bangkit atau lupa

 

bangkit atau lupa

Setelah diputuskan menjadi sebuah ketetapan bahwa tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional beberapa dekade yang lampau. Banyak penentangan dan suara ketidakpuasan tentang hari tersebut. Diantaranya adalah bahwa Boedi Oetomo hanya berorientasi di Jawa dan Madura saja, Boedi Oetomo terdiri dari para pegawai Kompeni yaitu para amtenaar dan tentu saja para priyayi yang mampu bersekolah tinggi pada saat itu. Pernyataan maupun posting blog hingga artikel tak mampu lagi untuk merevisi keputusan tersebut karena nilai politis yang sudah mengkristal meskipun para sejarawan dan Indonesianis mengetahui dengan pasti isi dan maksud Syarikat Islam yang berdiri 3 tahun sebelumnya.

Meski bagaimana lagi apakah pertengkaran akan masa lalu hanya akan dilupakan saja atau diluruskan, sepertinya untuk ranah kenegaraan seperti inipun mesti melalui jalan panjang baik ranah akademis maupun politik. Melihat tabiat negeri inipun rasanya tak mungkin untuk bisa mengubah sesuatu yang salah menjadi benar karena tumpukan permasalahan yang tidak pernah selesai. Cukup dibiarkan, dilupakan dan legawa, toh tidak mungkin terjadi perang saudara karena senjata sudah dimonopoli dan diawasi dengan sangat ketat.

boedi oetomo 

Hal seperti ini mungkin tercipta dengan sendirinya agar bangsa ini dapat melawan lupa dengan mencatat dan mereferensikan dalam dunia pendidikan bahwa ada catatan sejarah berbeda yang menjadi pelengkap bahwa ada kisah lain yang lebih benar dan mewakili namun karena hal tertentu tidak bisa dengan serta merta meruntuhkan ketetapan meskipun hal itu diyakini kebenarannya. Sangat mengherankan dan rancu dengan hari sumpah pemuda 28 Oktober, karena sumpah pemuda seharusnya adalah hari kebangkitan nasional yang sebenarnya dan meskipun kata Indonesia sudah dipakai oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1923. Hanya saja sikap anti-komunisme pastilah akan meranggas kembali apabila hal ini diakui secara kenegaraan, pun pula Partai Komunis Indonesia sudah diberangus dengan kejam tanpa pengadilan sejak tahun 1965, bersamaan dengan diturunkannya Soekarno Presiden Indonesia pertama sang proklamator Negara Republik Indonesia yang sebenarnya. Atau ada kata lain untuk hal ini 'kepala batu' a.k.a 'ndasmu atos' misalnya.

beginilah si arifinto

Mengisi kemerdekaan mungkin lebih penting meskipun tidak ada hari nasional khusus untuk itu 'hari mengisi kemerdekaan' karena pastilah akan ramai dunia ini dengan perseteruan pendapat ketidakpentingnya 'hari mengisi kemerdekaan' karena memang harus dilakukan tiap hari baik secara sadar maupun tidak sadar, bukan seperti Arifinto anggota Dewan yang nonton bokep dikala sidang paripurna, dan siapa pula saat ini yang mengingat peristiwa hari itu ketika diputuskan membangun gedung baru DPR. Lupa!!!

Lupa, sebuah kata yang sedang dilawan banyak orang saat ini dengan menggencarkan gerakan 'melawan lupa' hanya perlu diingat perbedaan antara 'memaafkan' dan 'lupa' karena keduanya memang tidak harus saling membingungkan. Seperti yang terjadi ketika pemilihan umum atau pemilihan yang menentukan para pemimpin dan legislatifnya bahwa harga 'lupa' dan harga 'maaf' tentang track record orang hanya akan terjual murah per-kepala sehingga malah mungkin ada sebuah partai baru yang nantinya akan percaya diri memodifikasi kata 'lupa' menjadi 'maaf' dan akhirnya masa lalu kebobrokan sebuah orde tirani akan lebih murah terbeli karena apalagi kalau bukan 'janji kosong' kembali ke 'kemakmuran masa lampau'.

Selamat hari kebangkitan nasional, dan jangan lupa untuk mengisi kemerdekaan dengan segala sikap yang baik demi kebaikan kita semua.

Atas