Lakon Sekar Delima Sinarang adalah rangkaian keempat dalam tujuh rangkaian lakon kisah Garuda Senjari Putih. Cerita wayang Kadewatan naskah dari Pangeran Brontokusuman, menantu HB VII ini belum pernah di panggungkan. Karena naskahnya sendiri belum lama ditemukan dari almarinya. Naskah yang diwariskan kepada cucu Pangeran Brontokusuman, yaitu Drs. Manu J. Widyaseputra sedang dibedah dan berusaha untuk dipanggung pentaskan serta di narasikan dalam bahasa Indonesia dan huruf latin dari naskah aslinya yang beraksara Jawa.
Garudha Senjari Putih, Senjari artinya adalah kemauan baik yang tak pernah padam joglo.tv/node/55 #brontokusuman
— joglo tv (@joglotv) January 25, 2013
Seri pertama hingga keempat sudah dipentaskan di Kwarasan, jalan Godean Yogyakarta. Untuk memudahkan para penggemar seri Wayang Naskah Brontokusuman, mulai seri Sekar Delima Sinarang akan mulai dipentaskan di Pendopo Monumen Pangeran Diponegoro, Sasana Wiratama, Tegalrejo, Yogyakarta. Dengan dukungan dari Lembaga Pelestari budaya Jawa Sekar Parijatha, Kelompok Kerja Pemberdayaan Agrotani dan banyak lagi.
Adalah Amir Sutoko, salah satu senior Jogloabang yang berusaha dan bersemangat mementaskan wayang naskah Brontokusuman ini, mendokumentasikan dan mengibarkan lagi semangat Budaya kuno untuk selalu diperhatikan dan dipelajari agar tak segera hilang dari peradaban yang semakin cepat berputar. Maka berangkatlah Joglo TV, untuk ikut mendokumentasikan dan memperbanyak sebaran khalayak untuk bisa menikmati dan memperhatikan wayang Naskah Brontokusuman yang langka dan satu-satunya di dunia melalui internet.
Pagelaran Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta "Siddhi Puja Bhakti Keluhuran Bangsa dan Keistimewaan Yogyakarta". Lampahan Sekar Delima Sinarang, Babaran Naskah Brantakusuman, Dhalang Ki Mas Lurah Cermo Radyo Harsono.
Sinopsis Lampahan Sekar Delima Sinarang:
Setelah berhasil membangun Kahyangan Jlungring Saloka dan delapan kahyangan lainnya, Garudha Senjari Putih masih mempunyai kewajiban untuk membantu berpencarnya umat manusia di muka bumi.
Bathara Guru memohon pertolongan kepada Sang Hyang Jagat Pramana dan Bathari Winatarukma untuk:
Mengalahkan musuh yang menyerang Kahyangan Jongring Salaka, yakni raja dari Negara Giri Maninten, Prabu Kanigaraningrat beserta saudara-saudaranya,
Menemukan Sekar Delima Sinarang dan Wanara Seta yang menjadi sarana berkembangnya umat manusia di bumi.Sang Hyang Jagat Pramana kemudian memerintahkan puteranya, Garuda Senjari Putih untuk melaksanakan permohonan Bathara Guru.
Garudha Senjari Putih akhirnya berhasil membunuh Prabu Kanigaraningrat beserta saudara-saudaranya dan mencabut Negara Giri Maninten untuk ditempatkan di lereng Gunung Sumbing. Negara itu berubah menjadi pertapaan yang dinamai Pertapaan Giri Sarangan dan Prabu Kanigaraningrat beserta saudara-saudaranya berubah menjadi Sekar Delima Sinarang.
Sementara itu Wanara Seta menjadi kajiman, yang menjaga Pertapaan Giri Sarangan dan Sekar Delima Sinarang, karena bunga inilah yang menjadi wahyu benih raja-raja di Tanah Jawa.
Wanara Seta itu kemudian bernama Resi Kapi Angga Putih dan Bambang Parikenan adalah brahmana yang pertama kali bersemayam di Pertapan Giri Sarangan hingga kelak keturunannya yang bernama Begawan Sakri.
Kisah dalam lakon Sekar Delima Sinarang tetap unik, dimana ada raja Kanigaraningrat dan semua adik-adiknya, dari kerajaan Arga Giri Maninten yang mengejar wahyu Sekar Delima Sinarang, hingga mengobrak-abrik kahyangan. Negara arga Giri Maninten menjadi terbengkalai dan tak berpenghuni karena hal tersebut, sehingga negara Giri Maninten di ambil dan dimasukkan ke kawah Gunung Sumbing oleh dua sahabat Resi Tepat Trengginas, agar niat raja Kanigaraningrat berubah menjadi niat yang baik. Namun akhirnya Raja arga Giri Maninten dan kelompoknya dikalahkan oleh Garuda Senjari Putih dan berubah menjadi cis Jaladara dan cis Trisula yang hilang dari kahyangan.
Naskah Brantakusuman sangat cocok dipentaskan saat ini disaat negara Nusantara sedang membutuhkan pemimpin negeri yang benar-benar memiliki 'cahaya ilahi', mengantarkan kemakmuran negara dari bawah dan menjadi pelayan negara bukannya menjadi penguasa negara semata.
Pagelaran wayang dari naskah Brontokusuman memang tidak main-main, diperlukan berbagai binatang dan kepala sapi sebagai ubarampe penyelenggaraan lakon Sekar Delima Sinarang, sehingga terdengar sudara oceh-ocehan dari satwa yang berada di samping panggung kelir wayang. Pada pergelaran sebelumnya bahkan salah satu ubarampenya adalah Gajah, dimana Sultan HB X sendiri mengijinkan gajah kraton untuk digunakan sebagai ubarampenya.
Berikut dibawah ini adalah rekaman audio wayang lampahan Sekar Delima Sinarang ketika dilakonkan pada tanggal 25 Januari 2013 di Pendopo ndalem Pangeran Diponegoro, Tegalrejo, Yogyakarta. Silahkan mendengarkan atau unduh jika perlu, dan versi video hasil dari live streaming dapat dilihat di http://joglo.tv/node/55. Juga bisa download disini.