BBM bancakan Subsidi

 

BBM bancakan Subsidi

Premium adalah bahan bakar kelonan. Kelonan mungkin mirip dengan bancakan. Sebab kelonan melibatkan dua pihak untuk mencapai sesuatu hal yang memberikan kenikmatan berdua, dan selanjutnya adalah bancakan dimana bensin premium dengan subsidi negara yang ratusan trilyun itu katanya, dihabiskan untuk bancakan membuat bensin premium RON 88 dari minyak dalam negeri RON 70 atau dari minyak pertamax impor RON 92, ada yang diturunkan ada yang dinaikkan, dan tentu saja melibatkan banyak pihak yang mengais keuntungan karena kelonan kepentingan dan bancakan hasil keuntungan.

Memang negara kita sejak dahulu adalah negara berkembang, berkembang ke kehancuran atau berkembang ke kebaikan membutuhkan pisau analisis yang berbeda, pun pula cara pandang yang berbeda pula. Yang aliran kiri menyebutnya ketidakberhasilan atau penipuan terhadap kedaulatan energi, dan yang aliran kanan mungkin akan menyebutnya dengan dusta-dusta yang berdosa sehingga juga berakibat ke ketidakbaikan.

Penyebutan atau istilah bisnis lembaga negara yang setengah-setengah profesional, profesional kepada rakyat umum dan biasa saja di internal mereka. Menyebut barang dagangannya dengan istilah internasional seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar dan banyak lagi istilah yang berbau sepertinya akademis namun aslinya hanya penyebutan dagangan. Hal ini sebenarnya membingungkan dan membuat kesempatan bagi orang untuk menyepelekan istilah BBM Bersubsidi, sehingga pada prakteknya setiap pengguna kendaraan bermotor tidak peduli apakah BBM yang dibelinya bersubsidi atau tidak, karena yang penting bisa dipakai, dan toh istilahnya tetep 'Premium' yang artinya adalah berkualitas tinggi. Meskipun di dunia ini katanya Premium RON 88 sudah sangat sulit didapatkan karena mungkin hanya di negara kita yang ada, seperti dituliskan di .

Anehnya hal kerugian yang ratusan trilyun ini tidak mengubah atau membangkitkan kesadaran untuk mengubah nama produk dagangan bensin premium tesebut menjadi lebih membumi seperti diganti namanya saja menjadi 'bensin bersubsidi', 'bensin subsidi', 'bahan bakar bersubsidi' atau 'premium bersubsidi' secara resmi sehingga orang dapat membedakan dengan jelas mana yang subsidi mana yang tidak untuk meminimalisir kekeliruan pembelian bensin, atau berbagai alasan lain untuk merampok 'bensin bersubsidi' yang aslinya katanya untuk kalangan tertentu yang membutuhkan 'subsidi'.

Diskusi dan seminar elit tentang salah sasaran pemberian subsidi dalam hal bensin BBM bersubsidi seakan hanyalah adu mulut dan adu citra saja. Tidak ada tindakan yang jelas dalam hal bagaimana orang biasa bisa membedakan dengan jelas mana sih barang dagangan Pertamina yang bersubsidi ataupun yang tidak dalam bahasa Indonesia yang bisa dipahami dengan benar.

Juga BBM yang tidak bersubsidi seperti Pertamax pun harganya sekarang sudah berlainan di tiap daerah, meskipun harganya bisa naik turun jugnkat-jungkit namun tidak sepadan dengan gejolak internasional yang harganya turun drastis. Dan cilakanya pernah ada semacam gerakan yang malah memasang stiker pada kendaraan dengan kata-kata 'kendaraan ini menggunakan BBM tidak bersubsidi' bukankah akan lebih mengena jika di POM Bensin malah mengganti atau tidak lagi menggunakan kata Premium dan lainnya namun dengan kejelasan papan penjualan stasiun/dispensernya dengan tulisan 'Bensin Subsidi', sehingga jelas yang beli adalah orang atau kendaraan yang membutuhkan subsidi, karena jika dilihat sekarang juga beda harga bensin bersubsidi dengan yang pertamax harganya tidak berbeda jauh, bahkan mungkin jika ditambah dengan subsidi negara harga bensin non subsidi sebenarnya lebih murah daripada yang disubsidi.

Maklum negara berkembang, yang tidak jelas mau berkembang ke mana.

Atas