Jelas kursi bukanlah minuman, tapi siapa tahu besok-besok ada yang bikin. Jaman sekarang banyak sekali nama-nama makanan dan minuman, muncul jenis-jenis kuliner baru dengan rasa dan inovasi kreativitas yang mengagumkan. Tapi mungkin dibalik itu adlaah strategi pemasaran, yang membuat menarik dan penasaran sehingga banyak yang ingin mencoba, membeli dan akhirnya laku laris. Strategi pemasaran kuliner dan produk-produk kebutuhan lainnya memang semakin seru terlebih dengan banyaknya produsen yang dapat menyediakan barang-barang berkualitas tinggi, dan perang harga menjadi salah satu kejadian, selain tentunya adalah perang strategi untuk menarik konsumen.
Dalam hangat-hangatnya sekarang, meski tidak terlalu hangat untuk orang yang cuek, adalah strategi untuk memenangkan kandidat wakil rakyat hingga kandidat presiden. Tumplek bleg jadi satu karena pada 17 April 2019 nanti, rakyat dan negara ini menyelenggarakan pesta demokrasi untuk memilih wakil rakyat periode 2019 -2014 untuk DPRD tingkat Kabupaten/Kota, DPRD Propinsi, DPR RI Pusat, DPD RI dan Presiden. Hebat bukan? bareng se-Indonesia, se-Nusantara. Tak terpikir betapa jadi panasnya hawa politik di seantero negara ini.
Kursi-kursi wakil rakyat yang tersedia diperebutkan oleh ribuan kandidat. Berbagai cara kandidat untuk mendapatkan hati warga masyarakat agar mau memilihnya. Tak terbayangkan pusingnya warga untuk menentukan pilihan. Namun itu hanya kelihatannya saja, buktinya masyarakat juga tidak pusing, namun yang pusing adalah para kandidatnya untuk dapat minum kursi yang tak lain adalah pekerjaan sebenarnya, bukan kedudukan atau jabatan. Sehingga bagaimana kerja para wakil rakyat adalah tolok ukur bagaimana warga dapat memilih. Kerja mereka pun dapat dilihat dari masa kampanye, karena kampanye juga sebuah giat atau kerja untuk membuktikan bagaimana dia bekerja dahulu, ataupun bekerja setelah terpilih. Namun itu adalah idealnya.
Siapa yang tahu dibalik gedung megah wakil rakyat dari tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun Pusat? apalagi DPD RI? bagaimana kerja mereka. Kalau Presiden sih mudah untuk melihatnya karena menjadi sorotan publik, sorotan para wakil rakyat dan tentu saja memiliki anak buah yang banyak, dari Menteri hingga ke Desa. Itupun kalau mereka menjalani pekerjaannya sebagai anak buah Presiden. Namun siapa tahu? Mereka bekerja untuk siapa, katanya sih untuk negara, karena namanya sekarang menjadi ASN, yaitu aparatur sipil negara yang jadi membuat ada aparatur militer negara... yah kita tahulah...
Jadi ngomong-ngomong tentang kursi yang jadi minuman tersebut, karena minum kursi bisa jadi sangat memabukkan atau bahkan mematikan karena menyebabkan sakit hati dan penderitaan yang luar biasa, entah di bumi atau di neraka. Untunglah kalau di Surga.. tapi apa? ya apa berpikiran sampai ke sana kecuali buat orang-orang wise yang kebetulan sudah lansia. Itupun harus dilihat secara hati-hati apakah pembelaan diri, pembenaran atas kesalahannya terdahulu ataukah ya memang benar-benar wise.. atau waskita dalam bahasa daerah di sekitar saya.
Betul peristiwa minum kursi dalam rangka pesta demokrasi ini terjadi lima tahunan sebagaimana yang sudah-sudah. Tak perlu spaneng dan dijadikan peristiwa yang akan mengubah jalan hidup. Namun ya sulit juga, apakah harus spaneng karena mengubah jalan hidup? kalau perjalanan negara dalam hal pembangunan, korupsi dan kehati-hatian dalam memilih untuk masa lima tahun ke depan memang iya sih. Memilih, mencoblos untuk para peminum kursi memang penting juga. Peristiwa-peristiwa munculnya kebijakan baru dari negara memang terjadi dari kursi-kursi tersebut, jadi memang politik dan kehidupan kita itu sebenarnya tak terpisahkan, ada saling ketergantungan. Dan ketergantungan kepada kita para rakyat kecil gurem yang tak bermakna apa-apa dan tak kelihatan ini memiliki saat penentuan pada tanggal 17 April 2019 mendatang. Pilihan kita, siapa yang kita coblos harus benar-benar kita ketahui, karena nasib kita bisa sangat tergantung pada pilihan pada saat itu.
Jadi masih ada waktu sepertinya untuk dapat menelaah siapa, apa dan bagaimana yang akan kita coblos besuk. Betul tidak memilih itu hak, namun itu kata-kata yang salah dan menyesatkan karena tidak memilih, tidak ikut pemilu adalah sebenarnya kita melepaskan hak terbesar, tertinggi, termutlak kita untuk turut memutuskan apa yang terjadi pada lima tahun ke depan. Kursi memang tidak untuk diminum namun ikut kata-kata sesat tersebut... yeah memang sudah terlalu pusingkah dirimu, atau sudah terlalu egois bin apatisnyakah kita yang terlalu gurem ini?.