tolol bertubi-tubi

 

tolol bertubi-tubi

Mafia Migas atau mafia minyak dan gas bumi, semakin mencuat dan menjadi bukti ketololan yang bertubi-tubi sebuah bangsa yang saling menusuk dari belakang. Bangsa yang dibodohi sesamanya sendiri. Mulai muncul nama-nama yang masuk dalam kategori grup mafia migas, dan juga telah mulai di tangkap orang seperti Rudi Rubiandini dan juga bahkan Menteri ESDM Jero Wacik. Ada apa ini sebenarnya?.

Jika kembali ke Konstitusi Dasar 1945 bahwa kedaulatan negara di tangan rakyat, dan rakyat pada prakteknya diwakilkan melalui DPR maka ada yang salah dalam hal ini. Tidak pernah ada pertanggungjawaban yang demikian jelas dari wakil rakyat kepada tuannya, yang dimoderasi juga oleh Partai Politik. Dalam tahun-tahun ini rakyat jelas-jelas berhadapan dengan kenyataan betapa ruginya memilih wakilnya yang hanya merugikan. Untung saja banyak orang melupakan hal ini, karena ketidakpahaman, dan pathetik.

Rupanya kini Negeri Begajul memiliki pemimpin yang tidak tolol lagi. Seorang pemimpin yang berangkat dari kesederhanaan, tanpa babibu, dan pencitraannya sangat sederhana, yaitu tanpa citra. Hanya melakukan dan melakukan, tidak pandai bicara dan lugas.

Pada 1 September 2014 kemarin Jokowi, pemimpin negeri begajul yang lolos dari fitnah kampanye hitam kandidat calon presiden akhirnya dipastikan menjadi Presiden nanti, mengatakan di Tempo bahwa "Kita punya minyak, tapi kok mau beli saja ngantre? Karena di dalamnya ada yang tidak betul. Mafia minyak," kata Jokowi dalam Muktamar PKB 2014 di Surabaya, Ahad, 31 Agustus 2014. Kesalahan pengelolaan itu, Jokowi melanjutkan, tak lepas dari peran negara yang tak berani menyingkirkan mafia-mafia tersebut.

Jokowi mencontohkan, minyak Indonesia yang diolah di luar negeri, lalu kembali masuk ke pasar dalam negeri dengan selisih harga. "Yang begini-begini yang membuat tidak efisien, banyak uang bocor," ujar Jokowi. Begitu pula mafia listrik. Jokowi menyayangkan bahan pembangkit listrik yang masih menggunakan BBM. "Kenapa enggak pakai gas dan batu bara yang lebih murah? Saya sudah hitung puluhan triliun rupiah bisa dihemat. Semuanya ada mafia," kata Jokowi.

Negeri Begajul rupanya akan keluar dari kebijakan yang tolol bertubi-tubi bagi rakyatnya. Kebijakan yang dibuat hanya untuk menguntungkan kongsi kelompok tertentu yang terorganisir dan saat ini dikenal dengan sebutan 'Mafia' entah itu, migas, listrik, dan lain sebagainya. Kejahatan terstruktur yang berasal dari kebodohan atau jalan pintas untuk memperkaya kelompok tertentu tersebut sudah terendus oleh kalangan terpelajar yang selama ini justru dipandang dengan sebelah mata, karena dianggap berhaluan lain bahkan dianggap mengada-ada karena berbagai tuduhan kebohongan negara tidak terbukti sebab tuntutan dan proses hukum selalu dipatahkan dengan suap dan mafia hukum.

Namun yang jelas, negeri begajul akan mengalami dahulu penurunan atau ketidakpuasan sementara karena sebagaimana orang memanah rembulan, dia akan menarik mundur dahulu anak panah agar bisa maju lebih jauh, atau lebih tepatnya ancang-ancang untuk melakukan lompatan apabila itu dapat dikatakan sebagai loncatan. Dan posisi ancang-ancang adalah posisi yang sangat rentan dengan trik dan jegalan dari lawan politik yang tidak akan pernah puas dengan pengambil keputusan.

Tugas Presiden baru negeri Begajul memang tidak enteng dan akan sangat berat, menghadapi penyakit kanker kenegaraan yang menempel dari birokrasi hingga swasta. Memerlukan waktu, tangan besi dan kejelasan jalan yang berujung dengan keberhasilan. Sungguh pekerjaan berat ketika harus berjalan sembari melakukan amputasi anggota badan disana-sini. Mungkin berhasil, mungkin juga tidak, atau bahkan akan muncul perlawanan dari banyak perut dan penggila kemapanan yang sudah ada. Sepertinya memang begitulah.

Atas