Media Pers dan Wani Piro

 

Media Pers dan Wani Piro

Setelah ditunda beberapa waktu akhirnya Rapat Badan Pekerja Pemilihan Anggota (BPPA) Dewan Pers menetapkan sembilan anggota Dewan Pers terpilih periode 2013–2016 di Jakarta, Jumat (21/12). Sembilan anggota tersebut ialah Imam Wahyudi, Margiono, dan Nezar Patria yang mewakili unsur wartawan, I Made Karuna Ray Wijaya, Jimmy Silalahi, dan M Ridlo Eisy dari unsur pemimpin perusahaan pers, serta Bagir Manan, Ninok Leksono, dan Yosep Adi Prasetyo dari unsur masyarakat. Demikian keterangan dari Dewan Pers. Berita ini dirilis oleh .

 

Tidak berubah dengan posisi pada awal Bulan Desember 2012, namun bagaimanapun itu lebih baik daripada tidak ada. Keterwakilan perempuan ataupun konsumen pers masih tidak terlihat. Kepentingan perusahaan pers masih mendominasi jika dilihat sepintas saja. Perspektif kepentingan dari atas dan produsen berita tentu saja bukan hal aneh di negeri ini. Sementara jasa dari konsumen dan pengguna berita masih sama sekali tidak diberi porsi yang luas. Miris memang, namun berapa sih penduduk negeri ini yang berlangganan berita, toh kadang berita-berita dari produsen berita saat ini masih harus dikonfirmasi lagi kebenarannya.

 

Sebagai catatan saja, Panitia pemilihan Dewan Pers Indonesia tahun 2013 - 2016 adalah Badan Pekerja Pemilihan Anggota. BPPA Dewan Pers ini dibentuk berdasarkan surat keputusan Dewan Pers yang terdiri atas Priyambodo RH (Wakil PWI), Agung Dharmajaya (Wakil ATVLI), Dandhy Dwi Laksono (Wakil AJI), Haris Jauhari (Wakil IJTI), K Candi Sinaga (Wakil PRSSNI), Sukriansyah S Latief (Wakil SPS), dan Uni Z Lubis (Wakil ATVSI).

 

Pers memiliki senjata dan kekuatan ampuh di dibang informasi yang bisa digunakan dalam banyak hal, seperti menata dan mengawasi kinerja pemerintahan, hingga berita-berita kemasyarakatan yang sangat berguna untuk alternatif pendidikan murah dan mudah tersebar. Banyak pihak berkepentingan dengan informasi, tak ayal di media-media besar isinya adalah berita pilihan dan iklan yang besar-besar. Berita pilihan dan iklan yang memenuhi ruangan berita kadan mendesak informasi-informasi praktis yang membumi, hal ini akan memunculkan media-media alternatif yang tetap akan kalah dan tergusur karena memang tidak dibuat dengan serius. Untunglah ada media internet yang bisa diakses dan digunakan secara bebas, lebih lagi bisa terarsip dan terdokumentasi, namun pengaksesnya juga masih terbatas pada orang-orang yang terliterasi oleh media ini.

 

Media-media berita besar sebenarnya bisa saja menumbuhkan bisnis-bisnis kecil di daerah dengan kapasitas jangkauannya yang lebih luas daripada media komunitas selain hanya mengagregasi dan berlomba menerjemahkan konten-konten berita asing. Keterwakilan dari pengguna dan pembaca berita sangat penting untuk bisa mengarahkan politik pers untuk mendukung keterlibatan masyarakat dan produksi kreativitas masyarakat untuk bisa bernapas lebih lega karena terakomodasi. Tanpa tekanan untuk melakukannya barangkali tidak terjadi perubahan wajah pada halaman muka media besar kita, yang terlihat 'wani piro kontenmu ditampilkan?'.

Atas