Mandalamekar, Festival Jawa Selatan

 

Mandalamekar, Festival Jawa Selatan

Desa Mandalamekar recananya akan menjadi tempat Festival Jawa Selatan. Maksud dari Festival Jawa Selatan tak muluk-muluk, secara riil adalah mengajak para pegiat desa maupun para pemerhatinya untuk berkumpul, berkomunikasi, bertukarpikiran sekaligus juga merayakan , sebuah award tingkat internasional untuk konservasi sumber daya alam yang inspiratif.

Masih konsep, belum matang dan masih mengajak banyak pihak untuk bisa berkumpul menyusun dan meramaikan Festival Jawa Selatan di desa Mandalamekar, Jatiwaras, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia. Banyak cerita inspiratif yang sangat menarik bagi blogger-blogger yang peduli dengan lingkungan dan konservasinya, bukan lantaran hanya kontes konservasi air dari Aqua yang ada banyak hadiahnya. Namun prakteknya banyak yang nggak suka dengan keberadaan sumur-sumur bor yang malah membuat banyak wilayah merasa kesedot airnya. Entah benar atau tidak, namun sepertinya logika sumur itu juga benar dan pas.

Konservasi Mandiri Desa

Desa Mandalamekar, dengan luas 700an hektar, berada di wilayah perbukitan. Jelas hal yang harus di tanamkan dan di pahamkan adalah tentang . Baik konservasi hutan, lahan maupun yang menjadi banyak permasalahan saat ini adalah konservasi air. Hutan adalah kekayaan alam yang luar biasa, air, tanah dan lahan pun menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sumberdaya alam tersebut harus di sadari bahwa tidak ada pemiliknya, tidak boleh dimiliki secara pribadi ataupun perusahaan, karena meliputi kebutuhan orang banyak. sebagaimana udara adalah sumber alam yang siapapun boleh memakainya secara gratis sebagai hak yang harus di dapatkan sebagaimana ketika bayi lahir, tanpa membawa uang dan kartu kredit untuk membeli udara dan air untuk mandi.

Tak lebih bahwa hanya akses layanan yang memudahkan mendapatkan yang bisa diuangkan karena menggunakan jasa dan tenaga pekerjanya. Namun untuk di miliki dan menafikan hak orang lain, tentu ini adalah pelanggaran HAM, dan celakanya di sahkan oleh . Tidak heran ketika kemudian wilayah pendidikan pun kepincut ingin mendapatkan hak pengelolaan secara swasta dan kapital, juga ranah kesehatan dan sebagainya. Semua sudah menjadi kekuasaan korporasi dan di bawah lindungan negara yang dibangun dengan darah para pejuang ketika saat itu.

Warga memang menjadi korban atas kegilaan-kegilaan korporasi dalam mengembangkan laba demi kepentingan kelompok bisnisnya. Warga masyarakat sekitar hanya akan dijadikan buruh dan lumayan ketika tidak dijadika musuh dan target dalam pengembangan kapital korporasi yang kadang di gunakan sebagai alat bawah tangan negara untuk mengambil keuntungan namun sangat celaka ketika hasil sumberdaya yang di sedot tidak untuk kepentingan nasional dan bangasa sebagai pemiliknya. Tanpa konservasi mandiri maka desa-desa yang kaya akan sumber daya alam hanya akan rusak dan tak bersisa lagi. 

Betapapun kecil sumebrdaya alam di tempat desa yang kita tinggali, secara global pasti memiliki pengaruh yang tidak sedikit. Karena rantai-rantai sumberdaya alam yang sudah terpetakan pastilah memiliki sambungan dan linkable antara satu dengan lainnya. Menjadi beban berat untuk tidak mengikuti perkembangan jaman mungkin pada saat ini, dengan menjual sumberdaya?. Namun jika mau berpikir agak panjang, bertahan dan menjaga alam secara mandiri adalah kekayaan yang luar biasa demi bumi dan desa-desa sekitar yang saling terhubung baik di atas tanah maupun sumberdaya yang berada di bawah tanah.

Kades

kuwu mandalamekarBertemu ketika rangkaian acara , atas undangan . Orangnya sederhana dan bisa diajak ngobrol dengan santai. Memiliki visi desa yang kuat dan mandiri untuk mengembangkan desanya. Belajar menulis baru sejak Agustur tahun 2011 di portal maupun di blog Mandalamekar. Beruntung desa Mandalamekar memiliki orang-orang yang siap untuk membangun desanya. Banyak kendala dalam membangun desa seperti sinyal komunikasi dari provider yang hanya bagus di di akses di sawah dan kebetulan juga di rumah salah satu warganya. Sehingga pada akhirnya tempat tersebut diperluas hanya untuk mengakses internet.

Jalan yang buruk dari Tasikmalaya, bukan menjadi hambatan, karena desa Mandalamekar memiliki motto bahwa apapun halangan rintang dalam masalah infrastruktur jalan tidak ada kaitannya dengan kemandirian dan pembangungan desa. Bahwa warga dengan kemauan dan keingingan yang terpetakan akan dapat membangun desanya tak peduli berada di wilayah manapun. Kunci memang berada pada hati sanubari, semangat dan niat untuk bangkit .

mentor penggerak desa Mandalamekar

irman meilandiOrangnya supel dan santun berbahasa. Asli Mandalamekar dan pernah bekerja di organisasi internasional. Memiliki ketergantungan dan ikatan bathin dengan desanya sejak berada di perantauan. Via mimpi dan hal-hal yang sulit di logikakan Irman Meilandi, nama lengkapnya, dapat mengetahui dan berkelana di desanya dengan imajinasinya ketika masih bekerja di Papua. Berkomunikasi aktif dengan media sosial, blogging dengan kades Yana Noviadi. Dari jauh membantu kades menyelesaikan permasalahan-permasalahan desa untuk dikembangkan menjadi solusi yang sedikit demi sedikit terpetakan membangun desanya.

Irman Meilandi-lah yang mengenalkan apa yang terjadi di desa Mandalamekar dengan di California Amerika Serikat, hal ini bukan untuk membuat desa Mandalamekar terkenal, namun sebagai bukti bahwa apa yang dilakukan penduduk desa adalah benar dan bermanfaat bagi dunia. Bukan hal instan untuk meyakinkan orang banyak membangun desanya, karena kelap-kelip dan aliran lalu lintas ekonomi di kota tampak menjanjikan. Sedikit demi sedikit semoga apa yang dilakukan di Mandalamekar mampu memberikan tauladan bagi desa-desa untuk membangun, karena bagaimanapun desa tak terpisahkan dengan nafas orang yang lebih banyak. Bandingkan berapa prosen penduduk yang berada di desa dengan kota?.

Berbagi beban, bukan berbagi keuntungan

Kutipan yang menarik, bahwa berbagi beban akan lebih memudahkan kerjasama, karena dengan menomor berapakan keuntungan akan membuat kerja lebih nyaman dan membuahkan suasana yang lebih tenteram. Berbagi keuntungan lebih mengarah pada konflik pembagian keuntungan pada akhirnya. Dalam bahasa Jawa "tanggung renteng", mungkin bisa mewakili kata-kata tersebut, jika kata 'tanggung renteng' belum terkontaminasi. Bekerja sebagai 'tim' juga mungkin bisa menerjemahkan kutipan tersebut, dan kata kuncinya adalah 'bekerja' dan 'tim'. Sebagaimana contoh nyata radio komunitas di desa Mandalamekar yang jalan terus setiap harinya.

Bangga sebagai orang Desa

Sudah saatnya berbagi beban demi kemajuan desa untuk jangkauan yang lebih jauh. Seperti menanam pohon, bahwa pohon tersebut akan menghasilkan buah pada saatnya, dan sebelumnya harus di rawat dan dipelihara. Tak beda dengan kutipan ' dengan kebersihan hati untuk mencapai tujuannya'. Mari membangun apa yang terdekat dan apa yang paling bisa dilakukan. Tidak harus melompat atau akrobat kesana kemari. Banggalah menjadi orang desa, bangun menjadi lokasi ternyaman dan paling aman untuk kita semua 'penduduk desa'. Salut untuk Mandalamekar dan desa-desa lainnya yang akan menyusul sukses.

Atas