Nisfu Sya'ban dan bid'ah

 

Nisfu Sya'ban dan bid'ah

Nisfu Sya'ban atau malam pertengahan bulan Sya'ban yaitu tanggal 15 bulan Sya'ban penanggalan Hijriyah adalah malam penuh misteri dan penuh kontroversial. Banyak hadits yang diyakini lemah bahkan ajaran atau pengetahuan untuk merayakannya banyak yang dianggap bid'ah oleh beberapa golongan dalam fragmentasi Islam. Dapat dipahami memang karena klaim untuk mendapatkan sah atau tidaknya ibadah memang mengacu pada ulama yang diyakini lebih pintar, lebih tahu dan karena kedangkalan pengetahuan maka fragmentasi pengetahuan pun akan segera mengamininya dan bertambah banyak. Banyak sekali ibadah yang dikatakan bid'ah dalam memperingati atau merayakan keagungan Nisfu Sya'ban, sebagai contoh adalah:

  1. Merayakan malam nisfu Sya’ban.
  2. Mengkhususkan shalat seratus raka’at pada malam nisfu Sya’ban dengan membaca surah Al-Ikhlash sebanyak seribu kali. Shalat ini dinamakan shalat Alfiyah.
  3. Mengkhususkan shalat pada malam nisfu Sya’ban dan berpuasa pada siang harinya.
  4. Mengkhususkan doa pada malam nisfu Sya’ban.
  5. Shalat enam raka’at dengan maksud menolak bala, dipanjangkan umur dan berkecukupan.
  6. Seluruh doa yang dibaca ketika memasuki bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Karena semua bersumber dari hadits yang lemah.
  7. Menghidupkan api dan lilin pada malam nisfu Sya’ban.
  8. Berziarah ke kuburan pada malam nisfu Sya’ban dan menghidupkan api di sekitarnya. Dan kadang para perempuan juga ikut keluar.
  9. Mengkhususkan membaca surah Yasin pada malam nisfu Sya’ban.
  10. Mengkhususkan berziarah kubur pada bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan dan pada hari ‘Ied.
  11. Mengkhususkan bershodaqah bagi ruh yang telah meninggal pada tiga bulan tersebut.
  12. Meyakini bahwa malam nisfu Sya’ban adalah malam Lailatul Qadri.
  13. Membuat makanan pada hari nisfu Sya’ban kemudian membagikannya kepada fakir miskin dengan anggapan makanan untuk kedua orang tua yang meninggal

Mengerikan dan menggetarkan memang, banyaknya ibadah yang justeru dianggap bid'ah atau penyimpangan. Agama yang penuh kepentingan kekuasaan dan politik memang penuh dengan intrik seperti ini. Bagaimana agar terhindar dengan hal seperti ini? Tentu saja tidak ada, karena alamiahnya memang begitu, jangankan agama, dalam teori-teori ilmu pengetahuan pun banyak pertentangan dan perbedaan. Dan banyak orang juga mengatakan bahwa perbedaan pendapat dan pertentangan adalah berkah, namun jika ditelusuri perlakuan tentang bid'ah atau tidak hal ini merujuk pada keyakinan pada guru tertentu, figur tertentu bahkan mahzab tertentu yang terfragmentasi sebagaimana kepentingan atau lokalitas. Jadi memang hanya orang yang benar-benar ahlilah yang bisa menentukannya dalam konteks pembicaraan yang lebih aman dan tidak menimbulkan permusuhan, karena perbedaan pendapat adalah biasa dan tak perlu dipertajam apalagi dengan konflik antar kelompok massa penganut sekte tertentu.

Terpenting adalah menyadari bahwa melakukan hal yang dianggap baik adalah sesuatu yang memiliki makna, entah untuk saat ini atau kapan, namun dasar alasan dan niat untuk melakukannya meskipun berdasar omongan para ahli namun pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan semata adalah perbuatan diri sendiri dan bersifat individual.

Membaca buku "Ajaran Rahasia Orang Jawa" yang di tulis oleh R.P Suyono, terbitan LKiS yang berjudul "Dunia Mistik orang Jawa" ada di halaman 160 tertulis:

Pada tanggal 15 bulan Ruwah pada malam hari para santri, haji, dan orang-orang berada melakukan upacara Lahilat al-barabat untuk meminta kemurahan hati dari Allah karena pada malam hari tanggal 15 ini Allah akan menentukan siapa dalam tahun ini yang akan terus hidup atau harus meninggal. Doa yang biasa dilantunkan adalah donga selamat

Pada hari pertama dari bulan Ruwah, dan menurut sumber lainnya antara tanggal 15, dan hari terakhir bulan Ruwah, dan menurut sumber lainnya lagi pada hari pertama bulan Puasa, kepala keluarga membuat sesajian bersama keluarganya untuk mengenang roh-roh para keluarga yang sudah meninggal yang dinamakan sesajian ruwah. Dalam upacara sesajian tersebut, orang Jawa membayangkan roh anggota keluarga yang telah meninggal ikut hadir. Mereka meyakini, pada bulan puasa roh-roh ini untuk sementara turun kembali ke bumi. Doa untuk dalam acara ini tidak ditentukan, tetapi biasanya dilantunkan doa bagi keselamatan arwah keluarga yang sudah meninggal. Sebelum melaksanakan upacara ini, makam anggota keluarga yang sudah meninggal dibersihkan untuk kemudian memberikan wadima atau sesajen berupa kembang-kembang.

Sungguh aneh memang budaya orang-orang zaman dulu ketika beribadah saat ini banyak yang dianggap bid'ah. Tidak mengherankan juga, bagaimana orang Jawa bisa mengenal jumlah malaikat yang lebih banyak dan jumlah nabi yang dirahasiakan. Dan ahai.. semuanya dianggap bid'ah dan mungkin salah. Hegemoni pengetahuan dan budaya yang akan semakin dihilangkan memang sudah tidak membuat heran, hal ini diajarkan di sekolah-sekolah resmi dan mengacu pada pembaharuan-pembaharuan yang diimpor dari kekuatan luar yang sangat berbeda. Dan tidak mengherankan ketika ada cerita bahwa anak keturunan Nabi semua kebanyakan meninggal dibunuh, dibantai ataupun diracun. 

Bahkan rahasia dan keunggulan malam Nisfu Sya'ban masih menyimpan banyak misteri ketika ada penguasa muslim saat itu yang mengumumkan akan membunuh bayi-bayi laki-laki yang terlahir di bulan itu. Sejarah dan kehidupan memang berjalan berbelit-belit dan kadang menghilangkan mana yang fakta dan mana yang rekayasa. Sayangnya memang kekuatan-kekuatan memiskinkan dan melupakan budaya secara sistematis akan menghilangkan apa yang dulu dianggap benar untuk menjadi salah dan benar-benar tidak masuk akal.

Atas