Beginilah jadinya ketika diakui atau tidak kita memasuki suatu era, zaman edan, "nek ora ngedan ora keduman, bejo uwong sing eling lan waspodo', bahasa nasionalnya kira-kira berarti 'kalo tidak nekat tidak kebagian, namun masih selamatlah orang yang iman dan menjaganya'. Hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan seakan dicampur dan dibolak-balik entah untuk apa, seharusnya hakikat pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, atau menjadikan manusia Indonesia seutuhnya, tapi kenapa malah menjadi 'Mencerdaskan kehidupan bangsa' aneh sekali kemudian ditambah lagi bebannya dengan IMTAQ dan lain sebagainya yang malah membuat anak-anak tercerabut dari dunianya, anak sekecil itu sudah harus menghadapi beban berat mata pelajaran dan bersaing dengan teman-teman yang seharusnya adalah temannya bermain, sehingga semisal dalam kelas-kelas akselerasi maka akan banyak ditemukan traumatik-traumatik tertentu pada kejiwaan anak nantinya, yang kemungkinan besar akan menciptakan rasa kecemasan aneh atau tingkah laku yang aneh pula ketika dewasa nantinya, namun saya berharap tidak begitu.
Mungkinkah praktik pendidikan sekarang hanya dipahami sebatas sarana penempelan pengetahuan bukanya transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang lebih menekankan pada proses pendewasaan pemikiran dan mengartikan belajar sebagai proses memaknai, dan mengkritisi atas peristiwa-peristiwa kehidupan nyata yang kerap terjadi di lingkungan sekitar kita secara lebih mendalam (Paulo Freire, 1970). Bukan hanya mencari nilai yang tinggi maupun sebagai sarana meningkatkan status sosial, hakikat pendidikan lebih dari itu tentunya. Serta bukankah sangat menyakitkan sekali sebagai insan yang memiliki potensi hanya diterjemahkan dan dikotak-kotakkan dalam tabel dan angka saja. Memang angka bisa bicara ketika dikontekskan, namun dalam konteks yang luas dengan jutaan situasi, apakah bisa terwakili detail demi detail kategorinya.
Penuhanan atas angka sebagai indeks, agaknya memang hanya bisa diterima oleh kalangan cerdas tertentu pula, tidak bisa disamaratakan meskipun dalam jenjang pendidikan yang setara. Peristiwa SMS kunci jawaban soal Ujian Nasional yang nyasar-nyasar, ataupun guru kepada muridnya barangkali juga efek dari penuhanan angkat tersebut, sehingga muncullah praktik-praktik yang keliru, kebetulan saja jika kunci jawabannya benar pasti tidak akan mencuat permasalahannya dan diadakan pesta besar serta uang berlimpah mengikuti dibelakangnya, namun ketika salah dan mengakibatkan kegagalan satu sekolah ternama seperti di Kota Ngawi itu, tentu akan menjadi aib yang sangat mencoreng dunia pendidikan kita. Semua harus didudukkan bersama untuk dapat mengetahui letak kejahatan, sehinga bisa diputus rangkaiannya, dan tentu saja tidak ada korban dalam hal ini karena semuanya adalah pelaku, baik membiarkan, mengijinkan hingga penerima manfaatnya, juga harus legowo dalam menerima hukumannya, entah siapapun figurnya.
Hal ini harus bisa segera diatasi sekaligus dipahami bahwa penuhanan ijazah dan kemampuan akademik harus dengan kemampuan life skills agar tidak terlalu mengecewakan masyarakat dan orangtua siswa, sehingga produk lulusan sekolah atau lembaga pendidikan di negeri ini bisa hidup dimanapun sekaligus tidak tercerabut dari akar budayanya yang agraris misalnya, sebab makin tingginya tingkat persaingan dalam mendapatkan pekerjaan, berbanding terbalik dengan lapangan kerja yang hanya menjadi pemanis ketika para calon pemimpin berkampanye untuk duduk di kursi kekuasaan yang nikmat empuk sejuk bikin kecanduan, namun peristiwa seperti dibawah ini seharusnya memang dilaknat sekeras-kerasnya, untuk hal seperti ini MUI kok malah diam, tidak mengharamkan UNAS misalnya karena banyak madharatnya, karena bukan tidak mungkin kejadian stroke usia muda adalah karena beban akademik juga, membuat khalayak berfikir pula apakah MUI memang tidak memiliki akar di ranah bawah, dan tidak dekat dengan umat atau... ah entahlah... pikiren sendiri.
Seolah memang dengan banyaknya peristiwa kebocoran soal maupun jawaban UAN, juga korban yang berjumpalitan, MUI sebagai lembaga fatwa harus bertindak segera untuk mengharamkan penuhanan angka, mengantungkan nasib dengan ijazah tanpa dilandasi kemampuan yang jelas, haram ketika nilai angkat tidak ada keterangannya, haram ketika tidak lulus berjamaah boleh diulangi lagi UANnya, haram ketika guru meskipun dengan niat baik membantu muridnya menjawab soal UAN, haram ketika soal UAN belum pernah diajarkan kepada murid, haram ketika memakai standar soal yang super sulit, haram ketika menghalangi niat anak sekolah tapi harus bayar mahal, haram ketika sekolah sampai sore, haram ketika ada hukuman pindah kelas karena nilainya kurang, haram ketika beban sekolah membuat anak stress, belum lagi tentang video-video seks dan porno anak sekolah yang sering menghebohkan, serta harusnya mengharamkan globalisasi baik dalam metode pendidikan maupun akademik yang tidak memiliki akar budaya setempat. Sebab hanya menciptakan adu strategi tipuan untuk mendapatkan nilai kelulusan yang akhirnya malah bisa dipertanyakan kembali. Amin.
Sabtu, 30/05/2009 13:29 WIB
Gara-gara Kunci Jawaban, 100 % Siswa SMAN 2 Ngawi Tidak Lulus
Sugeng Harianto - detikSurabaya
Ngawi - 334 Murid kelas 3 SMAN 2 Kabupaten Ngawi harus mengulang Ujian Akhir Nasional (UAN) pada 8 Juni 2009 mendatang. Pasalnya, dari koreksi Dinas Pendidikan Nasional, hasil ujian mereka dinyatakan tidak lulus.
Keterangan ini diperoleh wartawan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, Abimanyu, saat melakukan kunjungan di SMAN 2 Ngawi, Sabtu (30/5/2009)
Menurutnya, asil scan Dinas Pendidikan (Dindik) Pusat ditemukan 4 lembar jawaban mata pelajaran milik SMA2 Ngawi yang hasilnya sama dan salah semua. Setelah dilakukan penelusuran, diduga seluruh siswa mengerjakan isi soal berdasarkan kunci jawaban yang beredar via SMS gelap.
"Dari scaning Dindik pusat ternyata hasil jawaban sekolah SMAN 2 Ngawi semua sama. Dan ironisnya lagi salah semua, sehingga kita berikan kesempatan untuk mengulang ujian susulan. Kalau tidak mengulang ujian lagi jelas tidak lulus semua," jelas Abimanyu.
Secara terpisah, Bupati Ngawi, Harsono di tempat yang sama juga membenarkan kasus yang menimpa SMAN 2. Menurutnya semua yang terjadi adalah musibah, dan orangtua murid harus memberikan pengarahan kepada anaknya.
"Semua musibahlah, sebagai orangtua harus ikut memberikan pengarahan," tambah Harsono.
Untuk mengantisipasi adanya gejolak pada murid, seluruh wali kelas hari ini dikumpulkan untuk diberi pengarahan jika akan dilakukan ujian ulang 8 Juni 2009 mendatang.
4 Mata pelajaran yang akan diulang oleh SMAN 2 Kabupaten Ngawi yakni untuk Kelas IPS yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi dan Geografi. Sedangkan kelas IPA hanya 1 pelajaran yang diulang yakni pelajaran Bahasa Indonesia.(bdh/bdh)
Senin, 01/06/2009 22:46 WIB
Seluruh Siswa Tak Lulus UAN Akan Ujian Ulang, Alumni SMUN 2 Ngawi Kirim 'Petisi Batavia'
Budi Sugiharto - detikSurabaya
Surabaya - Adanya dugaan kecurangan yang terjadi pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN) yang menimpa SMUN 2 Ngawi menyebabkan seluruh siswa yang mengikuti ujian nasional tahun 2009 tidak lulus. Kabar itu tentu membuat para alumninya yang tersebar di Jakarta prihatin.
Jaringan Alumni SMUN 2 Ngawi yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya menerbitkan petisi dan tuntutan. Petisinya dinamakan 'Petisi Batavia' dan dilayangkan kepada pejabat daerah, dinas pendidikan, SMAN 2 maupun kepolisian di Ngawi.
Petisi Batavia seperti dalam siaran pers yang diterima, Senin (1/6/2009),isinya ada 7 point. Diantaranya meminta kepada Bupati, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi dan seluruh jajaran terkait untuk bertindak bijak dan bekerja keras untuk mengusut adanya dugaan kecurangan atau kesalahan dari pihak korektor soal secara terbuka (transparan) dan obyektif.
Para pejabat itu juga diminta tidak membuat pernyataan kepada publik yang dapat meresahkan siswa, orang tua/wali murid dan masyarakat pada umumnya. Selain itu harus ada perlindungan hukum dan hak-hak siswa terkait dengan kelulusan serta memberikan kepastian penyelesaian masalah dengan sebaik-baiknya.
Kepolisian diminta berperan aktif mencari, melakukan penyelidikan, penyidikan dan proses hukum lainnya yang diperlukan guna mengungkap adanya dugaan tindak pidana dalam masalah ketidaklulusan Ujian Akhir Nasional di SMA Negeri 2 Ngawi.
Para alumni juga menyesalkan adanya kebijakan pelaksanaan ujian ulangan yang akan diselenggarakan pada tanggal 8 Juni 2009. Menurut mereka ujian ulang itu tidak memiliki landasan materiil maupun formil yang kuat. Selain itu, ujian ulangan berpotensi menimbulkan keresahan dan kecemburuan bagi sekolah lain," tegasnya.
"Kami minta pihak sekolah meninjau kembali ujian ulang itu," tegas M Arief Kurniawan, mewakili para alumni SMAN 2 Ngawi Regional Jakarta.
Kepada siswa dan wali murid dan masyarakat diimbau para alumni untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh adanya isu-isu yang belum tentu kebenarannya. Arief menyoroti alasan pelaksanaan ujian ulangan ini terkesan sangat dipaksakan karena tidak adanya keterbukaan, transparansi dan hanya berdasarkan asumsi-asumsi.(gik/gik)
Selasa, 02/06/2009 10:51 WIB
Seluruh Siswa Kelas 3 Tidak Lulus UAN Ulang di SMAN 2 Ngawi Demi Menyelamatkan Siswa
Irawulan - detikSurabaya Surabaya -
Ujian Akhir Nasional (UAN)) ulang yang akan dilaksanakan seluruh kelas 3 SMA Negeri 2 Ngawi 8 Juni dimaksudkan untuk menyelamatkan mereka. Dengan ujian ulang ini diharapkan, para siswa ini tidak menjadi korban pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Bukan hukuman, tapi harus diselamatkan. Dan ini merupakan peringatan UAN yang akan datang agar siswa dan orangtua serta guru jangan tergiur informasi tidak benar," kata Kepala Dinas Kependidikan Provinsi Jawa Timur, Suwanto saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Selasa (2/6/2009).
Menurutnya ada pihak yang tidak bertanggung jawab dalam persoalan ini. Persoalan di Ngawi mencuat setelah ada laporan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang menyatakan jika seluruh siswa tidak lulus karena hampir semua jawaban soal ujian terdapat kesamaan dan salah semua.
"Adanya kesamaan jawaban, tapi untuk mata pelajaran tertentu. Diduga semacam kalau salah, salah semua. Ini bukan bocor tapi ada pihak tertentu ingin memanfaatkan," tuturnya.
Ketika disinggung apakah tidak akan menimbulkan kecemburuan sekolah lain? Suwanto menegaskan jika tidak ada yang iri, karena memang di sekolah tersebut ada persoalan.
Langkah ini merupakan bentuk penyelamatan. "Tidak. Ada persoalan yang terjadi maka kita mengambil langkah-langkah. Di tempat lainkan tidak ada persoalan," tandasnya.
Mantan Kadis Kominfo Jawa Timur ini menambahkan, pihaknya sampai saat ini masih belum memikirkan sanksi bagi pihak sekolah atau Dinas Pendidikan Ngawai.
Mereka saat ini masih menfokuskan pada penyelamatan siswa terlebih dahulu. "Belum berpikir ke sana. Tapi ada evaluasi bagaimana persoalan itu bisa terjadi," pungkas Suwanto.
Anda setuju UAN Diulang?(bdh/bdh)
Bandingkanlah:
Corat-coret sebelum ujian Nasional
Kembali ke masalah jawaban ujian nasional yang dibagikan lewat selebaran fotocopy kertas HVS dan disebarkan juga via SMS. Saya sendiri yang bukan lagi seorang pelajar mendapat 2 kali SMS dari nomor yang tidak dikenal. SMS yang berisi jawaban ujian nasional, uedan tenan...!! Diknas negeri antah berantah pasti mengelak jika tuduhan ini diarahkan kepadanya. Pihak sekolah pasti tak akan mengakui kasus ini. Pengawas independent pasti akan mengatakan bahwa ujian nasional berjalan baik dan lancar serta tidak ada kecurangan. Padahal, saya menanyakan ke sepuluh pelajar dari sekolah yang berbeda dan sembilan diantaranya mengaku mendapatkan jawaban soal ujian nasional. Satu yang lain mengaku tidak mendapatkan jawaban tapi karena ia datang terlambat, sementara teman-teman satu ruangan semuanya mendapatkan jawaban
[ Selasa, 02 Juni 2009 ]
33 SMA Lakukan Kecurangan dalam Unas Kunci Jawaban dari Guru hingga Joki lewat SMS
JAKARTA - Dunia pendidikan Indonesia benar-benar ternoda. Kasus kecurangan pelaksanaan ujian nasional (unas) tahun ajaran 2008/2009 tidak hanya dilakukan 19 SMA, melainkan 33 SMA. Selain itu, kecurangan tersebut terjadi di level pendidikan menengah tingkat pertama (SMP). Itulah fakta terakhir yang dibeberkan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) kemarin.
Ketua BSNP Prof Eddy Mungin Wibowo mengungkapkan, kecurangan itu mayoritas terjadi di daerah. ''Total ada 33 SMA. Kami sudah mendatanya dan menyiapkan ujian ulang untuk seluruh SMA itu,'' terangnya kemarin. Kasus pelanggaran berat tak hanya terjadi di SMAN 2 Ngawi, tapi juga terjadi di Sungai Liat, Bangka Belitung.
Kasusnya adalah joki oleh guru dengan menyebarkan kunci jawaban unas melalui pesan SMS. Pesan itu kemudian disebar di SMA Bakti dan SMA Setia Budi. Menurut Mungin, kasusnya saat ini ditangani pihak kepolisian. Dua sekolah itu juga harus mengulang ujian.
Siswa SMA Bakti jurusan IPA harus mengulang mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan kimia. Sedangkan siswa jurusan IPS harus mengulang semua mata pelajaran yang diujikan dalam unas. Yaitu, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Sementara siswa SMA Setia Budi harus mengulang semua mata pelajaran, baik untuk jurusan IPA maupun IPS.
Yang memprihatinkan lagi adalah bentuk kecurangan di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara. Seluruh SMP dan MTs di kabupaten itu harus mengulang ujian lantaran mendapat kunci jawaban unas. (Selengkapnya lihat grafis). Kronologinya, sehari sebelum pelaksanaan unas atau pada (27/6) lalu, salah seorang guru SMP di kabupaten itu mencuri soft copy soal unas di percetakan. Dari soal itu dibuat kunci jawaban. Lantas, kunci jawaban itu disebarkan ke seluruh sekolah di Kendari. Namun, pihak kepolisian setempat telah berhasil menangkap guru tersebut.
Kemudian, pengawas, Irjen, dan BSNP turun ke lapangan untuk membuktikan apakah kunci jawaban itu sesuai dengan kunci jawaban asli. Hasilnya, pola jawaban semua siswa sama, tapi tidak sesuai dengan kunci jawaban asli. ''Artinya, jawaban siswa salah semua. Karena ini bentuk kecurangan dan melanggar POS (prosedur operasional standar, Red), akhirnya kami putuskan mengulang ujian itu,'' terangnya. Seluruh siswa SMP dan MTs Kabupaten Kendari harus mengulang semua mata pelajaran. Pelanggaran lain terjadi di SMPN 1 Lebong Bengkulu, MTs Kabupaten Kolaka, dan SMPN 4 Sampara, Kabupaten Konawa (Sulawesi Tenggara).
Mungin menjelaskan, sejatinya keputusan menggelar ujian ulang tidak diambil begitu saja. BSNP beberapa kali mengundang para kepala dinas kota/kabupaten setempat untuk membahas kasus tersebut. Peristiwa memalukan itu dibahas kali pertama pada 15 Mei lalu. Akhirnya keputusan final mengulang ujian diambil pada Sabtu (30/5) lalu. ''Pertimbangan kami menyangkut sekian banyak siswa. Kalau ujian ulang tidak dilakukan, ini sangat merugikan mereka,'' tutur pejabat asli Semarang itu.
Mungin mengatakan, bobot soal ujian ulang akan disusun setara unas yang berlangsung pada April lalu. Dengan demikian, kata Mungin, diharapkan kualitas unas ulangan tidak diragukan. Saat ini pihaknya telah menyiapkan ujian ulang itu. ''Kami berharap kecurangan tidak terjadi lagi,'' ucapnya.
Sementara itu, Direktur Centre for the Betterment of Education (CBE) Satria Dharma mengatakan, peristiwa itu sebagai tragedi dunia pendidikan. ''Jika siswa lebih memercayai kunci jawaban palsu yang beredar, artinya tidak ada kepercayaan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama tiga tahun. Ini bencana bagi dunia pendidikan,'' ungkapnya.
Satria menilai, yang paling bertanggung jawab terhadap kasus itu adalah para kepala daerah, kepala dinas pendidikan, dan kepala sekolah. ''Karena itu, kasus ini harus diusut tuntas hingga ke pengadilan,'' jelas alumnus Unesa itu.
Karena merupakan sebuah kecurangan, menurut Satria, tidak seharusnya BSNP menggelar ujian ulang. ''Dalam persoalan ini, BSNP tidak boleh mengambil kebijakan mengulang unas. Itu kesalahan siswa sendiri yang lebih memercayai kunci jawaban palsu daripada apa yang telah mereka peroleh dari sekolah selama ini,'' tegasnya.
Kasus itu langsung ditanggapi Komisi X DPR RI. Kemarin komisi yang mengatur masalah pendidikan, seni, dan budaya itu mengadakan rapat intern tertutup. Wakil Ketua Komisi X Heri Akhmadi mengatakan, rapat tersebut menghasilkan beberapa keputusan. Yakni, membentuk panitia kerja (panja) untuk mengevaluasi menyeluruh unas.
Bahkan, malam ini (2/6) sekitar pukul 19.00 komisi akan memanggil Mendiknas Bambang Sudibyo dalam rapat kerja. ''Mendiknas harus menyikapi ini dengan sungguh-sungguh. Harus ada evaluasi total dan menyeluruh untuk unas,'' tegas anggota dewan dari dapil VII itu.
Heri mengatakan, komisi menyatakan sangat prihatin atas terjadinya kasus tersebut. Dia menengarai, kasus itu melibatkan orang dalam. ''Mereka (Depdiknas daerah, Red) bilang kalau itu terjadi karena siswa mendapat bocoran. Jelas tidak mungkin. Siswa tidak akan percaya kalau itu tidak dari orang dalam dan orang yang mereka percaya,'' katanya.
Karena itu, Komisi X mendesak Mendiknas segera mengungkapkan masalah yang terjadi di SMA-SMA tersebut dan menindak semua pihak yang terlibat. ''Kalau ada indikasi unsur pidana, kasus ini harus dilaporkan ke polisi,'' katanya.
Heri sendiri sempat melakukan sidak di sejumlah sekolah di daerah pemilihannya. Dari penelusuran itu, dia menilai modus kecurangan dilakukan dengan sangat sistematis dan melibatkan jaringan orang dalam. Mulai guru hingga panita ujian dari dinas pendidikan setempat. Caranya, salah seorang guru atau panitia yang ikut mendistribusi naskah soal mengambil salah satu soal. Dia lantas membuat kunci jawabannya.
''Nah, setelah itu baru disebarkan ke siswa. Penyebarannya bisa dengan cara SMS antarsiswa atau kertas-kertas dari guru yang mengawasi,'' katanya. Modus lain, kata Heri, bisa saja terjadi. Namun, untuk melakukan penelusuran yang detail, dia berharap upaya investigasi dari pihak kepolisian.
Kunci jawaban itu, kata Heri, barangkali benar. Namun, karena beberapa sekolah memiliki jenis soal berbeda, kunci jawaban itu tak cocok saat digunakan di SMA yang semua siswanya tak lulus itu. ''Bisa jadi di sekolah lain malah sukses dan semuanya lulus,'' katanya.
Heri yakin modus tersebut sudah lumrah digunakan sekolah-sekolah. Itu pula yang menjadi rahasia kelulusan mereka selama ini. ''Nah, kebetulan mereka yang gagal lulus itu sedang apes. Akhirnya jadi ketahuan. Coba kalau mereka lulus semua, pasti cara-cara tidak jujur itu tidak pernah ketahuan,'' kata anggota FPDIP itu.
Komisi X, kata Heri, juga menolak keputusan Depdiknas menurunkan Inspektorat Jenderal (Itjen) untuk menginvestigasi kasus tersebut. Sebab, Itjen tak pernah benar-benar menyelesaikan persoalan. Dari beberapa kasus pendidikan yang terjadi, Itjen malah memperkeruh suasana. ''Lihat saja kasus Sumatera dulu. Guru-guru diduga mendiktekan jawaban kepada siswa. Masak Itjen malah menyalahkan mereka yang melaporkan kejadian itu,'' katanya.
Komisi juga menolak kebijakan BSNP melakukan ujian ulang. Hal itu dinilai tidak adil bagi siswa lain yang dinyatakan tidak lulus. ''Bahkan, meski dianggap korban oknum guru pun, mereka tetap tak bisa melakukan ujian ulang. Para siswa kan ikut aktif melakukan kecurangan itu. Jangan sampai karena jumlah siswa yang tak lulus mencapai ribuan, kita jadi melanggar peraturan. Ujian ulang tak pernah ada dalam aturan,'' tegasnya.
Skandal itu juga menyeret Depdiknas ke sejumlah kasus lain yang selama ini tak banyak dibicarakan. Pembentukan panja unas juga untuk mengevaluasi semua program Depdiknas yang bermasalah.
Kasus itu adalah program jaringan pendidikan nasional (jardiknas), data dan statistik pendidikan, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). ''Program jardiknas bahkan tidak jelas. Anggarannya besar, tapi tidak ada hasilnya. Malah data dan statistik pendidikan tidak jelas juntrungnya,'' tegas Heri. (kit/aga/iro)
Tantangan yang muncul juga:
Selasa, 02/06/2009 15:08 WIB
Seluruh Siswa Kelas 3 Tidak Lulus Rencana UAN Ulang SMAN 2 Ngawi Banjir Tentangan
Budi Sugiharto- detikSurabaya
Penambah rasa HARAM
Jumat, 05/06/2009 15:23 WIB
100 % Siswa Kelas 3 Tak Lulus Siswa SMAN 2 Ngawi Akui Dapat Bocoran Via SMS
Sugeng Harianto - detikSurabaya
Ngawi - Dugaan para siswa kelas 3 SMAN 2 Ngawi mendapatkan jawaban UAN melalui SMS sedikit terkuak. Salah seorang siswa mengaku diriya hampir tiap malam mendapatkan bocoran jawaban yang dikirim ke handphone miliknya.
Informasi yang didapat dari keterangan salah seorang siswa berinisial Y, dia mengaku pada malam sebelum UAN berlangsung, baik dirinya maupun teman-temannya yang lain mendapatkan SMS jawaban UAN.
"Ada SMS kunci jawaban di ponsel saya, namun aku gak percaya SMS itu. Saya yakin kita mengerjakan sudah sesuai prosedur pelajaran yang kita dapat," ungkap Y saat ditemui di SMAN 2 Ngawi, Jumat (5/6/2009).
Bahkan hampir setiap malam, ungkap Y, dirinya selalu mendapat SMS bocoran soal sebanyak 60. Sayangnya, saat didesak dari siapa SMS itu, dia enggan untuk mengungkapkan pemberi bocoran.
"Jangan. Nanti saya kesalahan. Pokok hampir tiap malam saya maupun teman-teman dapat SMS bocoran soal," jelas Y, sambil mewanti-wanti agar namaya tidak disebutkan.
Kini, baik Y maupun teman-temannya memina agar pihak sekolah transparan dengan kebenaran kasus yang sudah mencuat. Dia tidak ingin, kasus UAN ulang yang diundur ini membuat dia dan teman-temannya shock.
(bdh/bdh)