Minum kembang banyak diartikan sebagai perbuatan yang mendekati mistis. Namun apakah benar begitu? toh teh seperti yang kita minum setiap hari ada bunga atau kembang melati yang menyertainya. Teh kombuca yang berasal dari kembang kamboja rasanya juga nikmat dan bermanfaat bagi kesehatan. Kopi pun adalah biji yang tumbuh kelanjutan dari kembang kopi. Lebih-lebih tequila yang berasal dari akar pohon yang diolah menjadi minuman berenergi. Entah energi positif atau negatif yang penting berenergi.
Meminum bunga atau kembang tak lebih adalah untuk mendapatkan kenikmatan, aroma dan alih-alih energi tanah yang diolah oleh tanaman untuk kemudian kita manfaatkan. Sekian juta percobaan untuk peradaban manusia menghasilkan banyak sekali menu-menu minuman dan pengobatan. Namun apakah benar itu murni percobaan manusia? Eksperimentasi yang mencoba mengilmiahkan agar bisa dicerna dan selaras dengan logika berpikir?. Bolehlah kita mentertawakannya dalam hati, sebab jika ketahuan bisa membuat sakit hati yang berkeringat dan berpikir tentang hal itu, apalagi memang pendapatannya memang dari hal tersebut. Istilahnya panguripan dalam bahasa daerah di Jawa.
Minum Kembang tak ubahnya atau jika kita berpikir agak berbeda adalah melakukan hal-hal yang berlebih dari pokok masalahnya. Saat ini kita sedang meminum kembang, dimana dalam hal ini bukan kembang betulan, hanya sekedar perumpamaan. Kembang apa? Kembang Kekuasaan dan Kembang Politik yang benar-benar hanya kembangnya, bukan pohon atau bahkan akar dan tanahnya. Kembang itupun dikemas sedemikian rupa sehingga tampak asli meski kalau dirunut kembang tersebut adalah kepalsuan atau kembang yang dibuat-buat. Bunga atau kembang memang nampak indah dilihat dan seperti membuat mata, pikiran dan hati menjadi satu koneksi yang sangat kompak hingga menelorkan kata-kata yang berpangkal pada keindahan, takjub bahkan mungkin kebenaran dan syukur kepada Illahi bahwa keindahan tersebut seakan-akan hadir di depan mata dan untuk kita. Wow.
Siapa yang melakukan itu, kita ketahui dalam hati, dan memang tidak elok untuk diungkapkan. Seakan bunga-bunga politik memang bisa dibuat dari apa saja dan akan membuat hati orang yang menerimanya berbunga-bunga karena memang sudah keracunan politik dan mimpi kekuasaan yang ingin direbutnya, disamping juga keadaan logistik yang semakin saja kurang karena borosnya kemewahan.
Glory demikian bahasa internasionalnya memang dalam sejarahnya membutuhkan darah, usaha dan perjuangan yang dioplos dengan berbagai cara. Glory buatan tersebut yang berasal dari upaya bukan Gifted mensyaratkan berbagai hal, bahkan hingga minum kembang dalam arti yang luas hingga mistis semistisnya. Setan yang katanya juga suka minum kembang pun sekarang sudah sulit lagi dikenali apakah dia setan atau malaikat. Jarak kenyataan dengan kasunyatan semakin jauh membuat lena mata, hati dan mata hati. Keburukan dan penipuan diumbar untuk mencapai tujuan jangka bulanan ataupun praktis ya hanya untuk uang saja.
Membayangkan ketika Pandawa dikalahkan Kurawa dengan cara bermain dadu. Dadu for glory, dadu untuk merebutkan kekuasaan sebuah negara besar, yang kalah Pandawa dan memang sudah direncanakan dengan strategi yang matang. Cara-cara tersebut ada yang mengatakan sebuah kelicikan, namun dalam sebuah perebutan kekuasaan politik hal ini adalah permainan. Sebuah permainan adalah hal yang bukan sebenarnya, hanya main-main saja. Jebakan permainan menimbulkan berbagai pemahaman tentangnya. Pemahaman bahwa dalam 'permainan' adalah bukan sesungguhnya diartikan menjadi melakukan apapun boleh yang penting menang. Kembang dari permainan menghasilkan banyak sekali metode dan strategi untuk menang. Bahkan ada permainan yang sudah diketahui dan direncanakan siapa yang menang dan siapa kalah sebelum permainan tersebut digelar. Begitulah saat sekarang kita meminum kembang.
Kembang politik yang kita minum akan menghasilkan berbagai hal, selayaknya minuman berenergi. Energi positif akan menumbuhkan para politisi yang gemar membangun bangsa, sebaliknya energi negatif dari minum kembang akan menghasilkan para politisi yang berbuat sebaliknya. Namun masih dikemas sebagai kembang yang bisa kita lihat indah dan rasanya enak,... meski beracun.
Pertarungan demi pertarungan untuk minum kembang yang disajikan dilakukan dalam berbagai level dan sektor. Sangat menjemukan ketika lebih detail lagi dalam hal sektoral. Tidak gampang bahkan sangat sulit membedakan mana yang beracun, atau kita memang hanya disuguhi minuman olahan dari kembang dari berbagai level racun yang sungguh tidak ada energi positifnya. Bagaimana kita melihat lagi pembangunan infrastruktur yang dilihat dan dicari dari mana asal uangnya, yang hanya diketahui sebagai hutang. Serta bagaimana efek pembangunan infrastruktur yang memunculkan efek negatif meski hanya nol koma berapa persen saja. Namun nol koma berapa persen tersebut disajikan sebagai minuman yang tersaji sangat banyak, mudah didapat dan terasa enak meski dengan perisa yang berlebihan. Dan terjual dengan keuntungan yang menjanjikan.
Jadi sekarang anda sedang memproduksi minuman olahan kembang yang seperti apa?