Air tirta banyu suci perwita sari

 

Air tirta banyu suci perwita sari

Air kadang dipercaya sebagai sumber kehidupan, sudah menjadi sebuah syarat utama ketika akan mendirikan rumah atau pemukiman, air menjadi sebuah obyek yang vital, harus ada. Tidak bisa ditawar, keberadaan air dalam tubuh pun menjadi mayoritas hingga 80 persen tubuh ini terdiri dari air. Betapa tingginya derajad air dalam kehidupan manusia, dia mengalir dalam nadi sebagai darah, bahkan udara yang terhirup pun terolah untuk bersama dengan darah dalam degup jantung ke seluruh tubuh.

Air dilambangkan sebagai sebuah kesucian, putih, bersih sebagai dasar dalam menapaki kehidupan. Air menguasai udara, tanah dan api, dengan air anasir-ansir itu dapat terurai untuk kemudian bisa difungsikan sebagai mana naturalnya. Titik tertinggi kehidupan pun dilambangkan dengan kesucian jiwa, bagaimana jiwa akan menjadi suci ketika yang diminum adalah air yang keruh, mengandung racun serta bakteri-bakteri yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi tubuh. Bagaimana air dapat berwujud dan disebut sebagai 'banyu suci tirta suci perwita suci' ketika manusia tak lagi memandang kesimbangan alam sebagai bagian kehidupan dan keselamatannya.

Tidak perlu ajaran agama, ilmu pengetahuan bahkan kecerdasan apapun ketika sumber air menjadi hilang, maka tak pelak lagi kehidupan disekitarnya pun akan punah atau setidaknya berpindah tempat untuk mencari air, sang pelepas dahaga, suber dan tujuan untuk mensucikan diri pribadi. Baik secara lahiriah ataupun bathiniah ketika air bisa menjadi obat segala penyakit ketika air menjadu banyu suci perwita sari.

Sangat mudah untuk membayangkan bahkan tanpa perlu belajar apapun ketika seseorang yang dengan sengaja menenggak air yang bercampur dengan api, atau minuman keras dibandingkan dengan seseorang yang meminum air putih sejuk dari sebuah kendi meskipun tidak harus dimasukkan dalam kulkas. Mana perilaku sadar yang lebih murni dan tiada maksud angkara. Berapa jumlah kekerasan dalam rumah tangga ataupun di jalanan raya karena air yang diminum sudah tidak suci bahkan mendekati kategori sebagai racun.

Berapa penyakit yang akan muncul dengan sendirinya karena ketiadaan air bersih, atau karena ketidakmampuan membeli air bersih karena sudah dimiliki korporasi demi perdagangan dan bisnis yang semata-mata kejam, dari sebuah mata air milik bumi kemudian diakuisisi menjadi barang komoditi, digali dalam dan lebih dalam lagi hingga akan mematikan sumber air yang lainnya. Meskipun kadang air datang dengan sendirinya namun dalam kondisi yang semaunya ketika air mahal namun diluar rumah tersedia genangan air yang berbau busuk datang dengan tiba-tiba menjadi sebuah banjir yang dengan cepat mematikan segala sendi ekonomi sekaligus menghidupkan dan memanggil ribuan penyakit.

Bagaimana ketika kumpulan tawon yang marah ketika rumahnya diusik dan dirusak, sebagaimana air yang marah tak menentu tanpa ayal karena rumahnya dihutan dirusak, tiada tempat berpijak sehingga hanya bisa berjalan tak tentu arah, berkelana dan akan menghabiskan siapapun yang dilewatinya tanpa belas kasih.

Orang kecil hanya bisa berdoa memohon didatangkan air dalam khitahnya sebagai air dan sebagai tirta suci banyu perwitasari, sementara disisi lain angkara murka pengeruk dunia menghancurkan doa tersebut dengan berlagak seakan menjadi tuhan sang penguasa alam dengan menebangi dan menghabisi sumber-sumber air yang ada. Tak pelak lagi ketika kesadaran manusia sudah terbalik dari memelihara menjadi eksploitator dan penjahat alam, maka keseimbangan alam pun akan hilang dan berubah dengan sendirinya. Hanya otak-otak dan akal yang sehat menjadi benteng terakhir, meski tanpa mendapatkan manfaat keuntungan apapun mencegah perusakan alam namun dengan resiko yang sama bahkan lebih besar daripada perusaknya, wallahualam.

Atas