Sekarepmu, bahasa inggrisnya 'up to you', bahasa indonesianya 'terserah apa maumu'. Mengapa sekarepmu?. Saat ini begitu banyaknya fragmentasi dalam melakukan tafsir dan pemaknaan sangat dihormati, sejurus dengan adanya modal dan banyak kepentingan di dalamnya. Jika tak ada kepentingan dan hasrat-hasrat tertentu dibaliknya, mungkin, kata sekarepmu tidak bisa bersetubuh dengan kata toleransi dan saling menghargai. Lakum dinukum wali ya din, dalam bahasa arab yang artinya kurang lebih juga 'sekarepmu', untuku agamaku untukmu agamamu... sekarepmu, urusanmu, hal ini menjadi sangat berarti dan dimaknai sebagai penghormatan tertinggi atas berbagai bentuk perbedaan yang sebenarnya adalah fragmentasi dari satu akar atau satu mata air.
Orang akan berubah perspektif ketika mendengar, 'Sopo siro sopo ingsun', padahal artinya sama yaitu 'sekarepmu'. Orang melihat dua makna yang berbeda dan sudah alergi dengan kata 'ingsun' yang mungkin berarti lebih tinggi atau ucapan raja-raja. Padahal artinya hanyalah 'siapa kamu dan siapa aku' yang ujung-ujungnya juga pemisahan pemikiran atas sesuatu, dan dalamilah sendiri serta apapun akibatnya silahkan ditanggung sendiri. Pecah kongsi seperti ini hanya akan terjadi ketika tidak ada lagi jalan untuk menyamakan pendapat karena semuanya kuat dan 'tak bisa berubah'. Kekerasan-kekerasan dalam mempertahankan pendapat yang dihargai menjadi perbedaan dan lebih lagi dinaikkan derajatnya menjadi 'berkah serta rahmat' bisa menjadi vitamin dan bisa juga menjadi racun, karena mau tidak mau semua dengan arahnya akan semakin berjauhan dan semakin kokoh dalam perbedaan.
Hitung-hitungan yang pas tak ada lagi, karena semuanya dianggap benar. Mana yang praktis akan memiliki banyak pengikut dalam dunia dan perkembangan zaman yang mengacu pada kepraktisan. Ketika hal-hal yang tadinya dianggap turun dari wahyu, kemudian pada perjalannya dianggap sebagai 'ageman' yang diartikan sebagai 'pakaian', bukan 'ageman' sebagai 'pegangan' atau 'cekelan' perubahan tipis yang berlanjut menjadi ketidakjelasan dan diikuti dengan penemuan-penemuan serpihan-serpihan baru yang tidak diyakini sebagai saling melengkapi maka dengan mudah memang berbagai kelompok memiliki senjata-senjata sendiri yang berangkat dari serpihan-serpihan tersebut. Dan serpihan-serpihan tersebut berbekal kata sakti 'sekarepmu'.
Dengan berbekal kekuatan kata 'sekarepmu' maka dunia baru akan segera terwujud, dunia dengan ribuan makna, dari kepala sendiri-sendiri. Marhaban...