keharuman ramadhan

 

keharuman ramadhan

Genap setahun sudah kalender komariah berjalan, terpampang di depan mata hati keharuman aroma Ramadhan. Aroma yang setiap tahun akan selalu berada hingga akhir zaman. Aroma penghilang kepedihan-kepedihan hati dimana di ramadhan semuanya akan mudah untuk dihapuskan, sebuah waktu yang cukup panjang bila dipergunakan sebagaimana mesthinya untuk berefleksi dan mendekatkan diri pada sang Khalik. Semoga ramadhan kau tidak berlalu meninggalkan diri ini dalam penyesalan tidak mencumbuimu dengan mesra.

Mungkin hanya orang-orang dengan kewaskitaan tingkat tertentu yang bisa menemukan dan menikmati bulan ramadhan secara lebih sempurna. Sebab harus diketahui bahwa pencatatan dan track record masing-masing insan akan membawa kepada karma masing-masing meski tidak kelihatan, namun pancaran cahaya-cahaya itu akan jelas terlihat ketika lolos dan berhasil mencumbumu sang ramadhan. Terlalu banyak saat ini irama peribadatan dan amalan yang sudah jauh dari apa yang seharusnya dilakukan, memang itu sudah tuntutan jaman ataukah memang ada unsur-unsur tertentu di dunia ini yang mencegah untuk memelukmu dengan mesra hingga air mata kering kerontang karena kebahagiaan mencicipi kenikmatan di lekuk-lekuk tubuh bulan ramadhan. Aroma keharumanmu memang tak akan pernah telupakan.

Tiada pernah akal sehat bisa menerima keajaiban dan kemolekan tubuhmu, dimana ketika setiap energi pada malam hari akan segera kau gantikan di siang hari hingga tigapuluh hari kau pergi. Betapa baiknya dirimu memberikan pengganti atas setiap keringat dan tenaga yang terkuras untuk bercumbu denganmu. Ah ramadhan kau memang misteri yang selalu saja ada orang ingin mengganggu dan menampik kehadiranmu dengan aroma dan ruang-ruang berkah tak berkesudahan selama sebulan penuh. Atau karena inikah mereka menikah pada bulan arwah dan berbulan madu pada saat kau datang, ataukah itupun hanya sebuah bentuk lain dari pemaknaan bulan madu bercumbu sebulan penuh denganmu, entah mengapa penafsiran bathiniah bisa dijalankan dengan kemaujudan badaniyah, oh ... betapa sulitnya mencari cinta sang kuasa hingga apapun dijalani, dengan persepsi dan penafsiran masing-masing.

Betapa semua telah kau ketahui dan siapa-siapa yang kau datangi dengan kemesraan dan kemolekan tubuhmu. Aku tahu kau memang pilih kasih, namun tak ada yang bisa kuperbuat lagi ketika kau selalu datang dengan senyuman itu. Engkau pun paham siapa yang sinis dan mendustakan dirimu, betapa meski kau hanya sebuah hitungan hari atas jalannya bulan di atas sana. Namun betapa mulianya siapa yang memiliki rumah di bulan sana, betapa ramadhan akan memberikan sebuah titik terdekat dengan sang utusan dengan ibadah dan ruangan yang sama meski jarak bulan dan bumi, kan terasa kian dekat di hari-hari kau berada disini. Betapa kaupun adalah penentuan dimana mata hati yang tajam bisa melihat dan menyaksikan tarian sang bulan yang sangat menentukan kehadiran dan kepergianmu.

Semakin kusadar betapa dunia adalah sebuah penjara maha dahsyat, sebuah penjara kehidupan dimana yang manis terasa pahit dan kotoran terasa nikmat. Betapa ramadhan kau mengingatkan akan penjara penuh kebohongan, disaat kuberpikir dengan hati dan ketika kurasakan dengan otak, dimana atas dimana bawah adalah sebuah kekosongan dan kesatuan. Dimana lupa dan cinta akan selalu beriringan dalam menempuh kekeliruan. Dimana dahaga akan air adalah sebuah jendela hati untuk melihat sebuah dunia yang lebih luas, damai dan indah dalam keharuman lekuk-lekuk tubuhmu, disaat kesalahan sudah binasa, binasa dengan sendirinya. Tak ada lagi benar dan salah, ramadhan ajarilah aku tuk selalu memahami kedatanganmu, dan datanglah kembali tahun depan menyapaku dalam kenistaan dunia.

Selamat menapaki ramadhan semoga berhasil menapaki hingga puncak-puncak tubuh harumnya, untuk kemudian suci kembali ke fitrah. Selamat Ramadhan 1430 H. Mohon maaf lahir bathin, mari berlomba-lomba menuju ke kebersihan iman dan pribadi dengan cinta masing-masing, bukan hanya jati diri bangsa sahaja semata.

Atas