Tahun baru, ada yang terpukau, ada yang berharap, ada yang biasa saja, dan ada juga yang tak peduli. Terserah masing-masing memaknai sebuah peristiwa pergantian tahun, peristiwa biasa sebenarnya, hanya terjadinya setiap tahun sekali. Sebagaimana halnya hari minggu, senin sampai sabtu yang terjadi setiap tujuh hari, begitu saja. Lantas apa yang membuatnya beda? bisa jadi karena jangka waktunya yang setahun sekali, lama juga, sekitar dua belas bulan.
Periode yang lama membuat munculnya harapan-harapan, apalgi bagi yang malas periode setahun cukuplah untuk membayangkan harapan-harapan untuk tahun depan. Meskipun tak pernah mencapai target, membuat harapan adalah wajib, agar tumbuh semangat dan motivasi, minimal bisa melewati tahun depan untuk bertemu dengan tahun depannya lagi. Perpanjangan usia begitulah, biar seperti lainnya, tampak bebahagia.
Menuju bahagia tidak harus menunggu pergantian tahun, lakukan saja sekarang, kecuali memang ada target penambahan kebahagian, atau peningkatan level kebahagiaan. Meski level kebahagiaan setiap orang berbeda, bukan menjadi masalah besar, sepanjang kebahagiaan seseorang tersebut tidak bersinggunggan atau mengganggu kebahagiaan orang lain secara negatif. Apabila efeknya positif pastinya lingkungan akan turut membantu. Intinya bisa ditebak yaitu perbaikan diri, perbaikan pastilah mengarah ke kehendak yang positif bukan sebaliknya. Sungguh naas ketika rencana tahun depan adalah menciptakan kerusakan, selain berlawanan dengan kehendak alam, pastinya kehendak alam ghaib pun tidak seperti itu.
Sudah banyak pengalaman dan kejadian yang bisa direnungkan sepanjang tahun-tahun yang dilalui, bahkan sekarang ini sudah terarsip dalam jejak-jejak digital, jejak timeline media sosial atau apalah jika mau mencari referensi untuk memperbaiki nasib di tahun depan. Mungkin menjadi agak memusingkan karena banyaknya data, pembanding dan tentu saja pilihan. Jika sakit berlanjut silahkan hubungi dokter yang kamu sayangi.
Pergantian tahun atau tahun baru adalah momen menyaksikan sebuah dimensi yang tak pernah kita hargai, dimensi waktu. Tak terasa saja sudah berganti tahun, ngapain saja kamu tahun kemarin?. Dimensi waktu yang bisa membuka sebuah ruang dialog dengan pengalaman, perbuatan dan diri sendiri. Dimensi waktu tersebut yang tidak pernah kita anggap ternyata bisa membuka sebuah ruang lebar, yaitu ruang refleksi diri.
Sahabat kita, yang ada di dalam dada, di dalam kepala, yaitu diri kita sendiri. Yang setiap hari kita ajak bicara, kita peras untuk berpikir, kita perdaya untuk mengakui kehebatan diri sendiri. Sudahkah diajak berbicara secara jujur tentang apa sih perbuatan kita pada dimensi waktu untuk diri sendiri. Jika target yang dibuat oleh tim atau perusahaan sih, otomatis kita pontang-panting memenuhinya, daripada dipecat atau dikeluarkan dari tim. Nah sekali-kalilah memikirkan apa yang di dalam tubuh tersebut, asal nggak kebangeten menjadi tolok ukur.
Minimalnya kita bisa sadar posisi, apakah berada di bawah garis kemiskinan atau tidak. Sebab biasanya di awal dapat gaji kita berada di atas garis kemiskinan, bahkan mungkin kelas masyarakat sejahtera namun beberapa minggu kemudian kita berada jauh dibawah garis kemiskinan. Siapa yang salah, kita ataukah yang membuat indikator garis kemiskinan?, mungkin perlu diselesaikan tahun depan. Atau masalah ini sudah selesai? menentukan di mana posisi kita dengan garis kemiskinan, okelah nggak usah dipakai.
Setelah lepas dari masalah garis kemiskinan, ada masalah apalagi? Percintaan mungkin, bukan hal sepele mungkin namun, hal percintaan ini bisa di skip saja, nggak penting. Karena hidup di tahun depan panglimanya bukan cinta, bukan ekonomi jika sudah kaya, mungkin kita bisa tentukan tentang achievment atau pencapaian diri, ataukah persiapan masa pensiun?. Seperti PNS saja mau pensiun, jika bukan PNS jangan bayangkan masa pensiun, seumur-umur kita tetap jadi buruh dan pekerja bro.
Pencapaian diri untuk diri sendiri tidak terlalu penting juga, sebab biasanya kita bisa dnegan mudah menipu diri kita sendiri kan, nah apa itu pencapaian buat orang sekitar, lingkungan atau mungkin tim kita yang sebentar lagi ambyar?. Bisa jadi itu tugas yang harus diselesaikan meskipun pengalaman tak pernah mengatakan itu penting karena setiap saat kita melakukannya sampai lupa masalah diri sendiri? Bisa jadi iya, yang jelas pengorbanan apalagi yang bisa kita sediakan tahun depan tanpa menganggapnya sebagai pengorbanan diri namun sebuah kebutuhan untuk sesuatu yang lebih baik. Orang mungkin berkata perubahan adalah yang abadi, namun kita juga bisa ngomong bahwa perbaikan adalah hal lebih urgent dan juga abadi.