Perlakuan salah kebebasan berekspresi di internet

 

Perlakuan salah kebebasan berekspresi di internet

Milyaran jumlah manusia di dunia tentulah memiliki bermacam perilaku dan bersembunyi di balik kebebasan berekspresi (di) internet bahkan mungkin menjadi penumpang gelap atas nama kebebasan maupun hak asasi manusia. Mengapa ada gerakan islam garis keras yang suka membuat bom dan teror? Mengapa masih saja Partai Penguasa Orde Baru hidup dan memiliki orbit dalam perpolitikan di Indonesia? Mengapa ada kelompok kekerasan yang menentang HAM?. Yakinlah kebhinnekaan yang diperjuangkan atas nama Hak Asasi Manusia tersebut harus mentolerir kebebasan berkembangnya ideologi meskipun ideologi tersebut sangat mengecam dan berusaha untuk membunuh kebebasan dengan menaiki kebebasan yang selama diperjuangkan demi sikap positif dan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia secara universal.

Asal Kenal Asal Bebas Asal Asalan

Nilai-nilai positif kemerdekaan berpikir dan kebebasan berekspresi sangat terbuka dan permisif dengan hal-hal yang memusuhinya. Meski bisa memperhatikan dan toleran kepada terorisme dalam bentuk apapun tidak diijinkan namun harus melalui tahapan-tahapan tertentu untuk bisa memenuhi grade sebagai kejahatan kemanusiaan atau sesuatu yang mengancam kemerdekaan bersama. Bukan tidak mungkin melalui internet dengan banyak turunannya mereka yang memiliki maksud jahat atau memang karena 'gawan bayi' sikap dan nilai-nilainya adalah pembawaan setan akan bersembunyi dalam bentuk yang sangat berbeda dengan jebakan untuk memanfaatkan .

Internet yang penulis alami sejak awal ketika masih menggunakan koneksi dial up, konten via website masih merupakan barang istimewa, dimana harus selektif untuk memilih konten dan berita sebagaimana menjelang masa reformasi 1998 dahulu. Pilihan mailing list sangat dirasa efektif, mencukupi dan terjangkau apabila bisa diakses melalui mail client, hanya membutuhkan koneksi ketika akan melakukan pengiriman dan penerimaan email selainnya bisa dibaca dan ditulis offline dahulu. Belum ketika itu, pilihan juga akan jatuh ke pencetakan dokumen atau printing ketika menerima email yang agak berat dan panjang sehingga dapat dibaca dan dipahami maksudnya sambil tidak berada di depan komputer, apalagi ketika awal internet perangkat komputer personal masih jarang yang memiliki, selain listrik yang byar pet sehingga harus berhati-hati dalam menjaga perangkat komputer.

 belum banyak dijumpai ketika tahun 90an, web-web yang ada masih kebanyakan halaman statis, belum banyak blog dengan ragam konten sebagaimana saat sekarang. Interaktivitas banyak dilakukan dengan chat yang itupun hanya bagi manusia yang rela betah di depan layar monitor pun sosial media belum banyak dilirik karena sarana dan infrastruktur yang belum mendukung. Baru kemudian seperti yang dituliskan oleh Prof. Yanuar Nugroho dalam buku  sebagai referensi perkembangan sosial media dan keberhasilan orang Indonesia dalam ber-internet sehat yang berjudul 'Menjaring Gagasan: Menjalin Media Sosial dan Dinamika Masyarakat Sipil di Indonesia'' halaman 108:

Berkembang dari inovasi teknologi militer yang hanya digunakan segelintir orang, pengguna internet melonjak dari puluhan ribu di awal 1990an menjadi hampir satu milyar satu dekade berikutnya – membuatnya menjadi inovasi teknologi yang mungkin berdifusi paling cepat dalam sejarah manusia modern. Tahun 2007 ada sekitar 1,173 milyar pengguna Internet di seluruh dunia (sekitar 17,8% penduduk bumi) dan angka ini mencapai 1,966 milyar (sekitar 28,7% penduduk bumi) pada tahun 2010 (eTForecasts, 2007; Internet World Stats, 2007; 2010).

-

Melonjaknya pengguna ini tentu berkaitan erat dengan makin banyaknya hal yang dapat dilakukan di, dan melalui, internet: mulai dari membaca berita hingga transaksi keuangan, mulai dari mengirim email hingga menghadiri kuliah jarak jauh. Dalam kurang dari dua dekade terakhir, Internet berkembang menjadi apa yang disebut multiplatform. Perkembangan terbesar, barangkali, adalah Web 2.0 – yakni transformasi (dari teknologi Web 1.0) yang memungkinkan pengguna Internet punya kontrol sendiri terhadap data apapun yang akan diunggah, tak hanya yang diunduh (O’Reilly, 2005). Dengan transformasi ini Web 2.0 mampu melayani sejumlah besar pengguna sekaligus dan, secara teknis, memudahkan transfer data antar aplikasi. Dicatat oleh Kaplan dan Haenlein (2010), bahwa berbagai aplikasi Web 2.0 dirancang dengan dua feature utama: (i) kemampuan berjejaring dan berinteraksi bagi penggunanya, dan (ii) memungkinkan pengguna untuk meng’isi’ sendiri aplikasi tersebut. Sejak blog, Wiki, Flickr, Youtube, hingga Facebook dan Twitter, para pengguna –yang aktif menentukan sendiri apa yang ingin disampaikannya— ditempatkan sebagai bagian dari sebuah jejaring besar. Istilah ‘media jejaring sosial’ (social network media), atau sering juga disebut ‘media sosial’ (social media) pun, makin mendunia.

Web 2.0, Web 3.0 Rich User Content

Ketika Web 2.0 mulai berkembang sementara Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional dalam menyusun kurikulum pendidikan masih belum menyadari tentang perkembangan dunia internet yang pesat, terlambat dalam mengantisipasi hal dan mengikuti hal tersebut. Internet sudah banyak disalahgunakan dalam hal pornografi maupun konten-konten yang berbau kebebasan dalam tanda kutip. Pendidikan tentang cara menggunakan internet secara sehat terlambat diberikan dalam kurikulum sekolah, masih sebatas tehnis penggunaan komputer untuk alat ketik dan office belum menjadi sebuah wahana kebebasan berekspresi, apalagi internet. Baru berapa tahun ada komputer yang menangkring di meja guru atau di sekolahan-sekolahan. Sementara tehnologi dan pengguna internet semakin pesat di luar sekolah. Keterbatasan dan kegaptekan guru menjadi bahan tertawaan para siswa yang melek tehnologi lebih celaka lagi kemampuan dan itikad negara untuk membangun kapasitas tenaga pengajar sangat lemah, dan bahkan justru memusuhi perkembangan tehnologi yang seharusnya direspon cepat namun ditepiskan tanpa alasan yang jelas.

Selain pemahaman yang salah akan internet, perlakuan salah terhadap kebebasan berekspresi di internet pun tidak kalah gila dan kenthirnya. Sulitnya pemahaman bahwa informasi dapat diedarkan dengan gelombang frekuensi atau kabel, menjadikan banyak kejadian lucu yang melecehkan seperti internet adalah sihir. Pun di sisi lain penggunaan internet yang sulit dideteksi menjadikan jaringan-jaringan pemroduksi teror kekerasan maupun teror isu berkembang sangat cepat dengan dukungan kecepatan dan tersembunyinya informasi yang bisa dienkripsi. Belum lagi upaya-upaya ketika tehnologi informasi komputer digunakan untuk mendukung perhelatan besar nasional dalam pemilihan umum legislatif maupun pemilihan presiden republik ini, dimana pernah dalam satu saat salah satu partai mendapatkan suara ratusan juta. Dan hal inipun masih tidak terendus sebagai kejahatan penggelembungan dan pemalsuan suara, karena masih tertinggalnya tehnologi dan metode pencatatan dari saksi yang berada di wilayah paling depan ketika penghitungan suara di TPS.

Cara Mudah Mendiskreditkan dan Propaganda

Hingga kemudian bermunculan cara-cara untuk mendiskreditkan penguasa, baik penguasa yang benar ataupun yang khilaf, tak peduli karena semuanya berdasarkan bayaran atau karena ideologi tertentu untuk menggapai kekuasaan dengan segala cara, dapat dengan mudah berlindung dibalik lindungan . Sangat dimungkinkan juga bahwa tindakan perlakuan salah kepada kebebasan berekspresi internet hanyalah untuk kepuasan pribadi, penyesatan maupun kepentingan besar kapital modal untuk penguasaan hal-hal tertentu seperti ekspansi televisi yang disertai media pemberitaan untuk pencitraan dan pembelaan atas kesalahan perilaku yang berbau politis. Media  tidak depat dengan mudah membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, semua sisi bisa dimanfaatkan hingga mungkin suatu saat kita akan jengah dengan bermunculannya konten-konten sarat pesan yang memborbardir kehidupan detik demi detik.

Propaganda politik dengan kampanye udara akan lebih murah, tidak melelahkan dan dalam sekejap bisa mencapai pengaruh dalam benak banyak orang. Meski hanya mencapai kepada kepala-kepala insan yang betah rela berkutat di depan layar monitor namun perkembangan gadget genggam menjadikan fenomena yang lebih mencengangkan hingga tagline informasi dalam genggaman menjadi nyata.

Berkah atau Bencana, berdampingan di Internet

Meski banyak ketidakadilan yang akan muncul dari perkembangan tehnologi seperti ketika mendengarkan musik dengan kualitas prima semegah ketika harus ditonton di depan panggung yang berbiaya ribuan juta rupiah, bisa diakses dengan alat pemutar kecil dan musik-musik baru dapat dengan mudah diunduh dan dicuri dari internet. Alat yang kecil namun dapat memberikan konser musik raksasa tergantung codec dan peralatan audio yang dimiliki, mungkin menjadi hal indah bagi insan pribadi namun akan mencelakakan industri musik atau perfilman karena akan mengurangi pendapatan dan keuntungan yang kian menurun, karena kemudahan dan akses yang murah untuk mendapatkan atau sekaligus menyalahgunakannya.

Bukan hal yang terlampau penting atau patut disesali memang permasalahan di atas tersebut, karena tehnologi informasi bukan dirancang untuk menciptakan keadilan atau apapun selain kecepatan akses dan kemudahan manusia untuk merekayasanya, tergantung siapa pemakainya dan penggunanya, yang pada akhirnya dikembalikan pada pribadi-pribadi pengguna dan pemanfaatnya. Tanpa melihat seberapa besar kepentingan dibaliknya entah itu korporasi atau hal lain yang belum kita pahami sebagai rekayasa pembentukan menuju arah dunia atau tatanan dunia baru tanpa memperdulikan kemanusiaan, hanya tehnologi dengan dalih untuk mempermudah, namun siapa yang menjadi korbannya dengan banyaknya shortcut atau jalan pintas sehingga berapa banyak pekerjaan profesional untuk mendapatkan nafkah harus hilang dan terjerembab harus banting stir mendapatkan cara lain untuk menyambung hidupnya.

Sekali lagi ini mungkin bukan hal yang penting apakah anda memakai Microsoft Windows, Macintosh atau Linux? Apa makna dibaliknya, pengguna, konsumen, produksi kreatifitas, atau apa?

Macam Perlakuan salah Kebebasan Berekspresi Internet

  • Berekspresi semaunya

Menulis atau memposting hal yang menyakiti orang lain, dengan berusaha untuk blackmail atau pemerasan. Mengancam dan mengeluarkan statemen kebohongan yang menyerang keberadaan pihak-pihak tertentu dengan menisbikan hak orang lain untuk berekspresi. Bukan hal yang sangat salah, namun pada akhirnya akan menciptakan permusuhan yang tidak berguna. Merugikan diri sendiri karena orang lain jadi tahu keburukan dan kebohongannya, dilain pihak orang lain pun merasa sial dan naas ketika mendapati hal ini dalam pencarian search engine, dan apa yang didapat hanyalah kredibilitasnya menurun dan disingkiri banyak pengguna internet lainnya.

  • Bersembunyi dibalik anonimitas

Tidak ada yang mengharuskan menggunakan identitas asli demi keamanan atau karena malu diketahui keberadaannya. Ketika anonimitas digunakan untuk membicarakan sesuatu yang tidak benar dan menyerang, hal ini akan membuat kebebasan berekspresi di internet orang lain akan terganggu. Meski pada akhirnya khalayak akan tidak menanggapi namun perilaku anonimitas membuat secara umum stigma tidak baik pada keberadaan internet, kepercayaan dan harapan positif akan internet menjadi terlukai karena adanya informasi palsu yang tidak benar, atau mungkin benar namun tidak dapat dipastikan darimana sumbernya berasal, karena tak diketahui. Lumayan ketika memberikan informasi yang benar, dan sangat disayangkan ketika memberi informasi yang tidak benar, tanpa nama lagi .

  • Lupa Daratan

Terlalu banyak menggunakan waktu untuk hal yang berlainan sekali dengan dunia nyata bisa seperti orang yang asosial. Lupa akan kondisi sekitar dan tercerabut dari budaya setempat atau rutinitas sehari-hari sebagai manusia wajar. Di samping kehilangan waktu yang berguna untuk berkontribusi di dunia sosial nyata, akan merugikan kesehatan sendiri. Jangan sampai kondisi kesehatan akan terganggu dan muncul istilah internet dapat membunuh seseorang karena dapat menyebabkan penggunanya lupa memberi makan tubuhnya sendiri. Mungkin internet bisa menjadi candu, namun alangkah baiknya jika dapat berinternet secara sehat, karena terlalu banyak kerugian apabila sampai lupa daratan dan berlebihan seakan tidak ada waktu yang lainnya, terkecuali memang mendapatkan manfaat yang menguntungkan bagi perkembangan diri. Betapa menyedihkan ketika mendengar kabar jika ada seseorang karena kecanduan sosial media sehingga melupakan kondisinya yang sedang menyetir dan berada di lalu lintas padat dengan resiko tinggi kecelakaan.

  • Merusak dan mendiskreditkan atas nama informasi

Perang branding mungkin akan sangat ramai dan tajam di internet, dalam kebebasan berekspresi hal seperti ini memang akan sangat sulit untuk diatur dan kemungkinan juga lebih baik untuk tidak diatur. Namun ketika dipakai sengaja untuk saling menjatuhkan. Secara akal sehat pun informasi seperti ini akan sangat tidak berguna dan maksimal hanyalah memyesatkan. Meski diperlukan pemahaman yang tinggi akan ilmu dan politik informasi, kerugian di masa depan pastilah membuat ketidakbaikan pada diri sendiri.

Disambung dan disempurnakan lain kali....

Atas