#301313; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px;">teringat beberapa tahun yang lampau ketika aktifis lsm yang mentenggarai adanya korupsi dan penyalah gunaan anggaran di jogjakarta dihajar dan dituduh sebagai orang atheis dan komunis di kantor milik negara juga. masih ampuh juga anggapan komunis untuk mengahajar seseorang meski yang menghajar tentunya hanya bersembunyi dibalik keimanan pada tuhan yang tentus saja kemungkinan besar tidak dimilikinya karena perbuatannya yang tidak berperikemanusiaan, sebagaimana kecemasan para artis jika-jika ada yang mengupload video porno kamasutra model elektronik yang memiliki wajah serupa tapi mungkin juga tidak sama dengannya.
#301313; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px;">sebagaimana Tama, seorang aktifis ICW yang barusaja dihajar dan dibacok karena entah ada hubungannya atau tidak, tama adalah pelapor rekening gendut para polisi yang dimuat di majalah tempo yang langsung laris dikoleksi oleh kolektornya atau pembungkaman informasi agar tidak tersebar ke seluruh lapisan masyarakat, sebab jangan-jangan nanti polisi dianggap kaya semua, sementara ketika anggapan itu benar, maka sudah tidak layak lagi dong polisi menerima suap ataupun tilang damai di jalan-jalan, yang habis untuk ngafe dan beli tongseng di pinggir jalan.
#301313; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px;">belum lagi pelemparan molotov terhadap kantor tempo, atau tiba-tiba ada rencana mempersenjatai satpol pp dengan senjata api, menambahkan perlengkapan satpol pp yang dahulunya juga sudah bersenjata namun entah pentungan elektrik atau obat penaik darah agar ganas dan tega kepada rakyat kecil yang mandiri dengan membuat lapak pekerjaannya sendiri sementara pemda dan pemerintah yang tak bisa menyediakan lapangan pekerjaan, hanya menarik ijin dan pajak dari swasta. tanpa rasa malu merusak upaya untuk mempertahankan hidup rakyatnya sendiri, hanya karena tampak tidak bersih dan membuat jalan macet, sementara pengaturan lalu lintas sendiripun tak pernah memperhitungkan keperluan masyarakat lingkungan setempat.
#301313;">bukan hal baru memang, dan dengan mudah sebenarnya bisa diendus rencana dibalik rencana pemberian perlengkapan senjata api kepada polisi non gelar, seperti satpol pp. demi menyebarluaskan teror kepada rakyat sendiri#301313;"> agar semakin ketakutan dan menambah jarak agar kebusukan-kebusukan semakin sulit untuk di sentuh. terlalu cepat memang untuk mengambil kesimpulan bahwa teror diciptakan dari, oleh dan untuk rakyat sendiri#301313;">.
#301313; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px;">#9d4040; text-decoration: none;" title="Negeri Begajul" href="http://www.suryaden.com/content/negeri-begajul">Negeri Begajul memang sebuah negeri yang tidak akan pernah makmur, tidak akan pernah jaya, ketika para begajul masih bertengger di kursi-kursi
empuk, meski gedungnya sudah miring, namun toh mereka juga adalah orang-orang yang katanya bersaudara dengan kita. meski harus membeli rasa itu. dan yang jelas semakin dihias hingga cantik dan bahenolnya para pembela pejabat dan birokrasi itu, semakin lebih cepat darah tersirap ke atas, untuk melawan, bukannya cemburu, namun sudah muak dengan apa yang terjadi di atas sana, di sebuah tempat yang menghosting angkara dan kemurkaan, para penggede.