Salah satu keberhasilan bermunculannya berita dan tulisan hoax yang penyebarannya melalui media sosial online adalah munculnya rasa tidak saling percaya. Rasa saling tidak percaya bisa menjadi positif jika memunculkan kehati-hatian untuk mempelajari serta memverifikasi kebenaran atau kesalahan berita tersebut. Negatifnya jelas juga kita tahu semua bahwa penyebaran viral berita tersebut tanpa didahului dengan keinginan untuk memverifikasinya dahulu, sehingga tersebar seperti air bah atau air comberan. Berbau busuk dan hanya menimbulkan kebencian terhadap tetangga pemroduksi air comberan tersebut. Menjadi ajang guyonan dan cemoohan dengan akibat yang seperti ketika kita bermain karambol atau bilyar yang bisa mencelakakan diri apalagi jika salah parkir.
Beragam fatwa dari MUI maupun hukuman dari UU ITE sangat sulit untuk menghentikan trend berita hoax yang siapapun bisa memproduksinya. Ada yang dibuat secara halus sebagai pembukaan, seperti kampanye-kampanye di media sosial kemudian sedikit demi sedikit akan dibanjiri dengan hoax yang lebih mendalam. Metode penyebaran hoax memang persis dengan metode dakwah, kampanye media sosial maupun yang lebih tinggi misalnya seperti metode branding untuk mempengaruhi perilaku masyarakat. Teknologi semacam ini sudah dipelajari dan dipraktikan dengan hasil yang bisa diukur, selain untuk mencari uang tentu saja.
Perang Kebenaran
Pada setiap masa kebenaran adalah hal sulit dicari. Kebenaran seperti mahluk hidup yang bisa bersembunyi atau sebuah benda yang bisa dikubur dalam, disembunyikan penyimpanannya sehingga sulit terjangkau dengan maksud tertentu. Bisa untuk menghindari pertikaian ataupun pembunuhan kepada orang yang mengetahuinya sehingga letak benda kebenaran tersebut tidak diketahui atau benar-benar hilang. Salah satunya adalah perdagangan, penyimpanan hingga penghancuran bukti-bukti keras tentang kebenaran tersebut. Tidak hanya kebenaran yang mengalami hal ini namun juga pencapaian ilmu pengetahuan, temuan-temuan sains dan sebagainya seperti misalnya buku-buku yang dibakar, dirampok untuk disembunyikan dan sebagainya.
Seperti misalnya yang selalu bikin ramai adalah kitab Al Qur'an yang asli, sebagian orang percaya bahwa kitab tersebut dijaga dan disembunyikan oleh orang tertentu, Imam Mahdi menurit versi Syi'ah. Sebagian lainnya menganggap hal tersebut adalah hoax semata dan meyakini hal tersebut jauh dari kebenaran karena tidak bisa dirunut secara sains dan fakta-fakta keras lainnya. Hal ini menjadi misteri yang sulit terpecahkan, dan membuat orang Syi'ah seperti menjadi pesakitan, dibullly hingga dicari dimana-mana untuk dibunuh.
Buku-buku, kitab-kitab atau primbon catatan pencapaian maupun hasil olah budaya orang Jawa yang tersimpan rapi di Belanda. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya sehingga sulit sekali menjadi rujukan serta kemungkinan yang bisa membaca, menggunakan dan mengetahui konteksnyapun sangat sedikit orang jika tidak bisa dikatakan sudah tidak ada lagi. Atau jika pun kitab-kitab itu bisa diakses akan menggegerkan tatanan pendidikan dan sejarah yang diyakini kebenarannya oleh banyak orang sehingga bisa terjadi gegar sejarah.
Tidak dapat dipungkiri gegar sejarah ini sekarang sedang dialami. Cerita-cerita yang dipelihara keluarga-keluarga tertentu memiliki kebenaran yang tersimpan dan diyakini wangsa tersebut. Oral history menjadi tinjauan yang berguna untuk saling memverifikasinya. Namun malah perang kebenaran yang terjadi, karena riset-riset baru yang diakui kebenarannya secara metodologi sangat mungkin menjadi dasar kebenaran baru dengan bukti-bukti keras yang dibuat pada beberapa abad sebelum ini, dan hal tersebut akan bertentangan keras dengan kebenaran lainnya yang berkembang dari oral history yang juga berkembang di kelompok-kelompok dan kawasan tertentu.
Perang kebenaran yang mungkin terkemas dalam hoax yang dimunculkan akan membuat jarak kebenaran sejarah menjadi semakin jauh ditambah dengan jarak historis waktu kejadian yang semakin jauh seirama dengan perjalanan waktu, referensi dan regenerasi bukti-bukti keras yang acapkali ditambahkan oleh orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu untuk memperkaya perang kebenaran tersebut.
Penyeragaman Sejarah
Sejarah adalah milik para pemenang dan penguasa. Demikian kata mutiara yang acapkali muncul dan digaungkan oleh para pakar sejarah. Memang begitulah yang terjadi sejarah dibuat menjadi berseragam, memiliki uniform tertentu agar bisa dikatakan benar, jika tidak memiliki uniform tersebut maka sejarah tersebut adalah palsu atau tidak bisa dikatakan benar. Diviralkan dengan membuat buku putih dan kurikulum yang diajarkan kepada anak-anak kita di sekolah-sekolah, dibuat dalam buku-buku dan penelitian-penelitian yang tidak mencari kebenaran namun untuk mencapai akreditasi tertentu sehingga harus mengacu pada uniform, bukti, referensi, dan fakta keras yang diakui. Jika bukan fakta dan bukti keras yang dikritisi dan dimanajemen timelinenya untuk sesuai dengan seragam sejarah yang sudah dibuat templatenya.
Okelah sejarah menjadi berseragam untuk mendapatkan satu benang merah perjalanan sebuah kenyataan. Namun ketika penyeragaman tersebut berasal dari penelitian yang dipaksakan tentang sebuah kejadian yang membuat kejadian dan kelompok tersebut dicap menjadi pengkhianat bangsa, karena dalam prakteknya terjadi pembunuhan besar-besaran yang keji sehingga tidak ada lagi yang bisa mengupayakan kebenaran atau cerita sisi lain dari kelompok yang kalah tersebut. Penyeragaman sejarah menjadi hal yang sangat keji karena pembunuhan massal tersebut akan berlangsung selamanya. Sejarah menjadi berseragam doreng serta masih menenteng senjata yang siap membunuh kapan saja.
Penyeragaman sejarah adalah bukan hal baru. Nusantara mengalami berulangkali kejadian dan penguasaan. Para penguasa mencoba menyeragamkan nusantara baik dari ketakutannya, latarbelakangnya maupun cerita-cerita yang harus diadopsi. Penyeragaman sejarah dan pembutaan masa lalu adalah sebuah program kekuasaan untuk masa depan yang tidak terbatas. Bukan berarti kita menjadi bodoh, namun menjadi buta masa lalu dan tidak mengetahui sejauhmana prestasi yang pernah dimiliki adalah template menuju 'the new world order'.