Budaya Jawa memiliki cerita turun temurun tentang manusia keturunan bidadari dan dewa, baik dalam cerita mahabarata atau perwayangan hingga bahkan dalam cerita babad ataupun sejarah nenek moyang raja-raja Jawa. Dalam cerita perwayangan cukup sangat jauh jika dijangkau dengan logika milenial, dan mungkin sudah dianggap cerita fiksi. Paling terkenal adalah cerita tentang Joko Tarub yang bertemu dengan bidadari yang sedang mandi di tengah hutan. Mengambil salah satu selendang bidadari yang bernama Nawang Wulan, dan kemudian diperisterinya. Pasangan inipun memiliki puteri 'Nawang Sih' yang kemudian menikah dengan Pangeran Bondan Kejawan.
Bondan Kejawan memiliki nama dewasa kemudian, menjadi Ki Ageng Tarub 2, pernikahannya dengan Nawang Sih menurunkan putera Ki Getas Pandawa, kemudian Ki Ageng Sela, hingga ke Panembahan Senopati, raja Mataram pertama yang juga memiliki isteri Kanjeng Ratu Kidul. Selain keturunan dari bidadari Nawang Wulan yang menjadi raja, tentunya ada juga yang menjadi orang biasa atau bukan pejabat pemerintahan. Tentu saja tidak sedikit, dan mereka memiliki DNA yang turun dari Bidadari. Ada kemungkinan juga isteri Panembahan Senopati yaitu Kanjeng Ratu Kidul adalah juga bidadari atau manusia dengan DNA tertentu yang memiliki kemampuan hidup di tempat yang berbeda dengan kebanyakan manusia lainnya.
Jelasnya peristiwa ini terjadi dalam rentang waktu yang jaraknya ratusan tahun, namun belum sampai seribu tahunan. Sudah ada berbagai agama yang berkembang dan mereka dapat menembus kenyataan tersebut dengan kemampuan yang diolahnya. Cerita atau kejadian yang mirip mungkin terjadi tidak hanya di Jawa, bisa di lain tempat dan mungkin juga pada waktu yang tidak jauh dari sekarang. Juga membersitkan pengetahuan bahwa menemui bidadari dapat dilakukan setiap waktu apabila memiliki kemampuan. Selain ternyata ada banyak orang yang memiliki hubungan darah atau keturunan, yang dibalik itu tentunya memiliki kesempatan serta kemampuan untuk dapat berkomunikasi.
Mengapa bisa bertemu Bidadari?
Pertanyaan yang sangat sulit dijawab, karena belum pernah diberitahu apa jawabannya.
Apakah Dewa itu ada?
Tentu saja ada. Keyakinan orang Jawa atau orang dengan ilmu pengetahuan Jawa, atau Jawa sebagai sebuah peradaban atau epistemologi, sangat mengenal adanya dewa-dewa, bidadari, hingga mahluk lain seperti berbagai macam jin maupun mikroba. Dalam peradaban Jawa hal ini menjadi sebuah kenyataan, dan sangat dilarang untuk lari dari kenyataan bahwa mereka itu ada. Ada dalam kitab-kitab yang tertulis, prasasti hingga cerita-cerita yang mustahil musnah, karena pasti ada seseorang Jawa yang fasih dan menyimpan historiografi semacam itu.
Selain kisah tentang bidadari, ada banyak sekali kisah tentang Dewa yang memiliki anak dan tidak sedikit kisah tentang titisan dewa. Kisah yang sangat sulit di cerna dan dibayangkan karena semakin minimnya informasi dan penyebaran kawruh tentang Jawa itu sendiri. Berbagai pengetahuan yang terangkum dalam kurikulum kejawen semakin sulit didapati. Hal ini menjadi fenomena menarik karena kurikulum Kejawen sendiri banyak juga bisa ditemui atau memiliki penyebaran pengetahuan yang sangat jauh dan luas dalam bentuk perca-perca atau pecahan-pecahan.
Bagaimanakah keturunan Dewa dan Bidadari tersebut?
Keturunan dewa dan atau bidadari tentunya berwujud apa adanya seperti manusia biasa. Bisa berjalan, berbicara, sakit, berlari, duduk, makan, minum dan sebagainya. Terlepas dari banyak kontroversi, tentu ada kelebihan-kelebihannya misalnya memiliki paras yang lumayan, kulit yang bagaimana begitu dan memiliki kecerdasan tertentu. Seperti kebanyakan orang tentunya, dan dalam hal ini kebanyakan orang yang memiliki kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda tersebut, juga cukup sulit yang manakah mereka termasuk keturunan dewa dan atau bidadari tersebut. Sebab perpaduan antara manusia, dewa maupun bidadari sangat tidak terdata sama sekali, dan kemungkinan anda pun memiliki trah atau gen, atau DNA dari mereka juga.
Tidak ada pembedaan yang mencolok, karena ketika memiliki fisik tinggi, pendek, gigi yang rapi atau tidak rapi menurut banyak tulisan, terpengaruhi oleh kondisi alam tempat manusia tumbuh dewasa. Seberapa banyak kandungan kalsium, kapur atau makanan yang tersedia akan mempengaruhi bentuk fisik pertumbuhan orang. Juga sistem kekeluargaan dan kemasyarakatan yang didalamnya ada aturan dan pendidikan, akan membentuk kepribadian dan jenis-jenis kemampuan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan lokal.
Sepertinya dalam dunia dewa maupun bidadari juga ada perbedaan-perbedaan kemampuan sesuai kebutuhan yang diperlukan dalam dunianya. Sehingga tidak mustahil kemiripan dengan dunia disini pun ada. Hanya tempatlah yang membedakannya, dan tempat memiliki banyak makna didalamnya dalam ketersediaan energi hingga makanan dan kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Selain kebudayaan yang tumbuh dan berkembang tentunya.
Apa bedanya Dewa, Bidadari, Malaikat, Setan dan Jin?
Sungguh dari namanya saja berbeda. Untuk apa memberi nama yang lain jika tidak ada maksudnya. Serta tidak perlu dibahas, daripada menciptakan bahasan yang semakin melenceng. Belum lagi tentang apa itu Moksa apakah dia jadi dewa atau jadi apa, sungguh akan semakin melebar dan tidak diketahui kita sedang membahas apa.
Melihat pertunjukan atau membaca kisah Maha Bharata akan membuka cakrawala berpikir yang berbeda tentang apa itu Dewa, Bidadari, Malaikat, Setan, Jin dan banyak lagi. Tidak hanya sebatas percaya kepada keberadaan mahluk halus dan Malaikat serta Jin, namun ada pengenalan ilmu pengetahuan Jawa tentang hal tersebut, yang memang dalam peradaban Jawa sangat dikenal secara lebih detail. Selain politik dan berbagai khasanah kebudayaan peradaban Jawa pada masa itu. Selain membaca Primbon Jawa.
Menengok Sejarah Rakyat
Sejarah rakyat tentu adalah cerita atau kisah yang belum diilmiahkan oleh para sejarawan. Cenderung tidak ilmiah karena belum ada riset yang membuktikannya, juga bukti-bukti pendukungnya seperti kitab, tulisan atau blog di daun lontar, prasasti, dan lain sebagainya. Namun keberadaannya ada secara turun temurun yang tersimpan dalam ingatan dan tersampaikan dalam bentuk oral history. DNA mungkin dapat memberikan catatan sendiri dalam alam bawah manusia, atau ingatan kolektif dalam arti sebenarnya yang tidak kita sadari, dan baru bisa diketahui dengan cara menuju keluar titik sadar, mencari apa yang ada dalam diri dan sejarah masa lalu hingga ke penciptaan. Namun itu terlalu jauh.
Individu yang menikah kemudian memiliki keluarga dan keturunan memiliki hikayat sendiri seperti pohon. Jadi kenapa Raja Salman ke Indonesia menanam pohon yang bahasa arabnya adalah Sejarah, sepertinya raja itu ingin menanamkan atau membangun sejarah baru, baik bagi dirinya sendiri, keluarga dan hubungan dua bangsa yaitu bangsa Arab (Al Saud) dan Bangsa Indonesia produksi tahun 1945. Selain mungkin karena beliau raja Salman iri dengan banyaknya Pohon Soekarno di Arab.
Sejarah rakyat atau dongeng-dongeng yang beredar lama dan tak lekang di makan zaman tentunya disusun oleh orang yang lihai dan cerdas. Begitupun jika cerita tersebut di validasi oleh Waliyulloh sepert Sunan Kalijaga misalnya, tentu sebagai seorang wali dia tidak mau menyusun cerita fiktif yang memiliki banyak kelemahan, namun cerita yang benar-benar ada dan meski sulit untuk dipahami, akan disukai dan dicari oleh banyak orang selama kurun waktu yang tidak ditentukan. Terkadang para cendekiawan sekarang melihatnya sebagai upaya berdakwah tentang agama Islam, namun sangat sulit dinalar ketika berdakwah menggunakan cerita fiksi yang bisa dikatakan cerita palsu atau hoax.
Sulit dipungkiri bahwa sejarah rakyat kadang-kadang mampu menjelaskan fenomena-fenomena baru bagi kita, yang sebenarnya itu adalah fenomena lawas, namun dalam bentuk dan kejadian yang sekarang. Selain mungkin cerita sejarah rakyat juga mengilhami para novelis untuk membuat dan menjual ceritanya untuk mengharubirukan pembacanya. Penambahan alur cerita yang detail dengan tokoh fiksi, maksudnya mungkin mempercantik cerita, namun sejarah rakyat bisa terancam karenanya jika tidak dilandasi dengan riset yang kuat. Penjelasan fenomena-fenomena kejadian dari cerita rakyat adalah kerja otak kita dalam mencari referensi apakah sudah ada data mengenai fenomena tersebut, misterinya adalah ketika mendapatkan de javu, nah darimana dasarnya referensi ingatan yang muncul di otak kita tersebut.
Mungkinkah kekuatan lain, kekuatan para leluhur atau karena ingatan yang tertulis dalam DNA ?
Peradaban Jawa atau Nusantara secara lebih luas, karena sebenarnya kita dibohongi dan dikecilkan dengan teritorial Jawa yang disempitkan, meski dijadikan nama sebuah pulau. Karena sebenarnya peradaban tidak memiliki batas teritorial yang jelas dan siapapun dapat mengadopsinya. Cerita rakyat adalah bekal dan catatan-catatan yang morat-marit keberadaannya karena tidak ada standarisasi dan kritik untuk menjadikannya lebih rapi dan terstruktur, baik timeline, konteks maupun lokasinya. Kepedulian untuk mencatat dan menceritakan adalah upaya dasar untuk menjaga kecerdasan dan pengetahuan anak keturunan untuk dapat selalu berkembang, dan disediakan referensinya melalui cerita sejarah rakyat yang langsung diarsipkan dalam ingatan. Tidak banyak yang memiliki kekayaan dan detil cerita sejarah rakyat, dan tidak dipungkiri kekayaan cerita sejarah rakyat seringkali diputus dengan peperangan dan pembantaian yang sangat keji, yang diteruskan dengan perampokan harta benda hasil budaya dan kreasi seni.
Sejarah rakyat mengenal berbagai dimensi lokasi peradaban yang seiring berjalannya waktu ditinggalkan. Bahasa yang dikenal sebagai perwujudan kecerdasan, yang kemudian dikerdilkan sebagai sarana berkomunikasi pun sedikit demi sedikit diseragamkan dengan bahasa yang semakin sederhana. Tingkatan bahasa dalam peradaban Jawa pun semakin terkikis, Jawa pernah mengenal ada peradaban Kadewatan berikut bahasanya. Jadi sangat memungkinkan pada saat itu Jaka Tarub dan Nawang Wulan dapat berkomunikasi secara verbal dan tidak menggunakan bahasa isyarat yang multi tafsir itu.
Pada zaman dahulu menurut cerita sejarah rakyat sangat sering manusia bertemu dengan mahluk atau manusia lain dari dimensi yang berbeda, sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Kejadian Jaka Tarub tentunya bukan kebetulan. Kemampuan penglihatan yang terasah membawanya dapat menemui Nawang Wulan, meski kemudian pernikahannya kandas dalam cerita yang ada. Belum ada referensi atau cerita hoax tentang UFO dan sebagainya, sebuah cerita yang origin dan genuine. Bukan untuk menakut-nakuti atau menaikkan kewibawaan secara politis karena Jaka Tarub hidup di desa dan setelah itu juga tidak menjadi raja atau pimpinan pemerintahan. Justru menjadi Ki Ageng Tarub yang menekuni ilmu dan hidup sederhana di desanya.
Cerita sejarah rakyat mengenai keturunan dewa dan bidadari pun tidak menjadi kelebihan untuk menjadi seorang raja di Jawa, karena peradaban Jawa yang juga mengetahui ribuan keturunan dari orang-orang yang memiliki peristiwa kejadian serupa dalam bentuk yang lain. Persebarannya pun sangat luas, sehingga cukup sulit untuk memburu cerita-cerita sejarah masa lalu, selain dirahasiakan secara keturunan, dan tidak tertutup kemungkinan generasi milenial saat ini tidak peduli lagi dengan masa lalu karena lebih condong melihat masa depan yang penuh mimpi, imajinasi, tantangan, harapan dan melupakan keberadaan masa lalu sebagai pijakan untuk meloncat.