Dedemit akan menghiasi Indonesia

 

Dedemit akan menghiasi Indonesia

DemIT, Desa Melek IT, akan menjadi Dedemit, Desa-Desa Melek IT, yang bagaimanapun desa akan mencapai achievment sebagai sebuah venue yang memiliki banyak hal dan keistimewaan tersendiri tergantung bagaimana desa secara mandiri mampu menggali sejarah desa, mengembangkan dan mencampurnya menjadi adonan yang indah bagi diri, penghuni maupun masyarakat luas. Mengapa DemIT harus mandiri, sebagaimana kita ketahui bahwa rangkaian birokrasi pemerintahan dalam undang-undang hanya sampai tingkat kecamatan. Sementara Desa dianggap sebagai wilayah merdeka dan istimewa, dengan kata yang tidak halus bahwa desa harus mampu menghidupi dirinya sendiri dan memberikan sumbangan apapun yang dibutuhkan oleh negara.

Peran sentral ini tak bisa dipungkiri, secara administratif desa tak memiliki data yang akurat tentang wilayahnya dan bagaimana cara mengembangkannya, hal itu diberikan pada para tetua adat dan pemerintah desa yang tak diberi senjata dan kacamata apapun untuk survive, terkecuali sebagai bemper bagi kepentingan di atasnya. Nasib baik jika wilayahnya memiliki kekayaan alam yang makmur, sehingga sedikit banyak mendapatkan keuntungan dari hal tersebut, namun jika tidak. Bukan tidak mungkin desa akan menjadi sebuah lembaga yang begitu-begitu saja, tanpa ada greget kecuali ada uluran dari birokrasi di atasnya. Hal seperti ini tidak penting lagi untuk para demIT, sebab kemandirian dan bagaimana membagi beban untuk mengatasinya sedikit demi sedikit dipelajari, meski sangat lambat namun dedemit nusantara nantinya pasti akan terbangunkan tanpa harus mendapatkan bantuan yang mengharuskan berhutang ke luar negeri, sementara bantuan hutang tersebut hanya menjadi infrastruktur yang tak bertahan hingga bertahun-tahun dan tidak sama sekali berimbas pada income generating warganya.

Lokakarya Desa Membangun Di Dawuhan Banyumas

Lokakarya yang dilakukan di desa yang memiliki banyak makam orang-orang utama di Banyumas lama dan para pendiri pegerakan Boedi Oetomo serta cikal bakal Banyumas yaitu Panembahan Kali Bening. Berlangsung dengan dihadiri 80 an orang blogger DemIT dan para perangkat DemIT baik yang sudah lama bergabung dan yang baru. Berasal dari berbagai kabupaten yang dekat dengan Banyumas. Selama 2 hari mereka belajar bersama tentang hukum, kehutanan, RUU Desa, Blogging hingga penggunaan opensource dan open mitra.

Selain itu juga melakukan doa bersama dan Nyadran 2.0 di makam Panembahan Kalibening, makam istimewa dan auliya yang dipercaya banyak orang karena kesaktian dan kebijaksanaannya. Desa Membangun tidak akan merusak dan membuat masyarakat tercerabut dari akar budaya, melainkan justru membuat akar budaya dan perkembangannya menjadi tonggak kreasi sebagai 'unique value' yang menjadi kebanggaan desa untuk dikemas dan otomatis melestarikannya dari gerusan globalisasi yang negarapun tak sanggup berkelit menghadapinya.

Hadir juga di lokakarya ini Indriyatno Banyumurti Ketua Umum Relawan TIK Nasional dan Bambang Tri Sasongko dari Kominfo Pusat memaparkan program-program dan dukungannya terhadap gerakan Desa Membangun yang benar-benar berjuang dari bawah tanpa pamrih dengan kegiatan yang dibiayai secara swadaya. 

MPLIK yang dikelola PLN Banyumas

Sharing tentang Kemandirian dan Desa

Penyematan PIN Relawan TIK

Sharing Gerakan Desa Membangun oleh Kades 2.0

Sharing Pemanfaatan Opensource oleh Perangkat DemIT - Desa 2.0 Melek IT

Presentasi Relawan TIK dan Program Kominfo

Branding Desa

Kesempatan berkumpul menjadi sarana untuk dan saling memberikan masukan. Hal yang sangat menarik ketika para perangkat desa dan warga yang datang saat itu utamanya dari Ciamis yang merupakan pendatang baru dalam , saat yang menyenangkan ini diisi dengan pengungkapan baik subyektif maupun obyektif tentang apa yang kira-kira paling menarik untuk dituliskan dalam portal desa. Selain tentunya adalah kegiatan desa dan perkembangannya. Informasi tentang kekayaan buadaya tak dapat dilepaskan begitu saja. Sejarah Desa hingga mengapa desa menjadi berkembang ataupun stagnan perlu dianalisa secara populer agar mudah dipahami dan ditemukan jalan keluarnya.

Desa pasti memiliki sejarah yang sangat sakral dan bisa juga hanya biasa. Keunikan tersebut sudah ada dan tinggal bagaimana menjadikannya sebuah informasi yang menarik. Keunikan bukan hanya di peninggalan budaya ataupun sejarah terbentuknya desa namun juga apa yang dialami dan bisa dibanggakan saat ini. Produksi-produksi komoditi barang dari home industri hingga usaha bersama merupakan nilai lebih yang bisa diangkat dan ditulis menjadi informasi yang bisa dikembangkan secara serius. Informasi desa akan membantu untuk saling mengetahui potensi dan sumber daya antar desa sehingga masyarakat dapat memanfaatkan secara lebih mendalam, terutama untuk pengembangan kesempatan ekonomi.

Banyak hal dahsyat yang terungkap dalam diskusi kecil-kecilan di Lokakarya Desa Membangun. Sangat menarik ketika banyak desa yang memiliki sejarah mendalam yang terkait dengan negara-negara lama dan adat budayanya masih hidup dengan asri di republik ini meski terseok-seok karena negara lebih mementingkan kota yang dianggap memiliki mesin ekonomi, namun memiliki efek yang sangat negatif bagi desa yang justru tidak difasilitasi secara administratif kepemerintahan. Desa justru dibiarkan saja, hanya diambil sumberdaya dan potensinya untuk membangun daerah lain, dan hanya diberi label 'istimewa' dalam perundang-undangan. Cilakanya hal ini sudah sangat mengkristal di generasi muda saat ini, mereka tidak tahu lagi apa yang dibicarakan di sini.

Sebagai contoh, misalnya, Desa Panjalu Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, memiliki sejarah desa yang demikian kental dan istimewa, dan terangkat ketika Gus Dur mengaku bahwa beliau adalah seseorang keturunan raja Panjalu. Panjalu memiliki lokasi dari makam hingga peninggalannya yang sangat memukau. Informasi tentang Panjalu justru datang dari orang-orang kota yang mampu menulis, namun saat ini menjadi tanggung jawab warga untuk tidak ketinggalan menggali sendiri, menulis sendiri dan mem-branding keistimewaan tumpah darahnya untuk dijaga, dilestarikan bahkan dikembangkan demi masyarakat desa. 

Warga desa memiliki hal-hal istimewa yang mampu untuk menghidupi desa namun terkadang justru orang lain yang dapat memanfaatkan namun tidak sepeserpun memberikan sumbangan positif pada desa tersebut. Jika hal ini bisa secara masif berlangsung di desa-desa melek IT (dedemit) maka bukan tidak mungkin, hegemoni informasi dari kota akan bisa terabaikan dengan indah.

Klinik Pemanfaatan Portal Desa

Klinik BlankOn Linux

Dedemit akan bertambah banyak

Gerakan Desa Membangun ini laksana virus dan liar. Dedemit akan menghiasi Indonesia ketika nanti para perangkat dan desa-desa melek IT bahu membahu untuk membangun desa dari dalam. Perspektif dan perjuangan yang nyata akan saling ditularkan oleh warga sendiri. Dari penggunaan opensource yang membantu keuangan desa karena tidak perlu lagi menambah anggaran untuk membeli anti virus dan service komputer karena terkena virus dan malware. Belum lagi hal lain yang memudahkan untuk mempercepat pelayanan kepada warga dengan Open Mitra. 

Diskusi-diskusi akan bertebaran bak jamur yang bergizi di ruang-ruang publik antar desa. Produksi pengetahuan akan selalu berkembang dan entah nanti bagaimana wujud dedemIT ini, semoga saja bermanfaat bagi banyak kepentingan. Demit Desa melek IT tidak hanya diperlukan oleh orang desa sendiri, pengguna internet namun juga oleh warga yang merantau atau bekerja dan berdomisili di tempat yang jauh. Dengan artikel-artikel yang enteng dan berisi kabar tentang kampung halaman yang segar akan memberikan hiburan maupun informasi yang manfaatnya tak ternilai.

RUU Desa yang kemungkinan besar nantinya menjadi UU Desa bolehlah menjadi jembatan untuk pengembangan desa. Konvergensi TIK di desa dan banyak ragam kreatifitas yang terdapat di desa seharusnya bisa dibermaknakan dalam RUU Desa ini. UU bukan sekedar produk politik namun adalah sebuah tools untuk mengubah dan merekayasa perkembangan zaman menjadi lebih berarti. Bukan sekedar sebuah peraturan yang dibukukan dan menjadi penghuni lemari arsip karena tak memahami kenyataan, perkembangan dan keragaman yang sudah berjalan.

Nyadran 2.0

Perangkat DemIT - Desa Melek IT

Kades Melung - Nyadran 2.0

Nyadran 2.0

Hacktivist Blogger DemIT, mengenal Opensource

Pansus RUU Desa, Budiman Sujatmiko menyemangati Lokakarya GDM di Dawuhan 

Tuan Rumah - Kades Dawuhan Kecamatan Banyumas

Nyadran 2.0

Nyadran 2.0 dilakukan dengan khidmat dan beramai-ramai menuju lokasi peristirahatan Panembahan Kalibening yang berada di atas bukit, dengan pemandangan kota Purwokerto dan Sungai Serayu yang nampak jelas. Setelah beberapa lama Juguran di ndalem Panembahan Kalibening. Nyadran 2.0 diadakan di pendopo dengan melakukan doa bersama, mendoakan orang tua dan para leluhur. Segera setelah itu diadakan makan bersama yang sangat jarang sekali ditemui kecuali di kamp-kamp pengungsian saat ada bencana alam atau konflik sosial.

Desa Dawuhan memiliki hutan dan mata air yang terjaga karena masyarakat masih menghormati adanya makam-makam leluhur dan menjaga lokasi tersebut tetap asri. Mata air barokah atau air pasucen yang airnya keluar dari batu, merupakan sumber mata air yang tak pernah kering meski kemarau dan musim panas kering kerontang. Konon dahulu panembahan Kalibening ketika akan melakukan sholat dan mengambil air wudhu merasa terlalu jauh untuk turun ke bawah, sehingga Panembahan Kalibening menancapkan tongkat di batu maka kemudian mengucurlah air bening dari tempat yang sebagian besar adalah batu tersebut. Air yang bening dan tak pernah kering. Ditambah dengan pembuatan dua sumur dibawahnya yaitu sumur wadon dan sumur lanang untuk sesuci mandi bagi perempuan di sumur wadon, dan laki-laki di sumur lanang.

Menjaga budaya dan keluhuran agama dalam hal ini konteks tradisi, sehubungan dengan banyaknya serangan kepada budaya-budaya tradisional yang dianggap tidak masuk akal dan logika serta pembersihan dan pemurnian agama yang justru mengarah pada ranah kegelapan dan kembali ke ranah jahiliyah adalah bukan persoalan mudah. Dunia pabrik pendidikan di sekolah dengan cekok[an ilmu-ilmu dan ideologi yang sangat tidak seirama dengan budaya lokal menjadi ganjalan yang tidak sepele. Bagaimana menjaga itu, ketika benteng terakhir budaya, adat dan negara yaitu desa tidak bisa membangun dirinya sendiri dan punya kekuatan untuk eksis mempertahankan keberadaannya?.

Atas