calon bupati - petani sleman di jogloabang sebuah sharing

 

calon bupati - petani sleman di jogloabang sebuah sharing

Bukan kebetulan saja hajatan ini ketika Jogloabang, Hippos dan HKTI memfasilitasi diskusi antara petani dengan 7 putra terbaik Sleman peserta Pilkada Sleman 2010, hadir 6 orang karena wakil bupati incumben sedang rapat, terbaik karena mungkin berani mencalonkan diri dalam sebuah even kontes lima tahunan Pilkada, dan misi sebenarnya adalah HKTI mencoba mencari masukan dari orang-orang pintar dan berani untuk memimpin Sleman. Hari ini berperan dengan total adalah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Sleman yang dapat mengundang para kontestan tersebut dan menanggapinya dengan diskusi yang menarik dan topik yang sederhana yaitu "Mengapa sejak jaman penjajahan dahulu petani di Indonesia selalu saja miskin, bahkan hingga sampai saat ini?". "Bagaimana petani bisa seolah-olah menjadi buruh, dan mengapa hasilnya tidak banyak?". "Yakinkah program pemerintah efektif?". Lebih kurang 300an petani, peternak dan puluhan wartawan yang bisa hadir karena memang sulitnya mengumpulkan para petani yang selalu saja serius dengan lahan, tanaman, dan lain sebagainya yang selalu masih saja terasa mencekik. Dan dimasa-masa penggerakan suara dan massa seperti ini memang petani adalah sasaran empuk untuk daya dukung mendukung, oleh itulah mencoba untuk mencari seorang pemimpin yang waras haruslah segenap elemen mau terlibat dan melibatkan diri untuk membela petani maupun kemiskinan.

Kebanyakan para kontestan pilkada Sleman 2010 tersebut menjawab dengan pertanyaan kembali seperti memanfaatkan lahan maupun kembali ke jati diri perwilayah, berusaha membuat database dan perbaikan sistem, mencoba untuk mengubah pola pikir dan sebagainya yang tentunya masih sulit dicerna olah seorang petani miskin seperti saya. Bahwa Jati diri Sleman adalah air, dengan adanya selokan Mataram, dan salak jadi seorang Bugiakso tersebut lebih mendorong pada jati diri atau sumberdaya tani asli dengan dukungan regulasi dari pemerintah tentang pertanian. Jadi malah HKTI nantinya harus bisa mendorong jati diri pertanian untuk bisa dilaksanakan oleh pemerintah. Program-program harus diarahkan untuk disesuaikan dengan jatidiri dan skala prioritas.

Kesalahan besar adalah menganggap petani sebagai mesin produksi kata pak Mimbar salah satu peserta Pilkada Sleman 2010. Bahwa kadang nilai-nilai dan SDM petani kadang tidak terbimbing dengan baik, dan pengubahan mindset tentang niat untuk berubah. Misalnya manajemen kewirausahan dan kemungkinan HKTI bisa mengawal harga dari petani yang murah namun kenapa ketika dijual matang di rumah makan menjadi sangat mahal. Diperlukan kerjasama dengan pemerintah untuk bisa melaksanakan hal tersebut, dan pendampingan pada kelompok tani untuk hal tersebut.

Jogloabang HKTI Temu Calon Bupati Sleman

Masalah PBB di Sleman yang sangat tinggi karena harga tanah yang sangat tinggi, sehingga banyak petani yang menunggak PBB. Pemerintah harus mau menurunkan harga PBB dan petani mau membuat terobosan hasil pertanian dan sebagainya seperti pembuatan kue pisang dan tanaman yang harganya bisa membuat keuntungan tinggi dari lahan yang mepet. Program pemerintah sudah efektif sehingga petani harus mampu dan mau memacu diri untuk perbaikan SDMnya, sehingga bisa berjalan sinkron, terutama pendamping masyarakat.

Jogloabang HKTI Temu Calon Bupati Sleman

Ada lagi yang mengatakan bahwa pemerintah harus bisa menstabilkan harga, seperti bibit salak yang sebisa mungkin tidak keluar dari daerah seperti misalnya salak bali, bukan seperti salak pondoh yang bisa berkembang ke mana-mana sehingga harga menjadi tidak terkendali dan bisa turun hingga banyak petani rugi. Seharusnya bisa seperti para petani di Thailand yang asalnya dari petani ganja bisa menjadi petani sayur-sayuran, juga seperti misalnya tanah-tanah kering di gunung-gunung Prambanan bisa dijadikan lahan-lahan subur dari yang dulunya kering. Juga Pemerintah Sleman harus bisa mengalokasikan dana APBD untuk membantu menurunkan Pajak Bumi dan Bangunan seperti di Kabupaten Bantul. Juga pemakaian pupuk organik untuk menggantikan pupuk kimia, sehingga petani harus dipacu untuk berubah menuju pupuk organik dari kompos dan sumber-sumber lainnya.

Jogloabang HKTI Temu Calon Bupati Sleman

Harapan dan masukan untuk HKTI pada akhirnya adalah bahwa tanah Sleman yang subur tersebut harus dijaga, bisa dimanfaatkan oleh petani dan Pajak Bumi dan Bangunan serta NJOP seharusnya diturunkan atau harus berani disubsidi oleh Pemerintah Daerah sehingga tidak merugikan petani dan tidak ada keinginan untuk menjual tanahnya. Ekonomi kerakyatan tentang bagaimana cara agar sekolah dan harga barang kebutuhan bisa turun. Perda tentang tata ruang bisa dilaksanakan dengan konsisten oleh pemerintah, 64 persen masyarakat adalah petani, namun lembaga-lembaga yang mengurusinya ada di tingkat atas, sehingga sebaiknya ada juga otonomi desa, pengelolaan masyarakat desa seharusnya minimal 1 milyard pertahun dan BPD juga harus berani membantu petani, bukan hanya PNS yang jelas memiliki penghasilan rutin sekaligus sebagai akselerasi pertumbuhan ekonomi. Pimpinan daerah yang konsisten dan bisa menerima masukan yang bisa dipertanggungjawabkan. Jiwa kewirausahaan ditumbuhkan bagi petani dalam hal pembibitan, sehingga mengurangi beberapa prosen biaya produksi, akses terhadap tehnologi dan pemasaran hasil pertanian. Ada lembaga khusus yang memiliki tanggungjawab maupun moralitas untuk menjaga kepentingan petani, sebagai anak kandung Pemerintah Daerah.

Jogloabang HKTI Temu Calon Bupati Sleman

Diskusi yang dilakukan sepanjang 2 jam ini cukup mengesankan dengan platform-platform yang sebenarnya hampir sama hanya dengan pembahasaan yang berbeda, namun mungkinkah pembahasaan berasal dari paradigma dan persepsi yang berbeda pula, semoga saja siapapun yang terpilih nanti tidak meninggalkan apa yang dikatakannya sebab bagaimanapun kejahatan dan trik-trik birokrasi sudah diketahui dan dihapalkan oleh masyarakat seperti ketika ada keramaian atau potensi wisata maka dengan teganya pemerintah memasang palang pintu dan kandang monyet untuk menarik retribusi sementara roadplan untuk pengembangan bahkan maksud dari masyarakat diacuhkan sama sekali. Masyarakat tentunya harus berani melawan dan memiliki prinsip yang jelas agar tidak mudah dibodohi terumtama oleh organ-organ kepentingan yang lain entah itu berbau keamanan ataupun sembarangalir lainnya yang tidak masuk akal dan bernuansa membodohi keberlanjutan pekerjaan yang bagus dan dibutuhkan oleh banyak pihak. Semoga sudah diyakini para peserta Pilkada Sleman 2010 ini.

Serta harapan agar para peserta kontes pilkada Sleman 2010 ini tidak saling menjegal sebab Pilkada Sleman 2010 ini sangat rawan dengan 7 pasangan calon bupati yaitu Bugiakaso – Kabul Mudji Basuki, Mimbar – Cahyo Wening, Sukamto – Suhardono, Sri Purnomo – Yuni Satia Rahayu, Zaelani – Heru Irianto Dirjaya, Hafidh Asrom – Sri Muslimatun, Achmad Yulianto – Nuki Wakhinadatun namun sebaliknya sebagai harapan akan saling rangkul karena semua orang tersebut memiliki potensi masing-masing yang diperjuangkan tanpa harus lagi melihat warna partai atau isme tertentu yang selama ini dengan mudah menjebak dan menggerogoti semangat kebersamaan karena persaingan yang tidak ada gunanya, sudah bukan jamannya lagi bersaing seperti anak kecil culun yang ingusan, namun saling rangkul untuk bekerja sama menciptakan wilayah rukun tanpa konflik sebagaimana nuansa Jogloabang yang sederhana namun memberikan kedamaian, kata bapak-bapak itu sih. Entah semoga saja forum-forum seperti ini memudahkan bertemunya banyak kepentingan sehingga warga Sleman sendiri tidak harus menjual tanahnya karena tergiur harga yang tinggi serta tusukan penegak pajak yang makin eksis dalam menggurui masyarakat sementara masyarakat tidak tahu untuk apa uang itu, dan bahkan tidak peduli.

Atas