Seperti Nisfu Sya'ban, dalam suatu agama yang penganutnya sudah sangat banyak akan terjadi banyak sekali pertentangan yang sebenarnya berawal dari kepentingan baik untuk mendulang jumlah pengikut maupun dominasi kekuasaan. Perang pun dijalani, hingga kepentingan tersebut mendapatkan kemenangan dan menorehkan tulisan-tulisan dalam sejarah. Mengganti, memburamkan hingga menghilangkan nash-nash yang dibenci dan tidak sesuai dengan kepentingannya. Namun ada apa di balik itu, selain nilai-nilai kebenaran yang tidak memiliki kepentingan untuk berkuasa demi nafsu angkara murka, semakin sulit didapat, tersembunyi, hilang dari peredaran. Tentu semakin memerlukan perjuangan dan pencarian yang lebih ekstra sulit, karena nilai-nilai kebenaran itu semakin berada di ketinggian atau kedalaman yang justeru lebih aman.
Nisfu Sya'ban ada yang mengatakan bid'ah ada yang mengatakan tidak bid'ah, namun apa yang terjadi?. Berbekal keyakinan untuk mendapatkan kebaikan, pahala dan rahmat Allah SWT, kebaikan dengan jalan yang baik untuk mendapatkan ridha-Nya adalah hal yang positif dan tidak merusak. Setiap tahun selalu berulang, namun alhamdulillah sejak ada kabar pelarangan dan pembubaran HTI, isu pem-bid'ah-an Nisfu Sya'ban relatif berkurang dan hampir tidak terdengar. Semoga pembubaran tersebut adalah salah satu berkah bulan Sya'ban yang terhormat ini, meskipun mendulang berbagai reaksi karena seharusnya Polhukam lebih baik melarang gerakan-gerakan HTI, selain karena ajaran khilafah yang ngelindur tersebut tak bisa dihilangkan namun gerakan gerilya 'social climber' HTI yang merongrong kerukunan dan kebhinnekaan.
Banyaknya pendapat dan pemujaan akan bulan yang penuh berkah maupun keistimewaan malam Nisfu Sya'ban sebenarnya adalah kekayaan khasanah dan wawasan yang perlu diapresiasi dan dihargai, karena mengajak untuk beribadah, membaca Al-Qur'an dan tentu saja mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Patut dipertanyakan sebenarnya mengapa ada yang bisa memiliki untuk melarang bahkan menganggapnya sebagai bid'ah. Apakah mereka bisa berkomunikasi dengan Nabi atau Tuhan, ataukah hanya berkhayal, ataukah merasa ditinggalkan kepentingannya?. Atau memang hobinya melarang, jangan-jangan memang begitu agar kelihatan berbeda dengan yang lain dan seakan memiliki kecerdasan dan pendapat tertentu karena kemungkinan besar memang ilmu agama tidak tersebar merata informasinya, ada yang sengaja dihilangkan atau ditambahkan, wallahu alam.