isu kumanisme

kerala
 

isu kumanisme

Isu Kumanisme mulai lagi digoreng dimana-mana di negeri begajul. Isu Kumanisme ini muncul lagi ramai setelah adanya Simposium Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan. Dimana maksud dari Simposium 65 ini adalah mencari data dan fakta-fakta untuk bagaimana mencari jalan keluar dari permasalahan bangsa tentang tragedi 1965, salah satu dari kekerasan negara tingkat berat atau Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu yang dicanangkan oleh Pemerintah untuk dapat segera diselesaikan.

Kumanisme, bahkan menjalar menjadikan isu HAM menjadi salah satu Kuman right yang berisikan orang-orang yang dianggap Kuman. Mengapa isu kumanisme ini selalu digunakan untuk mematikan atau selalu diulang-ulang untuk menjadikan bahaya laten komunisme sebagai momok atau hantu yang malahan oleh para petinggi militer isu kumanisme ini dianggap sebagai gangguan keamanan negara. Untuk apalagi selain agar negara mengeluarkan peraturan bahwa menembak kuman adalah hal yang halal, karena dijadikan musuh negara. Isu komunisme eh kumanisme ini sedang dimasak dan digoreng untuk dijual di pinggir-pinggir jalan menjadi konsumsi orang kecil agar kembali memahami bahwa kuman memang sangat berbahaya dan wajib dibunuh.

Isu kumanisme merebak lagi dengan adanya isu bahwa akan ada pembagian 102 ribu kaos kumanisme yang berlogo palu arit untuk merayakan harlah partai kuman. Jelas bagi orang yang berhasil mengenyam wajib belajar 12 tahun dan bonusnya jika hampir kulias. Isu pembagian kaos ini jelaslah hanya sebuah wacana, propaganda dan ujicoba apakah isu kumanisme masih laku dimasyarakat. Bagi kaum preman atau yang sudah dicekoki dengan isu kuman, pastilah pemberantasan kuman menjadi ladang untuk naik pangkat, ataupun ladang mencari uang dan popularitas dengan menakut-nakuti orang-orang korban tragedi 1965, yang sedang belajar maupun pertemuan-pertemuan yang dianggap dihinggapi oleh kuman.

Memang isu kumanisme inipun merebak bahkan di kota pelajar Yogyakarta yang seharusnya event-event diskusi mencerahkan untuk dapat kritis kepada pembangunan maupun hembusan isu dari tentara militer dapat disaring dan dianalogikan secara keilmuwan terlindungi. Namun justeru even semacam ini, pun dibubarkan. Anehnya yang memarahi adalah Polisi dan dibelakangnya adalah organisasi yang tidak pernah memiliki wacana ilmiah apapun, terkecuali sebagai cukong proyek atau bisa mungkin hanyalah anak nongkrong kalau tidak enak dikatakan sebagai semacam .. ah nggak enak.

Kumanisme ini menjadi sangat menakutkan lagi ketika dalam acara simposium 65, seorang jendral Sintong Panjaitan mengatakan bahwa ketika dia bertugas di Pati, hanya ada satu orang korban orang dari kumanis yang ditembak mati karena melarikan diri, dan setelah di periksa lagi ternyata dia adalah orang yang agak gila. Betapa isu kumanisme dan kebangkitannya akan sangat mengerikan karena ternyata korban tragedi 1965 hanyalah sedikit dan orang-orang kumanis masih bebas berkeliaran karena ternyata hanya sedikit yang menjadi korban. Meski partainya dibubarkan dan puluhan ribu anggotanya yang dianggap sebagai anggota PKI dipulau burukan dan dipenjara selama bertahun-tahun. Semua orang saat ini pasti dapat membaca dan mengetahui siapakah yang bohong dan menipu, dan kenapa para orang yang dianggap kumanis cukup diam saja, karena mereka ngomong apapun tak akan ada yang percaya, sebab ancamannya adalah membunuh atau dibunuh.

Isu kumanisme ini menjadi berbahya bagi negara karena akan ditumpangi oleh pihak-pihak sayap kanan, apalagi sekarang berkembang ajaran-ajaran agama yang mengamini kekerasan, banyak para pendukung ISIS yang ada di negeri begajul, mereka berada di sayap kanan, memamerkan berbagai jalan ke surga yang mudah dan memusuhi orang-orang yang memiliki keyakinan bahwa tuhan itu memiliki berbagai cara untuk disembah dan diakui keberadaannya. Tanpa harus mengimpor pemahaman kekerasan.

Menurut Cornel Paper, yaitu analisis awal pada kudeta 1 oktober 1965. Jelas dituliskan di sana bahwa ada konflik internal di AD. Hal ini saat ini jelas akan membuat banyak orang kebakaran jenggot karena sangat sulit untuk menampik adanya pembunuhan massal yang dilakukan dibawah ancaman, atau apapun yang disponsori oleh orang yang memiliki senjata yang sah pada saat itu. Bisnis pembunuhan kepada orang-orang tak berdosa ini jika terbuka akan membahayakan banyak pihak, terutama bagi mereka yang menikmatinya. Siapa yang menikmati dan mendapat hasil dari bisnis pembunuhan ini, jelas kita bisa runut sendiri karena segala hal informasi dari isu kumanisme yang muncul setelah peristiwa dapat dicari dimana-mana dan menjadi rahasia umum.

Isu kumanisme ini muncul ketika akan ada peristiwa-peristiwa besar, misalnya saja ketika Pilpres kemarin 2014. Jokowi sendiri diisukan sebagai anak seorang PKI, yang disana ada foto seorang DN Aidit yang sedang berpidato dan didepannya seolah-olah adalah pak Presiden Jokowi, dan mirip, entah dimirip-miripkan dengan program Photoshop atau apa. Namun isu ini tersebar ke seluruh penjuru negeri, meski pada akhirnya orang sadar bahwa ketika peristiwa terjadi pada 1965, umur pak Jokowi belum sebesar seperti orang di foto yang disebar tersebut. Isu Kumanisme dan pembodohan semacam ini jelas memundurkan orang sebagai bangsa, dan menghilangkan Isu besar tentang hari kelahiran Pancasila yang malah dihilangkan oleh Kopkamtib pada tahun 1970, karena ketidaksukaan kepada Presiden Sukarno, yang dianggap sebagai dalang kudeta untuk mengkudeta dirinya sendiri pada tahun 1965, lucu bukan?.

Jadi mari kita pandang dengan logika dan akal sehat tentang isu kumanisme ini.

Atas