Minum Toleransi

toleransi adalah bunga
 

Minum Toleransi

Negeri kita adalah Negeri Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika hanya akan berjalan ketika ada toleransi. Sebuah negara impian yang dibangun atas dasar kebersamaan berbangsa dengan melepaskan semua perbedaan, baik perbedaan suku, agama, ideologi, pandangan politik, ras, kepercayaan maupun keyakinan tertentu. Toleransi mengalahkan segala ke-Aku-an tersebut. Aku yang kecil menjadi sebuah Aku yang lebih besar, dengan nama Kebangsaan. Perlu kedewasaan tersendiri untuk dapat melepaskan Aku kecil tersebut, sebab bagaimana memilah Aku Aku tersebut kedalam pemahaman yang lebih luas, menjadi sebuah Kita, kemudian menjadi Kami ketika berhadapan dengan Kami yang lainnya.

Toleransi adalah Kedewasaan

Bukan hanya memerlukan kecerdasan sebelah otak saja, namun keseluruhan otak untuk dapat memahami dan melakukan toleransi dengan nyaman. Toleransi bukan berarti menyembunyikan sesuatu kepada yang berbeda lainnya. Justru adanya perbincangan dan saling pengertian yang berangkat dari apa yang dibuka lebar tersebut untuk menumpulkan apa yang menjadi tajam ketika disembunyikan. Toleransi sendiri juga memiliki makna sejauh mana batas kebebasan yang dimiliki, sejauh mana bisa mengumbar kata-kata agar tidak menyakitkan, dan menjadi pagar atau sebuah ruas jalan dengan batas jalan yang jelas, sehingga tidak menganggap rumah orang sebagai jalan yang bisa ditabrak begitu saja.

Toleransi seperti meramu bumbu ketika sedang memasak. Berbagai bahan yang dicampurkan garam dari lautan, bawang putih dan bawang merah yang berasal dari sawah, gula merah dan santan yang berasal dari kelapa di darat, hingga tanaman-tanaman yang berasal dari gunung, bahkan mungkin gandum yang kita impor dari negeri yang jauh. Menjadi satu dalam sebuah adonan untuk dimasak dan mengeluarkan cita rasa yang sangat nikmat. Seperti jika kita memasuki sebuah kota dengan keragaman seni dan arsitektur yang bercampur aduk, namun bisa tertata rapi karena menghormati nilai-nilai kota, baik dalam pembuatan jalan maupun aturan-aturan yang berada diluar seni arsitektur pembuatan rumah.

Toleransi beragama pun demikian. Ketika agama atau ideologi menjadi sebuah acuan dalam berpikir, satu hal yang pertama kali diangkat adalah senjata. Senjata untuk membunuh lawannya yang kafir. Karena seperti bermain game, semua musuh dihabisi dulu karena berbeda, luluh lantak, baru kemudian membangun dengan warna yang dominan sang pemenang. Tentu bukan hal tersebut yang banyak orang inginkan, karena pemerintah bukanlah penjajah atau penguasa dengan kekuatan golongan agama atau hanya sekedar ingin berkuasa tanpa visi membangun kebersamaan dengan manajerial yang tertata rapi. Pemerintah adalah lembaga yang memiliki layanan untuk masyarakatnya, jadi bukanlah seseorang yang tidak pernah bisa salah, dan tentu saja, team work.

Toleransi adalah Nutrisi Kebangsaan

Tak pelak, toleransi bisa dianggap mendekati kesesatan ataupun kekafiran karena memberi ruang pada agama atau kepercayaan bahkan ideologi lain untuk bekerja dan menjalankan misinya. Namun mendekati bukanlah kekafiran itu sendiri, karena komitmen kemanusiaan dan kebersamaan bersama demi kebangsaan tentulah berdiri di atas semua golongan dan bersikap adil adalah sebuah perbuatan yang bukan mendekati kekafiran, namun sebuah ibadah yang nilainya sangat tinggi, dipandang dari berbagai aspek, manfaat dan kedamaian yang menjadi pintu kesejahteraan bersama.

Toleran, toleransi, solider adalah nutrisi kebangsaan, minuman sehari-hari yang menyehatkan untuk dikonsumsi. Toleransi membuat wajah bercahaya, dengan cahaya yang berbeda dengan yang intoleran. Mengapa toleransi menjadi nutrisi yang dibutuhkan?. Saat sekarang adalah masa dimana intelegensi kemanusiaan berada pada titik yang sudah tinggi. Informasi dan berbagai dokumen masa lalu sudah bisa diarsipkan, dibaca, dipelajari dan kemudian disebarkan. Meski belum semua informasi yang ada dari masa lampau sudah bisa diakses atau ditemukan, atau dipahami. Jadi semua tindakan dan alasan untuk pembenaran hukum sudah memiliki dasar yang sama-sama kuat dan dengan keyakinan kebenaran yang sama. Toleransi menjadi sebuah bunga yang dirindukan dan menjadi sebuah benteng yang kokoh agar manusia bisa menghormati perilaku dan pendapat orang lain. Dengan dibantu oleh Instrumen Hak Asasi Manusia, nilai-nilai universal menjadi pokok tertinggi yang dihormati demi kehidupan semua.

Toleransi adalah Ketegasan

Toleransi adalah ketegasan, tegas dalam kebaikan. Sebuah perbuatan yang terbaik, pengambilan keputusan terbaik, yang menciptakan keadilan. Toleransi menjadi salah ketika toleransi menciptakan kesakitan dan ketidakadilan. Keadilan yang dipandang dari sudut-sudut kebijaksanaan tertinggi, sehingga toleransi dan keadilan menjadi sebuah kebenaran yang hakiki dan selalu sesuai dalam perkembangan zaman. Toleransi harus bisa bersikap tegas terhadap tindakan intoleran. Karena toleransi bukan milik orang atau bangsa berjiwa kerdil, pendendam, suka membunuh, suka membantai dan urakan. Toleransi adalah senjata mematikan bagi tukang fitnah dan kelompok yang suka mempolitisir kejadian dan kesalahan ringan menjadi sebuah badai yang tak termaafkan.

Hanya dengan ketegasan, toleransi dapat dibangun. Karena toleransi memiliki misi jangka panjang. Jangka panjang meniliki perkembangan otak, perilaku dan kepribadian manusia yang cenderung menuju arah kebaikan, baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya. Menjadi ajang unjuk gigi berbagai warna usaha manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang memiliki harapan untuk hidup berdampingan tanpa diganggu hal-hal yang tidak perlu, atau ke-aku-an ke-aku-an yang sangat mikro, intorvert, emosional, dan menyakiti orang lain. Jika sebuah negara atau penjaga toleransi berbuat plin-plan, sangat mungkin kehancuran negara sudah di depan mata.

Toleransi adalah Ibadah

Bagaimana seseorang akan dapat bebas lepas dan khusyu menjalankan ibadahnya jika tempat ibadah ataupun cara ibadahnya diserang kelompok lain yang tidak suka dengan kepercayaan dan agamanya?

Menghormati kepercayaan dan orang lain adalah anjuran di setiap agama. Bagaimana seseorang atau kelompok bisa memiliki perangai dan keputusan untuk menghalangi seseorang untuk meniti kepercayaan yang memiliki akar sejarah dan kenabian sendiri di waktu lalu. Sungguh perilaku merusak, menghalang-halangi orang lain melakukan ibadahnya adalah bukan perilaku yang pastinya diridhai oleh pencipta dunia ini. Jelas mereka tidak memahami apa makna dibalik penciptaan, atau justru tidak percaya atau belum pernah mendengar. Tentu yang patut dipertanyakan adalah sejauh mana guru agamanya mengajar, dan sejauh mana kedalaman ilmu agamanya.

Saat ini banyak kejadian tentang peledakan bom, bom bunuh diri, pembakaran tempat ibadah dan sebagainya. Kelompok pengusungnya mengatakan itu adalah jihad, yang mungkin dinamakan ibadah dengan nilai tinggi. Namun ketika pembunuhan dilakukan, ibadah pembunuhan tersebut menuai tangisan dan caci maki dari banyak pandangan dan nilai-nilai kemanusiaan universal yang dijunjung sebagian besar umat beragama di dunia. Tentu ibadah pembunuhan dengan bom atau apapun itu, memiliki nilai yang kalah tinggi dengan ibadah penjaga perdamaian yang cenderung menyelamatkan banyak nyawa manusia tanpa dosa. Melakukan toleransi dengan mengerem dan mencoba memahami apa makna kehidupan tentu adalah ibadah universal yang ada sejak nabi Adam, semenjak pembunuhan pertama oleh Qabil kepada Habil. Ego Ke-aku-an menjadi pelajaran universal untuk menghormati keputusan diluar diri, tidak mengganggu hidup orang lain ataupun mencabut hak hidup orang lain dengan membunuh maupun menyengsarakannya.

Lebih celaka lagi, banyak para guru yang mencoba untuk mementingkan kelompok dan pemahamannya dan dipaksa diutarakan untuk mempengaruhi murid maupun lingkungannya. Dengan sudut pandang kelompoknya, menabur benih-benih kebencian terhadap kebudayaan dan cara ibadah yang sudah dirangkai indah oleh para Wali. Pembangunan spiritual yang menuju kedalam untuk mengenal diri, lebih cenderung keluar untuk mencari keberadaan Tuhan, dikhawatirkan tentu akan menemukan jawaban yang berbeda.

Atas