Panama Papers, sebuah dokumen berukuran 2.6 Terabytes yang diselidiki oleh para jurnalis yang tergabung ICIJ, International Consortium of Investigate Journalist, sebuah koran dari Jerman SüddeutscheZeitung dan lebih dari 100 organisasi pers dari seluruh dunia. Satu-satunya media di Indonesia yang terlibat dalam proyek investigasi ini adalah Tempo. Dokumen yang sudah terbongkar jumlahnya 11.5 juta dokumen. Dokumen Panama Papers ini bocor dari sebuah firma hukum dari Panama yang namanya Mossack Fonseca.
Tempo dalam laporannya di https://investigasi.tempo.co/panama menuliskan bahwa setidaknya ada 128 politikus dan pejabat publik dari seluruh dunia yang namanya tercantum dalam jutaan dokumen yang bocor ini. Mereka terkait dengan berbagai perusahaan gelap yang sengaja didirikan di wilayah-wilayah surga bebas pajak (tax havens). Total catatan yang terbongkar mencapai 11,5 juta dokumen. Keberadaan semua data ini memberikan petunjuk bagaimana firma hukum bekerjasama dengan bank untuk menjajakan kerahasiaan finansial pada politikus, penipu, mafia narkoba, sampai miliuner, selebritas dan bintang olahraga kelas dunia.
Versi bahasa Indonesia lebih lengkap dapat di simak di Tempo. Versi bahasa Inggris ada di ICIJ.
Tutorial Pencarian di Panama Papers
Fenomena Panama Papers
Menyembunyikan harta atau menyimpan harta agar tidak diketahui orang lain sudah lama kita ketahui tentang fenomena ini. Apalagi ketika melihat ketimpangan dalam masyarakat bahwa ada yang sangat miskin dan ada yang sangat kaya, ditengah-tengahnya adalah kelompok orang yang bekerja ke ke orang kaya tersebut, dan sangat sedikit yang mengabdikan diri untuk kalangan rakyat miskin.
Rasa aman dan ingin hidup selamanya mungkin adalah fenomena bagi orang kaya yang memiliki harta tidak terhingga, dan rasa ingin mati mungkin dimiliki oleh orang yang penuh persoalan dan tidak memiliki harta, apalagi harga diri. Namun menyembunyikan harta agar tidak membayar pajak atas kekayaannya sendiri, adalah pertanyaan yang sulit dijawab oleh banyak orang.
Jikapun memiliki harta namun tidak membayar pajaknya mungkin dilakukan oleh banyak orang karena harta tersebut hanya memiliki nilai namun tidak produktif atau menghasilkan harta lagi. Berbeda dengan yang menyembunyikan harta kekayaan karena agar tidak diketahui dan tidak dapat diselidiki sebagai harta curian atau barang bukti pencurian atau bisa jadi hasil korupsi.
Fenomena Panama Papers ini membuktikan seperti dahulu ada WikiLeaks bahwa ada praktik-praktik tersembunyi yang dilakukan oleh para penguasa, dalam hal ini segala bentuk kekuasaan, baik yang terlihat maupun tidak dan yang benar ataupun penipuan. Namun yang jelas dalam fenomena ini tidak ada yang bisa mengambil kebijakan misalnya memberikan atau membuat semua harta tersebut dipakai untuk kesejahteraan dunia, mengentaskan kemiskinan dan sebagainya. Yang ada adalah hanya proses hukum dan saling ejek atau mengungkapkan aib seseorang bahwa dia sudah menyembunyikan hartanya dari kewajiban pajak. Sementara kita tahu juga bahwa pajak adalah ladang untuk korupsi.
Anehnya juga bahwa CEO Mossack Fonseca, Ramon Fonseca adalah penasihat Presiden Panama Juan Carlos Varela. Jadi perusahaan Mossac Fonseca adalah perusahaan resmi di Panama. Apa yang diperbuat Panama ini justru tidak menjadi bahan persoalan.
Memang ketidakadilan, akan juga menciptakan ketidakadilan juga. Jadi apakah bocornya dokumen Panama Papers yang susah payah diretas di didokumentasikan oleh para jurnalis yang tidak kenal lelah dan mungkin memiliki niat baik ini akan berguna atau memiliki manfaat?. Jika dilihat dari guna dan manfaat jelas ada manfaatnya, namun apakah akan mencipta keadilan atau dunia yang lebih baik?, tentu saja tidak dan hanya akan menciptakan 'badai' yang akan lebih besar lagi.
Panama Papers : The Storm is Coming
Pelajaran dari Panama Papers yang dapat kita ketahui adalah bagaimana pemiskinan terjadi, baik kemiskinan nyata maupun tidak nyata. Bagaimana ada aliran uang yang dapat mengubah negara yang sejahtera menjadi porak-poranda, hingga bagaimana kita melihat munculnya kekerasan dan kelompok intoleran yang di dukung keuangan tidak terbatas memporak-porandakan kebudayaan kita.
Dokumen yang dirilis oleh Konsorsium Internasional Wartawan Investigasi (ICIJ) dan koran harian Jerman, Sueddeutsche Zeitung, pada Minggu, 3 April 2016, digambarkan sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah.
Dokumen yang diperoleh dari sumber anonim oleh harian Jerman, Sueddeutsche Zeitung, tersebut diambil dari firma hukum yang berbasis di Panama, Mossack Fonseca.
Perusahaan tersebut telah beroperasi selama hampir 40 tahun dan mengandung rincian lebih dari 214 ribu entitas perusahaan offshore yang terhubung ke beberapa orang di lebih dari 200 negara dan wilayah.
Didirikan pada tahun 1977, Mossack Fonseca adalah penyedia layanan perusahaan rahasia di luar negeri (offshore) terbesar keempat dunia. Pada prakteknya, firma hukum tersebut mempekerjakan sebuah perusahaan eksternal untuk melakukan beberapa fungsi bisnis di negara lain dari produk atau jasa yang benar-benar dikembangkan atau diproduksi.
Mossack pada dasarnya membantu menciptakan anak perusahaan yang dapat digunakan untuk menyembunyikan kepemilikan aset. Dari pengoperasiannya di seluruh dunia, itu akan berakhir di tempat yang aman bagi perpajakan, seperti Swiss dan British Virgin Islands.
Ramon Fonseca, CEO perusahaan yang tidak pernah dihukum dengan setiap pelanggaran pidana tersebut, adalah seorang penasihat Presiden Panama Juan Carlos Varela.
Data yang berhasil diungkap oleh ICIJ diterbitkan melalui situs panamapapers.icij.org. Dokumen-dokumen tersebut ditinjau oleh tim yang terdiri atas lebih dari 370 wartawan dari hampir 80 negara yang bekerja di lebih dari 25 bahasa.
Sekitar 140 politikus dari lebih dari 50 negara serta selebritas telah terlibat, termasuk kepala negara, pembantu mereka, dan beberapa teman dekat dan anggota keluarga. Beberapa orang tersebut di antaranya pembantu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, kakak ipar Presiden Cina Xi Jinping, Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson dan istrinya, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz bin Abdulrahman Al Saud, Perdana Menteri Inggris David Cameron, anak kedua dari Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Anggota Komite Etika FIFA Juan Pedro Damiani, bintang sepak bola Barcelona dan Argentina, Lionel Messi, serta bintang film terkenal asal Hong Kong Jackie Chan. Mereka dikatakan memiliki beberapa perusahaan yang dikelola Mossack Fonseca.
Pelajaran dari Panama Papers
Pelajaran dari Panama Papers hanyalah untuk orang kaya dan ahli pajak. Bagaimana negara mengelola pajak dan bisa adil untuk masyarakatnya menjadi hal yang lebih berharga. Bisa jadi para pelaku penitipan harta ke wilayah bebas pajak memiliki alasan sendiri yang lebih bermanfaat bagi kemanusiaan (bila ada). Juga banyak orang yang melakukan donasi kepada masyarakat secara langsung yang dianggap sebagai pencucian uang karena tidak melalui birokrasi negara dalam hal ini pajak. Sementara semua bidang perbelanjaan kita dikenai pajak secara langsung oleh pemerintah. Pajak satu sisi adalah hal baik dan di sisi lainnya adalah hal yang tidak kita ketahui. Karena tidak adanya kepercayaan kepada pemerintah yang bergaya seperti penjajah, sementara pengembaliannya kepada warga dipertanyakan.
Apa yagn dilakukan para wartawan ini juga didukung dengan semangat 'money oriented', mungkin untuk menyelamatkan harta dunia milik manusia, namun tidak ada ulasan ataupun pernyataan seperti itu selain bahwa mereka berhasil meretas dokumen sebesar 2,6 TB yang sulit dan bisa menjadi bahan tulisan investigasi yang harganya mahal. Memang itu patut di apresiasi karena demikianlah tugas sebagai jurnalis.
Semua orang juga tahu perbuatan meretas dan mengungkapkan aib adalah pekerjaan gelap dan hitam. Ini bisa juga membuat UU ITE bergerak lagi dan mencengkeram dengan pasal pusakanya yaitu 'pencemaran nama baik'. Jadi bagaimana juga mengadvokasi pasal kacau ini ketika dihubungkan dengan Panama Paper, Wiki Leak dan kerja jurnalisme. Sudah saatnya juga bagi Menkominfo kita yang sukanya pencitraan dan pemerintah untuk menangkap alasan yang jelas untuk segera menghilangkan pasal tentang pencemaran nama baik di UU ITE maupun kitab-kitab hukum lainnya. Jika mereka punya niat politik yang baik.
Kejadian pengunduran Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson yang disebabkan oleh Panama Paper adalah efek positif Panama Paper dan kerja jurnalis yang tanpa henti. Memang kerja jurnalis harus disikapi dengan sikap intelektual dan niat baik, agar kerja mereka juga tidak keluar dari etika jurnalisme. Cilakanya mungkin hal ini hanya akan terjadi di negara yang memiliki kapasitas untuk mendukung hal tersebut.