Islandia dan Klitih

Warga Jogja anti klitih
 

Islandia dan Klitih

Video dari BBC News, tentang 5 cara mengatasi anak muda negara Islandia menyintas dari minuman dan obat terlarang sangat keren. Video di bawah ini menceritakan bagaimana yang terjadi sejak 20 tahun lampau dimana dunia sepertinya juga sama, dibanjiri dengan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Cara-cara yang digunakan oleh negara Islandia terasa sangat manusiawi dan mengatasinya dengan sangat mendasar. Yaitu kembali ke peradaban lama dan berawal dari keluarga.

Emma Young menuliskan di laman Mossaic secara detil langkah-langkah yang dilakukan Iceland untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya tersebut dalam tulisan berjudul Iceland knows how to stop teen substance abuse but the rest of the world isn’t listening pada 17 Januari 2017. Dia bahkan mengatakan :

Today, Iceland tops the European table for the cleanest-living teens. The percentage of 15- and 16-year-olds who had been drunk in the previous month plummeted from 42 per cent in 1998 to 5 per cent in 2016. The percentage who have ever used cannabis is down from 17 per cent to 7 per cent. Those smoking cigarettes every day fell from 23 per cent to just 3 per cent.

The way the country has achieved this turnaround has been both radical and evidence-based, but it has relied a lot on what might be termed enforced common sense. “This is the most remarkably intense and profound study of stress in the lives of teenagers that I have ever seen,” says Milkman. “I’m just so impressed by how well it is working.”

Islandia dan Remaja

Tentusaja hal ini tidak mudah untuk terjadi begitu saja. Hal-hal sederhana sepertinya seperti yang kita lihat di video di atas seperti:

  1. Jam malam untuk anak di bawah usia 16 tahun, dengan adanya orangtua yang melakukan patroli dan menghidupkan kembali acara makan malam keluarga,
  2. Perjanjian atau orang tua yang menandatangani kontrak dengan negara bahwa tidak ada alkohol untuk anak-anak,
  3. Menjaga anak-anak remaja untuk tetap beraktifitas secara positif, bahkan ada voucher bagi mereka untuk selalu beraktifitas setelah jam sekolah,
  4. Melakukan evaluasi dan survei secara ilmiah, jadi para remaja setiap tahunnya mengisi survei tentang hubungan antar teman, keluarga dan masyarakat. Sehingga negara tahu apa yang dapat dilakukan berdasarkan data yang diperoleh,
  5. Political will yang juga melibatkan para aktor politik yang berbicara berdasar data dan riset, dan tetnu saja untuk pembiayaan programnya.

Untuk mencapai tingkat penyelamatan generasi yang hebat, Islandia menyewa seorang Progesor Psikologi Harvey Milkman. Harvey Milkman pernah melakukan riset di New York dan Denver tentang penyebab stres yaitu obat-obatan dan alkohol. Milkman menemukan bahwa orang memilih untuk gembira dan sedih tergantung dari cara memilih untuk mengatasinya. Minuman keras dan heroin membunuh kecepatan berpikir, kokain dan hal lainnya membuat orang berkonfrontasi dengan permasalahannya sendiri. Namun yang menjadi pertanyaan Milkman adalah mengapa orang yang sudah memulai untuk minum alkohol justru melanjutkan kebiasaannya tersebut dan bahkan menambah lagi dengan meminum obat-obatan.

But Milkman wondered why people start, and then continue, taking drugs. “That’s when I had my version of the ‘aha’ experience,” he told Young in Mosaic. “They could be on the threshold for abuse before they even took the drug, because it was their style of coping that they were abusing.”

dbaca seterusnya di laman FastCompany. Milkman pernah melakukanProject Self Discovery : Project Self Discovery: Artistic Alternatives for High Risk Youth dan menemukan satu masalah bahwa mengapa edukasi untuk mengatasi narkotika tidak dapat berjalan adalah kerena tidak ada orang yang memperhatikan hal tersebut.

Harvey Milkman juga menyarankan Amerika untuk mengikuti cara-cara yang dilakukan Islandia dalam tulisannya Iceland Succeeds at Reversing Teenage Substance Abuse The U.S. Should Follow Suit di Huffington Post.

The Icelandic model is predicated upon three pillars of success: 1) Evidence-based practice; 2) Using a community-based approach; and 3) Creating a dialogue among research, policy and practice.

Jogjakarta Indonesia dan Klitih

Remaja dan Fenomena Klithih di Yogyakarta, Indonesia. Nyaris tak dianggap ada, bahkan postingan-postingan berita pun hanya ada di media sosial. Tidak pernah disinggung dengan niat baik di media-media mainstream. Hal ini menunjukkan tidak adanya perhatian kepada permasalahan-permasalahan sosial yang nyata terjadi dan sudah sedemikian parahnya. Semua seakan ditutup-tutupi agar terlihat baik-baik saja. Okelah bisa begitu agar birokrasi dan para priyayi di Yogyakarta selalu terlihat bersih dan tidak ada permasalahan sosial yang tak bisa diatasi, cukup dengan membungkam kabar berita dan ada reaksi cepat dari pemerintah untuk mengatasinya. Namun bukan secara substansial seperti di Islandia.

Kita memang memiliki cara lain untuk mengatasi hal tersebut seperti di Islandia untuk anak sekolah rupanya dengan memborbardir PR-PR yang harus diselesaikan sementara sekolah berjalan dari pagi hingga sore hari. Tentu saja masalah baru yang ditemukan yaitu semakin sibuknya orang tua untuk membantu anaknya, namun bukan substansi kekeluargaan dan pendidikan keluarga. Juga kurikulum atau topik-topik di mata pelajaran yang melompat-lompat, seperti misalnya anak kelas VII disuruh menjelaskan kenapa Indonesia memilih untuk menjadi Negara Kesatuan pada 1945, sementara penjelasan mengenai negara Federasi atau serikat berada pada topik yang sangat jauh. Atau mungkin akan dipelajari nanti sewaktu menjadi mahasiswa.

Masihkah kita akan membangun generasi penerus bangsa ini berdasarkan khayalan dan mimpi, bukan berbasis data dan menghargai keinginan generasi muda?.

[ Gambar milik KR di URL : http://krjogja.com/kr-admin//files/news/images/19013/Warga%20Anti.jpg ]

Atas