illegal alien

rauwis-uwis
 

illegal alien

Hanya Tuhan yang tahu apa yang ada dalam hati seseorang. Begitukah? Ya memang pada dasarnya begitu. Dan harus diakui bahwa ya memang begitulah. Terkecuali ada insan-insan pilihanNya yang mendapatkan kesempatan untuk dapat memiliki kemampuan yang dianugerahkanNya. Serta siapapun itu, tidak boleh iri karena kemampuan dan kelebihan insan lain.

Suatu ketika di masa kecil dahulu, ada nasehat dari orang tua yang mengatakan 'le, neng ndoya ki ibadah yo ibadah, ning wong liya ya butuh lan isa ngrasani, dadi ngibadah tok wae kuwi ya dirasani elek karo wong akeh'. Nasihat yang membingunkan, jelas, karena seakan mengerem seorang anak yang sedang mendekati 'Yang Seharusnya Dicintai". Namun juga bukan begitu karena, orang yang beranggapan bahwa dirinya lurus, bisa jadi dia sedang berjalan berkelok-kelok, rasanya lurus karena hanya memandang ke depan, tanpa melihat kiri dan kanan. Kesesatan dapat terjadi kapan saja, karena sebenarnya kita tidak tahu arah, seperti alien.

Memang munculnya nasihat bukannya tanpa konteks. Karena sebenarnya konteks saat itu adalah ketika masa orde baru. Masa orde baru dimana kiri dan kanan adalah hal yang sangat membahayakan. Agak kiri digebuk, agak kanan sama saja,... difentung. Tentu saja hal tersebut membuat tengah yang mengaku tidak berpolitik, Golkar, dengan politik munafiknya, karena mengaku bukan parpol, juga terasa sempit karena kiri dan kanan jelas tidak menyukainya. Jadi sebenarnya tidak ada yang nyaman secara kemanusiaan sampai hal paling privatpun di masa orde baru. Kebebasan yang ada, hanyalah kebebasan semu. Seakan tembok dan dedaunan pun bisa mendengar.

Kebebasan semu, lha iya,... dimana-mana ada alien dan orang berseragam yang dengan gayanya menasihati dan merasa benar sendiri. Tentara seperti sedang berperang karena memiliki komando hingga ke bilik-bilik rumah orang, belum sayap-sayap lainnya. Baru ketahuan deh sekarang. Pembicaraan-pembicaraan mengenai kiri dan kanan amat sangat berbahaya jika terdengar oleh orang-orang yang memiliki garis komando tersebut. Bisa diciduk, bahkan bukan hanya diciduk dan diintimidasi, bisa lebih buruk lagi. Sangat beda dengan saat ini, makanya bila ada orang-orang yang mencoba mengarahkan ke provokasi ala saat itu, jelas sekali bahwa itulah antek-antek orba yang ingin eksis kembali saat ini. Bagai illegal alien.

Eksis pun bisa diartikan banyak dan jauh, apalagi jika bukan mencari simpati untuk berkuasa kembali. Karena tahun 2019 yang sudah mulai dekat. Disamping itu, banyaknya kesuksesan Pemerintah saat ini dalam melakukan pembersihan dalam hal finansial. Menambal kebocoran-kebocoran aliran keuangan hingga pencurian dan berbagai hal 'illegal' yang dibersihkan. Sebagai misal, adalah pembersihan 'illegal fishing'. Apa benar kapal-kapal asing itu bisa dengan mudah atau dengan niatannya sendiri memanen hasil laut Indonesia.

Pertanyaan penting memang, tentang pertambangan illegal, perikanan 'illegal fishing', 'illegal logging' hingga narkoba. Siapa aktor dibalik itu? Untuk apa? dan betapa jijik dan kejamnya organisasi atau garis komando yang menyedot kekayaan negara yang seharusnya untuk petani, nelayan dan sebagian besar Rakyat Indonesia? Garis komando atau mafia yang menghisap darah negara Indonesia tersebut adalah sekeji-kejinya otak manusia untuk memperkaya dirinya sendiri. Para alien tersebut benar-benar mahluk asing di dunia kemanusiaan.

Ketika sebagian besar pemasukannya, untuk hidup bermewah-mewah dan menyiapkan masa depan anak cucunya dengan lumuran darah dan kotoran tersebut mulai sedikit demi sedikit dilawan oleh Pemerintah Indonesia, maka mulai hilanglah akal sehat mereka. Dan tentu saja apa strategi paling mudah untuk kembali survive, selain bermain politik, menghembuskan kembali apa yang dulu ditakuti rakyat, dan menguasai kembali Indonesia untuk mengembalikan kembali 'supremasi' dan kejayaan singgasananya yang mewah seperti dikala orde baru.

Perlu diketahui bahwa, peristiwa tragedi besar di tahun semasa transisi dari orla ke orba membawa efek domino yang panjang. Seperti berapa orang-orang yang difitnah untuk dihabisi dengan fitnah yang bermacam-macam. Di masa lalu, tidak ada yang namanya eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan Sumber daya Alam Indonesia. Setelah tahun-tahun yang mengharubirukan insan, hingga saat ini, eksploitasi besar-besaran ada dimana-mana. Berbeda dengan yang terjadi saat ini, yaitu pembangunan infrastruktur untuk kesejahteraan, namun pembangunan untuk membuatkan saluran lancar ke arah eksploitasi alam yang sangat masif.

Lebih menakutkan lagi. Pembunuhan dan pembantaian keji tersebut hingga saat ini tidak pernah diselesaikan, dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Jadi para pembunuh tersebut masih bebas berkeliaran, hidup mewah, dan menjadi pahlawan. Kebengisan, kekejian, kekejaman dan berbagai sifat yang melekat pada pembunuh berdarah dingin, dimiliki oleh para pelaku kekejaman tersebut, dan tentu saja mereka beranak pinak. Dan menghidupi anak-anaknya dengan tangan yang penuh darah. Sudah dapat dibayangkan bukan, apa yang terjadi pada keturunannya? Tidak akan jauh dari sifat bapak-bapaknya, dan mereka mewarisinya dengan berjamaah. Menjadi alien di negeri sendiri, dan tentu saja 'illegal alien'.

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dan diakibatkan dari para illegal alien tersebut.

Atas