ASEAN

 

ASEAN

Bahwa beberapa hari yang lalu telah terjadi yang namanya Media Workshop istimewa yang berthema 'Peran Media dalam Peningkatan Pemahaman Masyarakat mengenai ASEAN dan Kerjasama ASEAN dengan Mitra Wicara'. Sebagai sebuah Regional Workshop yang dimotori oleh Kementrian Luarnegeri Indonesia di sebuah hotel bernama Sheraton di Jogjakarta pada 27 Januari 2011 yang lalu. Diawali dengan sebuah SMS dari kanca blogger tagline mesra ,
kemudian diteruskan dengan email dari empunya , maka bersiaplah rombongan dari untuk mencari tahu apa yang dimaksud dengan thema di atas.

Sebuah tema yang sebenarnya bukan main dahsatnya ini untuk menguak kesepian-kesepian yang dialami oleh para pemangku dan negara-negara Asia Tenggara yang selalu masih saja disibukkan diri dengan permasalahannya sendiri terutama masalah ekonomi, keuangan dan politik dalam negerinya yang mengakibatkan semakin tak ada suaranya gaung ASEAN bagi warga maupun program-program yang muncul.

Diawali dengan harapan-harapan dari Gubernur DIY sebagai pembuka awalan yang diwakilkan oleh Wagubnya karena yang menjadi jurukunci alun-alun tersebut berhalangan hadir. Diteruskan dengan paparan dari bapak Sabam Siagian, mantan Dubes RI untuk Australia, tentang bagaimana ASEAN berdiri maksud dan tujuannya, juga perlu digarisbawahi bahwa traktat ini berdiri setelah ada gonjang-ganjing dengan gerakan komunisme yang memanasa apalagi di Indonesia pada tahun 1965. Sempat terbayang memang mengapa ASEAN ini menjadi sepi karena motornya yaitu para punggawa Orde Baru jelas tidak memberikan arahan yang jelas dan regenerasi yang jelas akan arah serta maksud strategis ASEAN. Saat ini Indonesia menjadi ketua ASEAN dan memiliki kepentingan akan adanya perubahan besar pada 2015 dimana kemungkinan superpower dunia akan beralih ke China dan India, dan bagaimanapun ASEAN sebagai kekuatan yang berada didekatnya harus dapat mengambil sikap dengan adanya perubahan strategis tersebut. Demikian beliau.

Panel selanjutnya diteruskan oleh Prof.Ichlasul Amal, Rafendi Jamin (koordinator Human Rights Working Group, Wakil AICHR indonesia), Bob Iskandar (Direktur Confederation of ASEAN, Journalist PWI Pusat) dan moderator oleh Duta Besar Eddi S Harijadi. Sesi ini cukup menarik dengan berisi keluh kesah dari Prof. Ichlasul Amal, tentang berbagai acara ASEAN yang tidak lagi bisa bergaung, juga sedih karena diantara negara ASEAN sendiri justeru miskin kerjasama timbal baliknya. Kemudian tentang penegakan HAM yang selalu saja tidak mendapatkan perhatian kata bapak Rafendi Jamin dimana usaha-usaha Indonesia untuk berkampanye HAM utamanya tidak pernah mendapatkan perhatian diantara negara-negara ASEAN, utamanya contoh yang terjadi di Myanmar, kemudian bapak Bob Iskandar yang juga menambahkan banyak lagi, disamping kesempatan-kesempatan yang masih bisa diukir oleh ASEAN untuk bekerjasama lebih melalui penempatan-penempatan berita yang seharusnya untuk mendorong kesadaran confederasi ini. Misalnya dengan pemberitaan mengenai ASEAN yang rutin sehingga nantinya akan menelorkan hasil-hasil kreatif sebagai buah dari kinerja media dalam memberitakannya.

Mitra Wicara ASEAN yang hadir pada kesempatan ini adalah duta besar dari Jepang dan Australi, yang tentunya menekankan pentingnya keberadaan ASEAN dan dukungan dari kedua negara tersebut utamanya dalam kerjasama ekonomi jangka panjang. Masih banyak sebenarnya yang harus digali atas adanya konfederasi kawasan ini, dan sebuah pekerjaan yang tidak main-main bagi Indonesia sebagai ketuanya. Semoga saja awal yang kecil ini bisa memberikan sebuah jalan demi ASEAN yang lebih baik.

Atas