memang semua merasakan hal yang sama dan sudah dipersiapkan ketika berangkat dari rumah bahwa 'di jalan tidak nyaman'.

Ketika menggunakan angkutan umum apalagi, apakah kita manusia yang memiliki eksistensi, bahkan ketika berada di bandara internasionalpun yang ketika mau menggunakan harus dengan tiket yang jelas tidak murah plus tempat yang jauh diluar kota. Apa layanan yang kita terima? Apa kenyamanan yang didapatkan dan kita semua mulai dibiasakan dengan hal tersebut, ruang tunggu yang penuh sesak, apalagi dengan kondisi pemberangkatan yang semakin amburadul, dan kita harus berpikir positif bahwa itu adalah hal biasa, karena ini karena itu, dan permakluman serta persiapan mindset  yang kita kelola sendiri bahwa ini adalah hal biasa, teratur dan bagaimana menanggapinya dengan positif. Untuk menjaga kewarasan kita yang terulur-ulur hingga mungkin waras dan gila sudah hampir tidak ada batasnya.

Ketika menghadapi bencana dan mencoba mengurainya, saat terjadi gempa Bantul pada tahun 2006. Melihat rumah dan kampung yang rata dengan tanah, apa yang bisa terpikirkan salah satunya adalah bagaimana memberikan jalan yang aksesibel untuk menyelamatkan diri dari bencana yang hanya dalam hitungan detik dapat memporak-porandakan semuanya. Bagaimana mencipta lingkungan yang nyaman, aman dan tenteram serta aksesibel ketika terjadi sesuatu yang membahayakan. Bukan berharap namun bukankah semuanya bisa terjadi dan sebagai manusia biasa siapa sih yang nggak membutuhkan hal tersebut?.

Sudah terlanjur memang kepahlawanan yang maha perkasa dan didikan dari manusia terlatih yang menjadi tentara dan menguasai negeri ini, memberikan pelajaran untuk selalu positif menghadapi segala sesuatu, namun... apakah kita semua seperti itu. Bagaimana dengan ibu-ibu hamil, anak-anak, nenek-nenek ataupun kakek-kakek apalagi manusia yang bagian tubuhnya ada yang tidak berfungsi sehingga memerlukan perhatian untuk menjadi rambu kenyamanan minimal.

Kita semua manusia yang tidak seragam, berbeda sebagaimana dinyatakan pula dalam Deklarasi Salamanca yang diarahkan dalam pendidikan. Mengapa pendidikan? karena disanalah otak, perilaku dan kemudian sikap kita ditempa dan diarahkan kalau tidak mau di sebut sebagai di bimbing. Jika sekolah yang menjadi tiang penyangga bangsa pun tidak memahami hal ini maka apa yang bisa kita harapkan untuk berpikir positif yang bukan tidak mungkin itu hanyalah pemakluman agar tetap waras. Dalam pernyataan Salamanca yang disebutkan adalah anak-anak, kita semua tahu bukan, bahwa cetakan manusia dan moralnya adalah juga dari produksi pabrik-pabrik yang kadang berusaha mengangkat martabatnya menjadi berstandar internasional tersebut.

Salamanca Statemen Juni 1994

Landasan Pernyataan Salamanca adalah:

  1. Universal Declaration of Human Rights (1948)

  2. Conclusions from “The World Conference on Education for All” (1990)

  3. United Nations “Standard Rules on the Equalization of Opportunities for Persons with Disabilities” (1993)

Pernyataan Salamanca mengakui bahwa:

  1. Every child has a fundamental right to education

  2. Every child has unique characteristics, interests, abilities and learning needs

  3. Education  systems should be designed and educational programmes implemented to meet these diversities among children

  4. Students with special needs must have access to regular schools with adapted education

  5. Regular schools with an inclusive orientation are the most effective means of combating and preventing discriminative attitudes and building up an inclusive society

Pernyataan Salamanca mengharapkan bahwa negara :

  1. Improve the education system so it can include all students 

  2. Adopt the principle of inclusive education in the legislation system to enrol all children 

  3. Develop demonstration project

  4. Establish decentralized systems and user participation in planning, monitoring and evaluation

  5. Encourage the participation of parents and relevant user organisation

  6. Pay attention to  early identification of special needs and Early Intervention

  7. Give relevant education, further education, training and support to teachers and other relevant professionals

Mengapa Pernyataan Salamanca menarik?

Jika memang ada contoh sekolah dengan pendidikan inklusif yang benar maka anda akan melihat nyaman dan tempat yang aman bagi anak-anak. Dapat di eksplorasi tentang aksesibilitas dan mungkin layanan dari guru-guru yang bisa memberikan tanggapan kepada banyak pihak dan bermacam anak dengan bawaannya masing-masing. Nah jika memang ada rasa saling menghargai dan membimbing di antara para siswa tentunya akan banyak sekali saat ini para ahli yang memiliki kesadaran akan inklusi dan menciptakan suasana yang nyaman dengan standar difabilitas yang menakjubkan. Akan tercipta tangga-tangga di gedung atau penyeberangan jalan yang aksesibel, dan bisa untuk dilalui kursi roda ataupun lansia dengan tanpa harus tergopoh-gopoh.

Bagaimana para ahli konstruksi bisa membuat dan menciptakan suasana nyaman dan aman, sementara di depan rumah saya sendiri setiap tahun ada galian untuk membersihkan atau memperdalam saluran air yang sangat berbahaya bagi anak-anak. Kita mungkin sudah terbiasa dengan itu, namun mengapa kita harus terbiasa dengan hal-hal yang sangat memaksa, untuk selalu mengikuti dan menyesuaikan, mungkin bagus kalau itu hal yang waras, namun saat ini kita benar-benar berhadapan dengan sesuatu yang mengubah paradigma pemikiran, bahkan persaingan dan kompetisi menjadi hal yang wajar untuk mendapatkan hak. Mengapa itu harus terjadi?

Apa yang harus dilakukan?

Pastinya saya juga tidak tahu, siapalah orang yang menulis ini, hanyalah orang biasa yang juga menjadi korban keadaan yang semua orang mungkin mengalaminya, dan beruntunglah anda yang tidak mengalami atau mungkin memiliki pendapat seperti tersebut di atas Wink

Atas