nasib, mungkinkah...

 

nasib, mungkinkah...

Kecerdasan, ilmu pengetahuan, budi pekerti serta banyak hal positif yang bisa ditulis, entah ditulis di blog, maupun dalam sebuah buku dengan sampul tebal dan harga selangit, bukan untuk dimiliki sendiri karena memang bukan milik pribadi. Dalam sebuah ide tentunya didalamnya terdapat hal-hal lama ataupun unsur-unsur yang mendukung untuk terjadinya ide atau kreatifitas, bukan tidak mungkin jika hal itu sudah pernah ada dan terbersit pada masa lampau namun tidak terdokumentasi dengan baik dan rapi. Sehingga ada yang kemudian tersadar, tercerahkan untuk mengumpulkan secara sistematis menjadi sebuah paket yang makin lama berkembang dan bisa jadi berubah warna maupun wujudnya, menjadi sesuatu yang terasa baru dan mengagumkan.

Konon seperti ketika Sang Hyang Nurcahyo menemukan cara untuk menempa besi dan menjadikannya logam-logam yang bermacam-macam di tanah Jawi, dan saat ini menjadi sebuah ilmu metalurgi yang bisa dikembangkan, distrukturkan dengan logika dan rumus-rumus yang bagaikan mantera ajaib juga. Atau ketika lahir pula seorang empu yang hobinya membuat keris atau senjata dari logam namun harus di dalam air, entah pakai rumus apa namun ada yang pernah menceritakan hal tersebut secara lisan. Mau percaya atau tidak semuanya boleh-boleh saja, karena memang saat ini budaya lisan ini sudah mulai terkikis dan entah kapan punahnya mungkin seiring dengan 'Pasar ilang kumandange' dalam rangka menyambut hari akhir bagi yang mengimaninya. Atau mungkin juga sudah dianggap sebagai kisah fiksi belaka seperti wayang meskipun para raja Jawa memiliki ikatan keturunan dengan Eyang Parikesit yang entah dimana letak petilasan terakhirnya, semuanya tertutup rapat seperti alam menyimpan rahasianya untuk memberi pelajaran bagi para begajul yang merusaknya.

Seiring dengan perkembangan pendidikan yang menjauhkan bangsa ini dari akar-akarnya, menjauhkan diri dari nilai-nilai esensi keluhuran tehnologi yang sudah diganti dengan sesuatu yang baru yang digerakkan dengan atom maupun nuklir, bahkan mungkin tidak percaya sama sekali bahwa molekul ataupun atom-atom itu adalah mahluk hidup yang bisa menghasilkan energi, sulit di terima memang ketika atom-atom itu bisa juga dikatakan sebagai virus ataupun mahluk maya, karena memang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun hanya dikenali ketika berpengaruh pada tubuh manusia.

Pengkastaan pun muncul ketika pengetahuan berkembang, membedakan siapa senior, penemu, pemilik merk hingga siapa dia kok tiba-tiba muncul serta mencaci keberadaan kasta yang sudah establish, orang itu harus dibuang dan dijauhi karena mengganggu esksistensi kekuasaan maupun ide yang sudah ada, dan meskipun kurang pas namun ide barunya untuk perbaikan harus ditumpas hingga ke akar-akarnya. Bayi wingi sore yang hanya bermodal ide dan pengamatan namun tidak pernah praktek dan sekali lagi tidak punya kuasa. Dia hanyalah virus, harus dienyahkan dengan disinfektan yang ada, jangan sampai mempengaruhi, buang, buang dan buang sejauh-jauhnya....

Begitulah kehidupan memang selalu siap perang, siap menentang gangguan, siap filter-filter pengaruh, memang benar dan begitulah seharusnya, tak ada yang harus disalahkan. Satu sisi memang benar dan bisa diterima, namun menghasilkan banyak korban, bahkan kadang korban tak bersalah. Hanya demi kepentingan ulangtahun kota, harus dibayar dengan pembersihan pemukiman, pembersihan para jelata yang tidak tahu apa itu hukum ataupun hak. Seakan mereka hanya harus menerima nasib, nasib dari takdir yang ditentukan Gusti Allooh ingkang moho kuwaos. Memang ketika itu sudah terjadi menjadi bernama takdir, namun takdir dan kejadian itu berasal dari mana, mungkin berasal dari tuhan jawabnya, ya tuhan yang ada di gedung mewah itu. Mereka menguasai alam itu dan tidak mau terlibat ketika bencana datang, bencana berasal dari penguasa yang lain, yang tak terlihat.

Lantas mengapa tidak menyadari bahawa ini hanyalah 'tricky situation', mengapa tidak melawan dengan trick yang lebih cantik, meski hati dan perasaan sudah luluh lantak, sebelum emosi dan kebodohan menguasainya....

(poro sedulur stren kali, jernihkan dahulu air baru ketahuan ada apanya...)

Atas